Dua Tersangka Teroris Tewas Dalam Baku Tembak di Poso

Oleh Aditya Surya dan M. Taufan SP Bustan
2015.05.26
150526_ID_ADITYA_BUSTAN_POSO_DUA_TERORIS_TEWAS_700.jpg Petugas memperlihatkan barang bukti yang didapat saat penahanan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso di Polda Sulawesi Tengah tanggal 26 Mei.
BeritaBenar

Dua terduga terroris anggota Mujahideen Indonesia Timur [MIT] tewas dalam baku tembak dengan Kepolisian di Poso hari Minggu. Sementara itu enam tersangka teroris yang ditangkap sebelumnya dibawa ke Mabes Polri untuk penyelidikan.

“Enok alias Ano Lape dan Aziz Masamba alias Papa Sifa, ditembak mati di Desa Gayatri, Poso pada hari Minggu oleh anggota Densus 88. Keduanya diduga terlibat dalam jaringan Santoso, gembong teroris di Poso,” kata Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Polisi Idham Aziz.

Kedua orang yang tewas tersebut terdapat dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) dan kelima orang lainnya ditahan di Kepolisian di Poso, kata Idham kepada BeritaBenar tanggal 26 Mei.

Menurut keterangan Idham, Densus 88 yang tergabung dalam operasi Camar Maleo II sudah berada di Poso dengan kekuatan sekitar 1.000 personel sejak pekan lalu. Operasi Maleo terdiri dari gabungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian.

“Camar Maleo II merupakan operasi lanjutan dari operasi Camar Maleo I yang digelar dari bulan Januari-Maret lalu,” kata Idham sambil mengatakan bahwa keamanan di Poso masih rawan.

Teroris masih menggunakan daerah Poso dan sekitarnya yang susah dijangkau sebagai tempat persembunyian dan untuk training para militan.

"Sekitar 30 menit lebih baku tembak berlangsung…Kelompok tersebut sempat meledakkan bom rakitan ke arah persembunyian tim gabungan," lanjut Idham.

Usai baku tembak, tim gabungan kemudian melakukan penyisiran ke empat titik pelarian dan menemukan beberapa barang bukti termasuk senjata api jenis M-16, dua buah bom rakitan, ratusan amunisi M-16 aktif, parang, dan barang bukti lainnya.

"Dari temuan itu, jenazah dua anggota teroris langsung dievakuasi dari TKP [Tempat Kejadian Perkara] ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda di Palu," jelas Idham.

Polisi terluka dalam baku tembak

Dua anggota tim gabungan I Wayan Pande dan I Wayan Sudana terluka karena percikan bom buatan yang diledakkan anggota MIT.

"Keduanya langsung di evakusi," ungkap Idham.

Hingga saat ini, tim gabungan masih terus melakukan pengejaran terhadap kelompok yang kurang lebih berjumlah 23 orang tersebut.

Polda Sulteng sendiri terus mengimbau kepada kelompok yang dipimpin Santoso alias Abu Wardah untuk menyerahkan diri dan mengimbau warga Poso untuk waspada.

“Segera melapor ke kepolisian jika menemukan tindakan mencurigakan,” lanjut Idham.

Enam tersangka lainnya dilarikan ke Jakarta

Satu hari sebelumnya, enam tersangka teroris dan pengikut Santoso yang ditangkap di tempat dan waktu berbeda di wilayah Poso dan sekitarnya telah dibawa ke Mabes Polri di Jakarta untuk investigasi, satu diantaranya adalah perempuan.

“Kebanyakan dari mereka mempunyai peran sebagai kurir logistik, pendanaan dan membantu keperluan MIT,” kata juru bicara Kepolisian Agus Rianto kepada wartawan di Jakarta tanggal 25 Mei.

Mereka tiba tanggal 23 Mei lalu dengan pengawalan ketat dari Densus 88.

“Kelompok MIT telah meresahkan masyarakat karena membunuh masyrakat lokal dan melancarkan aksi teror kepada lokal kepolisian,” terang Idham.

Keenam tersangka yaitu Ahmad Wahyono (alias Yono Adem, Yono Adim ) Farid Ma'ruf (alias Farid Tinombo), sepasang suami istri Hasan dan Rosmawati, Amirudin (alias Aco Tabalu, Aco Gula Merah, Bunga Desa) dan Imran (alias Legenda).

Kepolisian telah menyita ATM sebagai bukti transaksi, beserta dokumen lainnya, terang Rianto.

"Selain Santoso, kepolisian juga mencari Basri, " Kapolri, Badrodin Haiti berjata kepada wartawan di Jakarta tanggal 26 Mei.

Basri (alias Ayas atau Bagong) lolos dari Lembaga Pemasyarakatan (LP) Ampana di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah bulan April tahun 2013 lalu.

Ia adalah terdakwa teroris yang dijatuhi vonis 19 tahun penjara pada bulan Desember 2007 lalu karena keterlibatannya dalam pemenggalan tiga siswi Katolik di Poso di tahun 2005.

Cerita tersebut merupakan lanjutan dari konflik sekterian di Poso yang telah menewaskan lebih dari 2000 orang, Badrodin menjelaskan.

Mantan Kepala BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) Ansyaad Mbai mengatakan teroris di Poso sebenarnya semakin lemah.

 

“Mereka telah kehabisan dana dan pemimpin mereka sudah banyak yang tewas. Meskipun demikian upaya deradikalisasi perlu dilakukan agar mencegah semakin banyak simpatisan kelompok tersebut,” katanya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.