Yusuf Adirima, Eks Militan yang Peduli Sesama

Kusumasari Ayuningtyas
2016.09.08
Solo
160908_ID_Solo_1000.jpg Yusuf Adirima memasak di restoran miliknya di Solo, Jawa Tengah, 3 September 2016.
Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar

Hampir tujuh tahun, Yusuf Adirima (40) menghirup udara bebas. Dia begitu mensyukuri pembebasannya, Januari 2009, usai menjalani hukuman 5 tahun 6 bulan di penjara Kembang Kuning Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah (Jateng).

Yusuf, yang memiliki nama asli Machmudi Haryono, divonis bersalah atas penyimpanan 26 bom rakitan dan amunisi di Jalan Sri Rejeki Selatan No VII Semarang, awal Juni 2003.

Ditemui BeritaBenar di warungnya di kawasan Sriwedari, Solo, Jawa Tengah, Sabtu 3 September 2016, Yusuf antusias mengisahkan keterlibatannya dalam kelompok teroris Jamaah Islamiyah, Moro Islamic Liberation Front (MILF), hingga perjuangannya kembali ke masyarakat.

Merasakan susahnya berada di balik jeruji besi, membuat Yusuf memiliki rasa solidaritas tinggi terhadap teman-teman jaringan teroris yang masih ditahan di beberapa penjara di Indonesia.

Pria yang oleh teman-temannya disapa Ucup, mengaku selalu menyisihkan waktu di sela kesibukannya berbisnis kuliner dan rental mobil untuk menemui mereka. Jika memungkinkan, dia membawa bistik sapi hasil olahannya saat menjenguk mereka.

“Sekarang saya mau makan apa saja bisa dan mudah tinggal makan, lha di penjara, mau makan enak aja mikir, susah pokoknya,” tutur pemilik warung Dapoer Bistik Solo ini.

Kompor dan gas LPG wajib dibawa kalau ia menjenguk rekan di penjara yang jauh. Yusuf memanaskan bistik sebelum disajikan. Lokasi untuk memanaskan biasanya di halaman masjid dekat penjara.

Dia juga berusaha memenuhi permintaan kawan-kawannya. Misalnya seorang rekannya yang divonis seumur hidup minta tolong dibelikan celana jeans. Yusuf akan mencarikan dan mengantarkannya saat berkunjung di lain waktu.

“Hal sederhana, keinginan sederhana, tapi sulit dia penuhi dengan kondisinya berada di penjara,” ujarnya.

Pro dan kontra

Ketika temannya bebas, Yusuf sebisa mungkin menjemput mereka. Jika tidak, dia minta tolong kepada supir di rental miliknya, yang sebagian adalah teman-teman jaringannya yang telah bebas, untuk menjemput.

Yusuf menjemput dengan harapan agar mereka tidak merasa sendiri setelah keluar dari penjara.

“Kalau setelah keluar (dari penjara) ia ingin kembali ke masyarakat atau ke keluarga, ayo saya bantu. Tapi jika mau kembali ngebom, silahkan berurusan dengan Densus dan saya nggak ikut-ikutan,” tegasnya.

Pilihan Yusuf ini disambut pro dan kontra oleh rekan-rekan di jaringannya. Ada yang setuju kemudian terinspirasi mengikutinya, ada yang memaklumi meski tetap memilih sebagai  militan, tapi ada juga yang tidak setuju.

“Banyak yang ngajak saya kembali ngebom, mereka bilang apa yang saya jalani mencari dunia, sementara ngebom itu mencari surga,” jelas Yusuf.

Tidak takut

Banyak warga tahu kalau warung bercat oranye di salah satu sudut kuliner Kota Solo itu milik eks-jihadis yang tentunya tak tertutup kemungkinan didatangi terduga teroris.

“Saya tahu dari teman saya jika pemilik warung ini dulu teroris, tapi nggak masalah. Yang penting masakannya enak dan murah,” kata Anangga, seorang pelanggan yang mengaku sering datang bersama istri dan dua anaknya ke warung Yusuf.

Dia mengaku tidak takut dan berkeyakinan, justru karena warung milik eks-jihadis dan sering berkumpul sesama eks-jihadis maupun jihadis, tak akan mungkin menjadi sasaran pemboman.

Widodo (39), yang dipercaya mengelola warung itu, tidak pernah terlibat radikalisme. Baik Widodo dan Yusuf pernah bekerja di warung bebek goreng depan Polda Jateng tahun 2009 dan memiliki latar belakang tak jauh berbeda, yaitu pernah nyantri.

Mereka menjadi partner kerja usai keluar dari warung bebek gorong. Keduanya sempat mendirikan warung iga sapi di Semarang. Di sini, banyak polisi yang jadi pelanggan.

Saat teman-teman Yusuf di Solo yang rata-rata jihadis dan eks-jihadis, pengacara, atau polisi datang ke warung iga sapi itu, Widodo bisa memaklumi.

“Dia memang orang baik, suka membantu dan cepat tanggap,” kesan Widodo.

Dituduh mata-mata

Karena terlanjur mengenal polisi, Yusuf juga sering berinteraksi dengan mereka, termasuk Detasemen Khusus Anti-Teror (Densus 88) yang pernah menangkapnya.

Akibatnya, ia sering menerima tuduhan yang disebutnya sebagai fitnah. Seperti dituduh menerima dana dari Badan Nasional Penaggulangan Terorisme (BNPT) untuk mendirikan usahanya dan menjadi mata-mata kepolisian.

“Padahal tidak ada yang benar. Saya sama sekali tak pernah menerima dana dari BNPT. Usaha ini hasil patungan dengan teman-teman,” ujar Yusuf yang juga menyanggah kalau dia mata-mata kepolisian.

Diakuinya bila terjadi pengeboman, polisi sering mendatangi rumahnya untuk mencari informasi, terutama mengetahui latar belakang pelaku. Jika Yusuf memang tahu, ia akan memberitahu.

Tapi dia dengan tegas menyatakan tidak pernah menjadi mata-mata polisi. Bahkan, saat ada aksi, dia seringkali baru tahu dari polisi atau media massa.

Kabid Humas Polda Jateng, Kombes. Pol. Liliek Darmanto mengakui bahwa polisi masih mengawasi Yusuf meski bukan narapidana dan sudah selesai wajib lapor.

"Hanya pengawasan biasa, cukup tahu sekarang bagaimana. Kalau sudah baik, ya sudah. Sisanya pengawasan dilakukan oleh lingkungannya," katanya kepada BeritaBenar.

Yusuf juga sering menyampaikan keberatan rekan-rekannya sesama santri yang merasa dirugikan dengan stigma yang disematkan ke pesantren, seperti Al Mukmin Ngruki yang menurutnya seakan dicitrakan sarang teroris. Padahal banyak santri yang tak terkait jaringan apapun dan murni belajar seperti Widodo.

Tokoh-tokoh JI banyak memiliki kaitan dengan Al Mukmin Ngruki, pesantren yang salah satu pendirinya adalah Abu Bakar Ba’asyir, yang dikenal sebagai pemimpin spiritual JI.

“Stigma seperti ini membuat pihak lain yang kena imbasnya, padahal bukan teroris dan tak punya hubungan apa-apa dengan jaringan terorisme, jadi ikut-ikutan membenci polisi," sesal Yusuf.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.