AS dan Indonesia mulai latihan militer Garuda Shield terbesar sepanjang sejarah

Analis mengatakan Indonesia ingin menyampaikan pesan kesiagaan penuh jika terjadi konflik intensitas tinggi di Laut China Selatan.
Staf BenarNews
2022.08.01
AS dan Indonesia mulai latihan militer Garuda Shield terbesar sepanjang sejarah Seorang tentara berlari menembus asap merah membawa torpedo Bangalore dalam Latihan Garuda Shield di Area Pelatihan Baturaja, Sumatra Selatan, 12 Agustus 2021.
[Angkatan Darat /Departemen Pertahanan AS]

Indonesia dan Amerika Serikat, dengan partisipasi tambahan dari Australia, Jepang dan Singapura, memulai latihan militer gabungan pada Senin untuk menunjukkan kemitraan pertahanan diantara kedua negara di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan Indo-Pasifik.

Latihan gabungan tahunan Super Garuda Shield ini jauh lebih besar dibanding latihan sebelumnya, dengan banyak negara berpartisipasi atau menjadi pengamat untuk pertama kalinya,” ujar pernyataan dari Kedutaan Besar AS di Jakarta.

Latihan ini diikuti sekitar 4.000 personil, sebagian besar tentara Indonesia dan AS dan berlangsung pada 1-14 Agustus di Sumatra dan Kalimantan.

“Ini murni latihan militer-ke-militer,” kata Mayor Jenderal Stephen Smith, komandan pasukan AS dalam kegiatan tersebut pada konferensi pers di Jakarta, Jumat.

"Ini bukan ancaman atau tidak boleh dipandang sebagai ancaman bagi siapapun, di manapun," kata Smith.

Latihan gabungan ini dilakukan saat China mengumumkan serangkaian latihan tembak-menembak di Laut China Selatan.

Indonesia bukan negara yang terlibat dalam sengketa di Laut China Selatan, tetapi Jakarta memiliki kepentingan yang sama untuk mengeksplorasi sumber daya maritim di perairan tersebut.

Pada sebuah acara yang diadakan oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS), asisten menteri pertahanan AS untuk urusan keamanan Indo-Pasifik Ely Ratner mengatakan kapal dan pesawat militer China telah bertindak agresif terhadap pasukan lain di wilayah tersebut.

“Jika PLA melanjutkan pola perilaku ini, hanya masalah waktu sebelum ada insiden besar atau kecelakaan di kawasan itu,” kata Ratner, mengacu PLA sebagai Tentara Pembebasan Rakyat China.

Latihan Garuda Shield ini juga diselenggarakan di tengah desas-desus rencana kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taiwan.

Pelosi dan delegasi kongres AS tiba di Singapura pada Senin, dalam lawatan mereka ke negara-negara Indo-Pasifik. Pelosi dijadwalkan mengunjungi Kuala Lumpur, Selasa.

Sementara Taiwan tidak ada dalam rencana tujuan lawatan resmi Pelosi, sumber dari Radio Free Asia (RFA) yang berafiliasi dengan BenarNews dan sumber-yang dikutip oleh media lokal dan CNN mengatakan ia akan melakukan perjalanan tidak resmi pada Selasa malam ke Taiwan.

Pada Senin, Beijing menegaskan peringatannya bahwa njungan Pelosi ke Taiwan akan mengarah pada “perkembangan dan konsekuensi yang sangat serius.”

Amerika Serikat tidak memiliki hubungan resmi dengan Taipei dan mengakui Beijing secara diplomatis. Namun demikian, alih-alih menyebut Taiwan sebagai bagian dari “Kebijakan satu-China,” Washington diwajibkan oleh undang-undangnya untuk menyediakan pulau itu dengan kemampuan pertahanan.

Kongres AS telah meminta pemerintahan Joe Biden untuk mengambil sikap yang lebih kuat atas Taiwan.

Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat Jenderal Mark Milley (tengah) memeriksa pasukan didampingi Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa di Jakarta, 24 Juli 2022. [Departemen Pertahanan AS]
Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat Jenderal Mark Milley (tengah) memeriksa pasukan didampingi Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa di Jakarta, 24 Juli 2022. [Departemen Pertahanan AS]

'Keputusan yang sudah diperhitungkan'

Skala latihan yang lebih besar, dan partisipasi yang lebih luas dari mitra dan pengamat, adalah “keputusan yang diperhitungkan” oleh Jakarta, ujar seorang analis Indonesia terkait kegiatan Garuda Shield tahun ini.

“Intinya adalah untuk menunjukkan bahwa Indonesia bisa bekerja sama dengan siapa pun yang diinginkannya,” kata Satya Pratama, pejabat senior pemerintah Indonesia dan analis pertahanan maritim.

“Indonesia memiliki kebijakan luar negeri yang ‘bebas dan aktif’: bebas untuk terlibat dengan mitra dan teman mana pun; dan aktif dalam memastikan keamanan global berdasarkan kepentingan nasional Indonesia,” kata Satya.

