Tentara Filipina Selamatkan 2 WNI yang Disandera Abu Sayyaf

Penyelamatan berlangsung saat Filipina menekan perlawanan faksi Abu Sayyaf pimpinan Isnilon Hapilon, pemimpin ISIS di Marawi.
Richel V. Umel & Ismira L.Tisnadibrata
2017.09.07
Marawi, Filipina & Jakarta
170907-PH-Indonesians-1000.jpg Tentara Filipina mewawancarai kedua WNI yang berhasil dibebaskan dari kelompok Abu Sayyaf, Sarapuddin Koni (tengah) dan Sawal Maryam (kanan), di rumah sakit tentara di Jolo, 7 September 2017.
AFP

Tentara Filipina, Kamis, 7 September 2017, berhasil menyelamatkan dua warga negara Indonesia (WNI) yang disandera militan Abu Sayyaf di tengah hutan bagian selatan Pulau Jolo.

Namun diperkirakan para militan melarikan diri dengan tetap menyandera sekitar 12 warga asing lain, termasuk tiga hingga lima dari Indonesia.

Militer Filipina mengatakan, pasukan marinir yang memimpin penyerangan tersebut menemukan Sarapuddin bin Koni (65) dan Sawal bin Maryam (50) ketika melakukan operasi pagi hari dekat Kota Indanan.

Sejauh ini belum ada detil lebih lanjut mengenai kedua awak kapal asal Indonesia yang berasal dari Majene, Sulawesi Barat, tersebut. Namun keduanya telah dibawa ke rumah sakit setempat untuk pemeriksaan kesehatan.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membenarkan pembebasan kedua WNI itu terjadi pada 7 September sekitar pukul 06.30 waktu setempat dan mereka sedang menjalani pemeriksaan kesehatan.

"Ini adalah prosedur tetap yang dijalani pada saat pembebasan sandera, atau sandera bebas, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah pemeriksaan kesehatan," ujar Retno dalam pernyataan video yang dikirim ke media dari Singapura.

Menlu berada di Singapura untuk mendampingi Presiden Joko “Jokowi” Widodo dalam kunjungan kerja memperingati 50 tahun hubungan bilateral Indonesia dan Singapura.

Retno menambahkan kedua WNI tersebut akan dipindahkan ke markas Komando Militer Barat Pasukan Bersenjata Filipina di Zamboanga, dimana mereka akan ditemui oleh perwakilan dari Konsulat Jendral RI Kota Davao untuk dipulangkan ke Indonesia.

Militer Filipina tidak mengeluarkan informasi detil tentang situasi seputar penyanderaan mereka, namun Saparudin dan Sawal termasuk dari 18 sandera yang ditahan Abu Sayyaf di wilayah selatan Filipina yang terus bergejolak karena konflik.

Setidaknya diperkirakan masih ada 12 sandera dari berbagai negara yang masih ditahan kelompok militan bersenjata itu.

Sebelumnya Juni dan Agustus, pasukan Filipina menyelamatkan dua sandera asal Filipina walau dua rekan mereka sesama warga Vietnam dipenggal kepalanya, bulan Juli.

Abu Sayyaf yang telah berbaiat terhadap kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ini juga memenggal kepala seorang sandera asal Jerman awal tahun ini dan dua warga Kanada tahun lalu setelah Pemerintah Kanada menolak untuk membayar uang tebusan yang diminta.

Marawi

Penyelamatan dua awak kapal WNI itu berlangsung saat pasukan Filipina terus menekan perlawanan yang dilakukan salah satu faksi Abu Sayyaf pimpinan Isnilon Hapilon, yang dikenal berasal dari Marawi dan disebut sebagai pemimpin ISIS di kawasan itu.

Militan pimpinan Hapilon telah terlibat dalam pertempuran sengit melawan pasukan Filipina sejak kelompok tersebut mengambil alih Marawi.

Akibat pertempuran itu 200 ribu penduduk terpaksa meninggalkan Marawi sehingga membuatnya menjadi kota mati sejak bentrokan senjata terjadi pada 23 Mei lalu.

Pihak militer mengatakan sejauh ini 839 orang telah tewas dan mayoritas dari korban tewas adalah militan.

Tapi, masih belum diketahui apa yang terjadi terhadap Hapilon, dan juga dengan mereka yang menjadi pimpinan kelompok Maute dan beberapa teroris ISIS asal Asia Tenggara dan Timur Tengah.

Militer Filipina mengatakan anggota kelompok bersenjata itu diduga masih menawan puluhan sandera, termasuk seorang pendeta Katolik, yang digunakan sebagai tameng manusia untuk memperlambat pergerakan pasukan pemerintah.

Retno mengatakan kedua WNI itu adalah ABK kapal ikan Malaysia, Madai II Kunak, yang diculik militan Abu Sayyaf pada 19 November 2016 di wilayah perairan Batu 70, Lahad Datu, Sabah, Malaysia.

"Besok pagi (Jumat) mungkin akan ada perkembangan baru lagi mengenai hal itu," ujarnya.

Sebelumnya, dalam jumpa pers pada 10 Januari lalu, Retno mengatakan, terdapat 25 WNI yang telah dibebaskan dari penyanderaan Abu Sayyaf selama tahun 2016.

Saat itu, Menlu menyebutkan bahwa masih ada tujuh WNI yang disandera kelompok militan di Filipina selatan.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.