Deteksi Dini untuk Tangkal Radikalisme di Malang

Danrem 083/Baladhika Malang mengatakan 48 WNI yang kembali pernah mengikuti latihan perang di Suriah.
Heny Rahayu
2017.03.13
Malang
170313_ID_Malang_620.jpg Suasana rumah orang tua ARA di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, 11 Maret 2017.
Heny Rahayu/BeritaBenar

Rumah bercat putih yang sebagian mulai terkelupas seolah tak terawat. Sebuah papan bertulis servis elektronik terpasang di tembok depan rumah kusam itu.

Rumah di sebuah desa dalam Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sepi. Siang  itu, Sabtu, 11 Maret 2017, tak ada aktivitas saat BeritaBenar mendatangi rumah tersebut.

Seorang pria paruh baya keluar rumah, membuka pintu saat diketuk. Mengenakan kruk untuk berjalan, lelaki itu tersenyum dan menyapa.

“Tidak, saya tidak tahu,” katanya begitu ditanya perihal kabar putranya yang berinisial ARA, 32 tahun.

Lantas, dia buru-buru menutup pintu dan masuk ke dalam rumah. Pria itu adalah bapak ARA, seorang warga setempat yang diduga bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sejak tiga tahun lalu.

Sedangkan istrinya IA, 29 tahun, bersama kedua anaknya yang berusia 10 tahun dan 4 tahun berusaha menyusul ARA melalui Turki, sembilan bulan lalu. Namun, mereka ditangkap aparat keamanan Turki dan dideportasi ke Indonesia.

ARA bersama istrinya dan kedua anaknya sebelumnya tinggal bersama di rumah orang tuanya. ARA bekerja di perusahaan jasa tenaga kerja ke luar negeri. Tetangganya yang selemparan batu dari rumah orang tua putih itu tak menyangka ARA bergabung ISIS.

Seorang tokoh desa itu menjelaskan IA dan kedua anaknya masih mendapatkan pembinaan dari Kementerian Sosial, sejak Januari lalu. Sampai saat ini belum ada kepastian kapan mereka akan kembali ke rumah.

“Kaget, karena selama ini aktivitasnya biasa saja. Tak ada yang mencurigakan,” katanya kepada BeritaBenar.

Menurutnya, tidak ada pemahaman menyimpang atau tanda-tanda ARA bergabung kelompok radikal.

Deteksi dini

Komandan Komando Resor Militer (Danrem) 083/ Baladhika di Malang, Kolonel Budi Eko Mulyono, mengatakan pihaknya melibatkan intelijen untuk melakukan deteksi dan pencegahan dini dalam upaya mengendalikan gerakan radikalisme.

“Ada 48 orang yang masuk telah mengikuti latihan perang di Suriah. Mereka memiliki jaringan, ini yang berbahaya,” katanya.

Tapi, dia mengaku tak punya data rinci identitas mereka yang kembali dari Suriah. Namun demikian, dia berusaha melakukan deteksi dini dengan mendekati beragam komunitas.

“Belum terdeteksi. Data itu ada di BNPT, sifatnya rahasia,” ujarnya.

Budi mengingatkan Kota Batu pernah menjadi tempat persembunyian Noordin M Top dan Dr Azahari pada 2005 lalu. Daerah itu menjadi basis Abu Jandal untuk merekrut dan menanamkan pengaruh untuk bergabung ISIS.

Peran masyarakat, menurutnya, penting untuk mengawasi ruang gerak orang memiliki paham radikal.

“Pola ini akan memudahkan pengawasan serta membatasi ruang gerak pelaku teror,” ujarnya.

Awasi

Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) V Brawijaya, Mayjend I Made Sukadana, mengaku telah mengerahkan personil TNI untuk mengawasi warga yang kembali dari Suriah dan bekas narapidana kasus terorisme agar mereka tak melakukan aksi teror.

“Sejumlah pelaku teror sebelumnya adalah narapidana terorisme. Seperti (pelaku) bom panci di Bandung,” katanya.

Aparat TNI mendata dan mengawasi gerak-gerik dan aktivitas para bekas narapidana, untuk mencegah mereka tak kembali berinteraksi dengan jaringan radikalisme.

Sukadana juga mengajak seluruh tokoh agama terlibat dalam usaha deradikalisasi.

Menurutnya, ada tiga penyebab utama radikalisme muncul, yakni gerakan untuk mengubah ideologi, secara kultur pemahaman keliru mengenai jihad, dan masalah ekonomi -- yang paling mudah dimasuki.

“Banyak pelaku teror berlatar belakang dari keluarga miskin,” ujarnya.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur melibatkan NU dan Muhammadiyah untuk melakukan usaha deradikalisasi. Tujuannya agar bekas narapidana terorisme tak mendekati kelompok radikal untuk kembali melakukan aksi.

“Ada pemahaman yang salah tentang jihad. Perlu diskusi dan dialog melibatkan tokoh agama,” ujar Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf.

Para mantan narapidana dan warga yang kembali dari Suriah terus dipantau dengan melibatkan pengurus RT, RW, aparat kepolisian dan TNI.

Selain itu BNPT juga dilibatkan karena lembaga itu punya data detil identitas mereka, termasuk yang telah kembali dari Suriah.

“Semua diajak bicara, jumlahnya yang kembali ada ratusan,” kata Saifullah, tanpa menyebutkan jumlah pasti bekas narapidana terorisme dan warga Jawa Timur yang telah kembali dari Suriah.

Bupati Malang, Rendra Kresna mengaku tengah menyiapkan mekanisme untuk memulangkan IA dan kedua anaknya. Pihaknya juga akan menyiapkan dana dan pola pendampingan kepada mereka.

“Ada pola pengawasan dan pembinaan setelah dikembalikan dari Kementerian Sosial,” ujarnya.

Rendra juga melibatkan ulama dalam menangkal radikalisme. Caranya dengan memasukkan materi wawasan kebangsaan dan kebhinekaan dalam setiap pengajian agama.

Hal senada juga dilakukan aparat desa di tempat ARA dan IA pernah tinggal. Mereka berupaya menangkal pengaruh radikal dengan melakukan pendekatan melalui jamaah keagamaan dan para pelajar untuk memberi pemahaman sejak dini.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.