Secara tradisional, latihan Garuda Shield hanya melibatkan tentara angkatan darat dan pasukan terjun payung tetapi Super Garuda Shield 2022 juga melibatkan angkatan udara dan angkatan laut , termasuk angkatan laut dari Jepang dan Singapura.

Kanada, Prancis, India, Malaysia, Korea Selatan, Papua Nugini, Timor Leste, dan Inggris berpartisipasi sebagai negara pengamat.

“Dimasukkannya angkatan laut ke dalam agenda pelatihan merupakan perubahan dalam pemikiran strategis bahwa wilayah perairan dan yurisdiksi Indonesia sekarang menjadi lebih rentan terhadap ancaman eksternal,” kata Dedi Dinarto, analis utama Indonesia di perusahaan penasihat kebijakan publik Global Counsel.

Pemilihan Kepulauan Riau sebagai salah satu lokasi pelatihan di Super Garuda Shield 2022 juga mempunyai arti cukup signifikan.

Pada 2016 dan awal 2020, ketegangan terjadi karena keberadaan kapal penangkap ikan China di perairan dekat Kepulauan Natuna, tempat di mana Beijing meminta Jakarta menghentikan pengeboran minyak dan gas.

“Provinsi Kepulauan Riau meliputi Laut Natuna Utara, dan pelatihan angkatan laut di daerah ini dapat membantu negara-negara peserta memahami konteks operasi di balik insiden ini,” kata Dedi.

Dengan memilih Kepulauan Riau, maka “terungkaplah kepentingan strategis para pengambil kebijakan pertahanan untuk memperkuat provinsi-provinsi terluar sebagai daerah pertahanan Indonesia.”

Pelatihan juga akan berlangsung di Amborawang Darat di Provinsi Kalimantan Timur, dekat dengan proyek ibu kota baru di Penajem Paser Utara, kata Dedi. Hal ini “memberikan kesempatan bagi militer Indonesia untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menjaga wilayah baru dari potensi ancaman.”

Analis militer dari Universitas Indonesia, Connie Rahakundini Bakrie, mengatakan perubahan skala latihan dari hanya per angkatan menjadi gabungan dan memperlihatkan adanya potensi kerjasama strategis jika terjadi konflik.

“Pesan yang ingin disampaikan adalah kesiagaan penuh Indonesia jika sewaktu-waktu terjadi konflik intensitas tinggi di kawasan Laut China Selatan,” ujar dia.

Pada 2021, latihan Garuda Shield digelar di Baturaja, Sumatra Selatan; Amborawang, Kalimantan Timur; dan Makalisung, Sulawesi Utara.

Lokasi-lokasi tersebut secara geografis dekat dengan Laut China Selatan, salah satu sumber ketegangan antara Amerika Serikat dan China. 

“Seiring waktu dan kemampuan Indonesia dapat berperan lebih besar sebagai kekuatan penyeimbang di kawasan menuju keharmonian dunia, jadi exercises dengan negara non-AS dan aliansinya perlu segera dilakukan juga,” ujar dia.

Partisipan dari Amerika Serikat, Singapura dan Indonesia tampak bercakap-cakap dalam latihan gabungan “Super Garuda Shield”, di Area Pelatihan Baturaja, Sumatra Selatan, 1 Agustus 2022. [Facebook/Tim Tempur Brigade Infanteri ke-3, Divisi Infanteri ke-25 AS]
Partisipan dari Amerika Serikat, Singapura dan Indonesia tampak bercakap-cakap dalam latihan gabungan “Super Garuda Shield”, di Area Pelatihan Baturaja, Sumatra Selatan, 1 Agustus 2022. [Facebook/Tim Tempur Brigade Infanteri ke-3, Divisi Infanteri ke-25 AS]

Menurut peneliti senior Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fitriani sebenarnya anggota TNI yang bergabung dalam latihan berkurang dibanding tahun lalu yang mencapai 2.161 personil.

Fitri menyoroti komitmen Amerika Serikat yang mengirimkan personil hingga 2.000 orang, lebih besar dari tahun lalu sebanyak 1.500 orang.

“Semoga tidak ada insiden yang meningkatkan ketegangan dan memantik konflik terbuka di kawasan Asia yang memiliki banyak flash points, antara lain Laut China Selatan, Laut China Timur dan juga di mana negara-negara kawasan sedang berlomba memperbaharui platform militer mereka,” ujar dia.

Kedutaan Besar AS di Jakarta mengatakan latihan itu “memperkuat kemitraan strategis AS-Indonesia dan memajukan kerja sama regional dalam mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.”

“Pelatihan, pertukaran akademik, dan lokakarya pengembangan profesional yang berfokus pada tingkat korps dan di bawahnya akan fokus pada bidang-bidang seperti bantuan kemanusiaan dan bantuan bencana, serta memerangi ancaman konvensional, tidak konvensional, dan ancaman hibrid,” kata Kedutaan Besar AS.

Alvin Prasetyo dan Dandy Koswaraputra dari Jakarta berkontribusi dalam laporan ini.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.