Din Minimi Membantah Anggotanya Terlibat Pembunuhan Anggota TNI


2015.04.16
150414_ID_NURDIN_DIN_MINIMI__SURIAH_700_VG.jpg Polisi di Mapolres Kota Lhokseumawe, Aceh Utara menggiring sejumlah pria terduga kelompok bersenjata, 13 April 2015.
BenarNews

Pasukan keamanan menjelajahi Aceh untuk mencari anggota Din Minimi, mantan gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), yang melakukan perlawanan terhadap Pemerintah Aceh karena merasa ketidakadilan ekonimi di propinsi ini.

Sepuluh tahun setelah perjanjian Helsinski yang mengakhiri pemberontakan separatis berdarah di Aceh, Din Minimi mengatakan pemerintah saat ini telah gagal untuk memenuhi janji kesepakatan perdamaian untuk menjamin kesejahteraan sosial masyarakat Aceh.

Dalam keterangan kepada jurnalis melalui saluran telepon, 15 April, Din Minimi membantah semua tuduhan polisi yang menyatakan mereka terlibat penculikan dan pembunuhan dua personel TNI di pedalaman Aceh Utara.

“Kami tidak ada urusan dengan TNI karena yang kami lawan adalah Pemerintah Aceh untuk memperjuangkan keadilan seperti disebutkan dalam perjanjian damai dengan Indonesia. Kami melihat Pemerintah Aceh belum bisa menyejahterakan masyarakat Aceh dan para mantan kombatan GAM,” katanya.

Dia mengakui, kelompoknya pernah terlibat dalam aksi kriminal bersenjata api di Aceh Timur seperti penculikan warga negara Skotlandia, Juni 2013, perampokan mobil PT CPM pelaksana pemasangan pipa gas di Aceh Timur, dan sejumlah aksi lain.

“Kami lakukan aksi-aksi itu karena warga sekitar tidak dipekerjakan pada perusahaan mereka. Kami harap kehadiran perusahaan-perusahaan itu membuka kesempatan kerja. Tapi faktanya rakyat tak mendapatkan pekerjaan,” katanya.

Polisi menangkap 13 orang tersangka

Pekan lalu polisi di Aceh menangkap 13 terduga kelompok bersenjata yang dituding sering melakukan tindak kriminal. Mereka ditangkap di tempat berbeda.

Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Aceh, Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol) Husein Hamidi, menyebutkan, dari keterangan mereka, kelompok bersenjata itu terlibat dalam penculikan dan pembunuhan dua personel TNI.

Sebelumnya, dua anggota intelijen TNI Komando Distrik (Kodim) Aceh Utara, Hendrianto dan Indra Irawan, ditemukan tewas dengan luka tembak di Kecamatan Nisam Antara, tanggal 24 Maret. Sehari sebelumnya, kedua korban diculik belasan pria bersenjata.

“Sejauh ini kita belum ketahui pasti siapa yang menjadi eksekutor karena belum semua tertangkap,” jelas Husein kepada wartawan di Lhokseumawe, tanggal 13 April.

Masih ada sekitar 10 anggota kelompok bersenjata yang terus diburu aparat, katanya.

Menurut Kapolda Aceh, ke-13 orang yang ditangkap adalah anggota kelompok Din Minimi. Pria yang bernama Nurdin Ismail Amat pertama kali muncul pada Oktober 2014, bersama para pengikutnya sambil menenteng senjata.

“Kelompok Din Minimi melakukan aksi di beberapa tempat di Aceh Timur dan Aceh Utara. Motifnya ekonomi. Mereka mencari orang-orang kaya untuk dijadikan target pemerasan. Diculik, kemudian minta tebusan,” jelas Husein.

Husein menduga kasus tersebut terkait operasi polisi dan TNI yang memusnahkan ladang ganja.

“Jadi, tak tertutup kemungkinan bisnis mereka terganggu sehingga dijadikan target,” katanya.

Pemerintah Indonesia dan GAM menandatangani perjanjian damai di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005, untuk mengakhiri konflik di Aceh yang menewaskan setidaknya 25.000 orang, sebagian besar warga sipil.

Bukan anak buah saya: Din

Din juga menyatakan, ke-13 orang yang ditangkap polisi bukan anak buahnya.

“Saya berjuang sendiri. Dulu ada seorang teman saya, tapi saya dengar dia sudah ditangkap di Riau,” ujarnya.

“Mungkin di antara mereka yang ditangkap itu ada saya kenal kalau mereka mantan kombatan GAM, tetapi yang jelas mereka bukan anak buah saya,” kata Din, yang mengaku berada di hutan pedalaman Aceh Timur.

Din mengharapkan Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan Wakilnya Muzakir Manaf untuk memperhatikan rakyat yang masih banyak hidup dalam kemiskinan.

“Saya harapkan pemimpin Aceh jangan memikirkan kesenangan sendiri sebab masih banyak orang yang harus diperhatikan. Saat ini banyak warga mulai kelaparan karena tidak ada pekerjaan,” ujarnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.