Mantan GAM Diminta Membatalkan Niat Bergabung Dengan ISIS
2015.07.09
Para mantan prajurit Gerakan Aceh Merdeka (GAM) diminta membatalkan keinginan mereka untuk bergabung dengan tentara Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) karena pemahaman kelompok militan tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam yang dianut masyarakat Aceh.
“Mereka harus memikirkan kembali masak-masak karena akan banyak bala daripada laba yang didapat bila bergabung dengan ISIS. Jangan sampai menyesal di kemudian hari,” ujar Prof. Yusny Sabi Koordinator Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Aceh tanggal 9 Juli.
“Bila mereka tetap pergi, tentu berdampak negatif bagi Aceh. Untuk itu, semua pihak harus melakukan pendekatan kepada mantan GAM agar membatalkan niat mereka.”
Keduanya diminta tanggapan terkait rencana sekitar 100 bekas gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang ingin bergabung dengan ISIS karena mereka merasa tidak diperhatikan oleh Pemerintah Aceh.
Menurut guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh ini, ISIS telah menjadi musuh banyak pihak dan telah membuat citra Islam tak baik karena kekejaman dan kejahatan yang dilakukan kelompok militan tersebut.
Seperti diberitakan banyak media, tentara ISIS melakukan pembantaian terhadap para tahanan dan non-Muslim.
ISIS juga telah menghancurkan tempat-tempat bersejarah, gereja dan masjid yang dianggap tak sesuai dengan pendirian kelompok tersebut.
“Akibat perbuatan ISIS begitu, telah menimbulkan persepsi masyarakat internasional seolah-olah Islam membolehkan kekerasan. Akibatnya citra Islam merosot padahal Islam adalah agama rahmatalli’alamin (rahmat bagi seluruh alam, Red),” ujar Yusny.
“Islam adalah agama yang lembut. Islam adalah agama pemaaf. Islam cinta damai. Dalam ajaran Islam, seorang tahanan tidak boleh dianiaya, apalagi dibunuh seperti dilakukan ISIS tanpa melalui pengadilan yang sah.”
Yusny menyayangkan adanya keinginan para mantan GAM bergabung dengan ISIS karena kelompok teroris itu tidak jelas bagaimana struktur pemerintahannya.
“Untuk apa berjuang dengan kelompok seperti hantu. Dimana ibukota ISIS dan siapa presidennya. Siapa ulamanya. Apa kitab yang mereka pakai sehingga begitu mudah membunuh manusia dengan sadis untuk menciptakan teror,” tuturnya.
ISIS tak sesuai dengan Islam di Aceh
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Nahdhatul Ulama (DPW NU) Aceh, Teungku Faisal Ali, menyebutkan, hakikat dan pengamalan yang dilakukan ISIS tak sama dengan amaliah dan akidah Muslim di Aceh.
Ia mengharapkan mantan GAM untuk membatalkan keinginan mereka bergabung dengan ISIS.
“Bagaimana mungkin kita membela kelompok yang telah merusak masjid-masjid dan kuburan para Nabi hanya karena tidak sesuai dengan pendirian mereka,” katanya kepada BeritaBenar Kamis, tanggal 9 Juli.
Faisal menilai bahwa keinginan para mantan gerilyawan GAM sebagai “bentuk putus asa” hanya gara-gara kurang diperhatikan Pemerintah Aceh. Seharusnya mereka bisa berdialog dan tidak harus mengancam untuk bergabung dengan ISIS.
“Bagaimana kita bilang mau membela Islam kalau kita putus asa. Dalam Islam sangat dilarang berputus asa dari nikmat Allah. Bumi Aceh luas dan masih banyak yang bisa dikerjakan untuk menghidupi keluarga,” tegas Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh itu.
Terkait alasan mantan GAM yang bisa memperdalam ilmu agama Islam apabila telah bergabung dengan ISIS, Faisal menyebutkan bahwa di Aceh sangat banyak pesantren yang dapat dijadikan tempat belajar asalkan serius dan bersungguh-sungguh.
“Banyak ulama di Aceh bisa mengajarkan Islam cinta damai dan saling menghargai yang lebih bagus dari sekolah di Suriah,” ujar Faisal yang memiliki pesantren modern.
“ISIS melawan karena terjepit”
Tapi, mantan Wakil Panglima GAM wilayah Peureulak, di Kabupaten Aceh Timur, Fakhruddin Bin Kasem menyatakan bahwa berbagai aksi kekerasan yang dilakukan ISIS karena mereka terjepit dari serangan banyak pihak.
“Semut saja bila sudah terjepit akan menggigit. Konon lagi tentara ISIS yang memiliki senjata dan diserang di banyak negara, tentu mereka melawan untuk membela diri,” katanya.
Fakhruddin menambahkan bahwa ia mendapatkan informasi tentang ISIS dari media massa dan televisi. Sejauh ini, diakuinya para mantan GAM itu belum punya jaringan ke kelompok ISIS.
Dia mengaku mulai tertarik dengan ISIS setelah mengetahui kalau kelompok radikal itu memberi gaji untuk tentaranya.
Hanya iseng dan di luar akal sehat
Kapolda Aceh Irjen Pol Husein Hamidi menyebutkan bahwa polisi akan menindak siapa pun yang melakukan pelanggaran hukum.
Tetapi, sejauh ini para mantan GAM itu dianggap belum melanggar hukum Indonesia.
“Yang jelas setiap ada pelanggaran hukum akan ditindak sesuai aturan yang berlaku,” katanya.
Husein menganggap keinginan mantan GAM bergabung dengan ISIS hanya ulah dari orang iseng karena tak mudah bagi seseorang bisa bergabung dengan jaringan garis keras itu.
“Tidak ada itu. Masyarakat Aceh sekarang pikirkan bagaimana melaksanakan lebaran dengan aman. Mungkin ada orang-orang iseng ya silahkan saja,” kata Kapolda Aceh.
Sementara itu, seorang pengamat politik dan keamanan Aceh, Aryos Nivada menilai niat mantan gerilyawan GAM hendak bergabung dengan ISIS merupakan tindakan “di luar akal sehat” karena ISIS tidak diterima masyarakat internasional, termasuk di Indonesia.
“Kalaupun benar mereka mau bergabung, belum tentu diterima karena untuk dapat bergabung dengan ISIS harus siap dibaiat selalu setia pada kelompok itu. Saya tidak yakin para bekas GAM siap meninggalkan keluarganya di Aceh karena akan menjadi beban berat bagi mereka,” ujar Aryon kepada BeritaBenar, Kamis.
Menurut dosen Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala Banda Aceh itu, belum ada dalam sejarah jaringan Islam radikal, seseorang yang ingin bergabung mengumumkan ke publik seperti dilakukan para mantan GAM.
“Saya yakin ISIS tak akan menerima mereka karena ideologi GAM sekuler, sedangkan ISIS bermaksud mendirikan kekalifahan Islam. Belum lagi faktornya adalah ekonomi. Tentu ISIS akan menolak mentah-mentah mereka,” ujar Aryos.