3 WNI Diantara 37 Terduga Militan Tewas dalam Serangan di Filipina Selatan

Tentara Filipina mengatakan telah berhasil melumpuhkan ancaman Abu Sayyaf di Filipina tengah.
Felipe Villamor
2017.04.25
Manila
170425-PH-militants-620.jpg Seorang penembak jitu Filipina membidikkan senjatanya ke wilayah yang diyakini sebagai sarang kelompok teroris Maute, Minggu 23 April 2017, sesudah pemerintah Filipina melancarkan serangan udara di wilayah tersebut pada 15 April 2017.
Richel V. Umel/BeritaBenar

Tentara Filipina telah menewaskan 37 militan, termasuk tiga warga negara Indonesia (WNI) dan seorang warga Malaysia, dalam sebuah serangan militer yang melumpuhkan sebuah kamp kelompok ekstremis yang telah berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), di sebuah hutan di wilayah selatan negara itu, demikian kata pejabat militer tertinggi Filipina, Selasa.

"Kami menewaskan sekitar 37 musuh, 14 telah diidentifikasi dan 23 masih belum diketahui, dengan tiga orang warga Indonesia dan satu orang Malaysia," kata Pimpinan Militer Filipina, Jenderal Eduardo Ano, kepada wartawan.

Ano membuat pernyataan tersebut berbarengan dengan klaim pejabat pemerintah Filipina yang mengatakan telah berhasil menangani ancaman Abu Sayyaf di Filipina tengah, dua minggu setelah kelompok bersenjata tersebut memasuki wilayah utara, meninggalkan benteng tradisional mereka di selatan dan terlibat baku tembak dengan tentara.

Ano mengatakan tembakan udara dan artileri menimbulkan korban berat di pihak kelompok bersenjata Maute, yang termasuk dalam belasan kelompok Muslim bersenjata yang baru terbentuk yang telah bersekutu dengan kelompok ISIS di Filipina selatan.

Ano tidak mengidentifikasi warga Malaysia dan warga Indonesia yang terbunuh dalam serangan itu, namun mengatakan bahwa mereka sebelumnya terlibat dalam jaringan teroris regional Asia Tenggara, Jemaah Islamiyah.

Pejabat di Jakarta dan Kuala Lumpur tidak bisa segera mengkonfirmasi identitas para militan asing tersebut. Ano mengatakan kematian mereka dikonfirmasi oleh sumber intelijen dan berdasarkan kesaksian penduduk setempat.

Serangkaian bentrokan terjadi dalam dua minggu sebelum Manila menjadi tuan rumah pertemuan tahunan para pemimpin Asia Tenggara, di mana salah satu topik yang mungkin dibahas adalah kerjasama anti-terorisme regional.

Sementara itu, empat gerilyawan tewas hari Sabtu dalam baku tembak di pulau tujuan wisata Bohol, beberapa hari setelah kelompok Abu Sayyaf yang dipimpin oleh Muamar Askali, alias Abu Rami, dan empat orangnya bawahannya dibunuh oleh tentara Filipina dalam baku tembak intensif , juga di Bohol, daerah wisata yang terkenal karena pantainya.

Seorang letnan tentara dan tiga lainnya, termasuk seorang polisi, tewas dalam bentrokan awal, saat pertama kalinya Abu Sayyaf atau "Sang Pembawa Pedang" pindah ke pulau itu.

Abu Rami, salah satu faksi Abu Sayyaf, diduga berada dibalik penculikan dan pemenggalan para tawanan asing, termasuk Jürgen Kantner (70) seorang pemilik yatch asal Jerman pada Agustus tahun lalu, dan dua warga Kanada yang ditangkap tahun 2016.

"Angkatan Bersenjata dan Polisi Nasional Filipina dengan gembira menginformasikan kepada Anda bahwa ancaman yang kita hadapi di Pulau Bohol … dan laporan lain yang telah dikonfirmasi mengenai bahaya yang ditimbulkan oleh teroris didaerah wisata itu, sudah direspons,” kata jurubicara militer, Brig. Gen. Restituto Padilla, kepada para reporter.

"Dan dengan kejadian-kejadian yang terungkap sejak Minggu Suci hingga penemuan Sabtu lalu, kami yakin bahwa kami telah menangani masalah ini dengan baik, kata Padilla.

Padilla mengatakan militer telah mulai menguasai wilayah di provinsi –provinsi selatan Sulu, Basilan dan Tawi-Tawi, yang memaksa para militan untuk menyerah, termasuk Radullan Sahiron, seorang militan Abu Sayyaf yang kepalanya dihargai $1 juta oleh Pemerintah Amerika.

Dikenal dengan sebutan “bandit dengan satu senjata”, Sahiron adalah salah satu komandan Abu Sayyaf asli yang memimpin kelompok tersebut dalam serangkaian penculikan, termasuk terhadap dua orang Amerika pada tahun 2001.

Padilla juga mengumumkan bahwa pasukan tentara yang didukung oleh pesawat terbang dan helikopter, berhasil menguasai basis pelatihan militan yang besar di Lanao del Sur, juga di wilayah selatan yang bergolak di negara itu, dalam dua hari pengeboman yang dimulai hari Sabtu.

"Kami melakukan serangkaian operasi yang menggunakan aset dari Angkatan Udara Filipina untuk membom target yang memastikan bahwa tidak ada kerusakan yang tidak diinginkan akan terjadi," kata Padilla kepada wartawan, "serangan ini terjadi pada hari Sabtu pagi dan terjadi sampai kemarin sore."

Abu Sayyaf, yang dulu diyakini berafiliasi dengan Al Qaeda, baru-baru ini mengumumkan kesetiaan kepada ISIS. Kelompok ini dikenal di kancah internasional di awal tahun 2000an ketika melakukan penculikan atas belasan turis lokal dan asing, untuk tebusan jutaan dolar.

Abu Sayyaf dianggap sebagai salah satu kelompok militan paling brutal di Asia Tenggara, yang sering menunjukkan video pemenggalan  para tawanan melalui Internet. Kelompok bersenjata ini juga diklaim berada dibalik pemboman sebuah kapal feri di Teluk Manila tahun 2004, yang menewaskan lebih dari 100 orang dalam serangan teroris terburuk di negara itu.

Richel Umel dan Mark Navales di Mindanao, Filipina turut berkontribusi dalam artikel ini.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.