Indonesia, AS gelar latihan militer Garuda Shield terbesar
2023.08.30
Jakarta
Indonesia menggelar latihan militer gabungan terbesarnya dengan Amerika Serikat bersama sejumlah negara lain pada Kamis yang oleh pemerintah salah satu tujuannya disebut untuk meningkatkan kapasitas TNI, namun analis melihat sebagai unjuk kekuatan melawan agresivitas China di kawasan Indo-Pasifik.
Juru Bicara TNI Laksamana Muda Julius Widjojono mengatakan latihan tahunan Super Garuda Shield 2023 yang berlangsung selama dua minggu hingga 13 September dan berpusat di Jawa Timur ini akan melibatkan 6.160 personel yang sebagian besar merupakan tentara Indonesia dan Amerika, selain personel dari Australia, Jepang, dan Singapura, serta peserta baru, Perancis dan Inggris.
“Ini (Garuda Shield 2023) akan menjadi yang terbesar... Belajar taktik metode operasi sehingga tentara kita semakin profesional," kata Julius kepada BenarNews, menambahkan bahwa kegiatan itu juga bertujuan untuk memperkuat keamanan dan kerja sama regional.
Julius menambahkan Indonesia menerjunkan 2.810 personel lintas matra pada Garuda Shield 2023, sementara Amerika Serikat sebanyak 2.507 personel, Australia 130, Jepang 284, Inggris 215, dan Singapura 214.
Latihan ini akan melibatkan sekitar 2.000 tentara lebih banyak dibandingkan tahun lalu – Super Garuda Shield terbesar sebelumnya yang melibatkan 4.337 personel dari 13 negara.
Pelatihan tersebut mencakup pertukaran akademis dan lokakarya pengembangan profesional, simulasi komando dan kendali, latihan amfibi, operasi lintas udara, latihan perebutan lapangan udara, dan latihan gabungan berbagai matra, menurut Kedutaan Besar AS di Jakarta.
“Super Garuda Shield 2023 digelar didasarkan pada kesuksesan besar tahun lalu,” kata Jenderal Charles Flynn, panglima Angkatan Darat AS untuk Pasifik, dalam statemen yang dikeluarkan Kedutaan AS.
“Latihan gabungan multinasional ini menunjukkan komitmen kolektif dan kesatuan pemikiran kita, memungkinkan terciptanya Indo-Pasifik yang stabil, aman, dan lebih damai, bebas dan terbuka,” ujarnya.
Garuda Shield sebelumnya digelar di beberapa tempat, salah satunya di perairan Natuna yang berbatasan dengan kawasan Laut China Selatan yang diklaim China. Latihan bahkan berlangsung tak berselang lama dari keputusan Beijing menggelar serangkaian latihan tembak-menembak di perairan tersebut.
Meskipun China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut Cina Selatan, Filipina, Brunei, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam juga memiliki klaim territorial atas perairan itu.
Indonesia bukan salah satu pihak yang mengajukan klaim, namun memiliki konflik dengan China terkait hak penangkapan ikan di sekitar kepulauan Natuna. Jakarta telah menyatakan keprihatinannya atas klaim maritim Beijing yang luas dan tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia.
Awal pekan ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri China meminta AS untuk berhenti campur tangan di wilayah tersebut sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang pernyataan bersama para pejabat Indonesia dan AS mengenai klaim Beijing di Laut China Selatan. Juru Bicara Wang Wenbin mengatakan para pejabat Indonesia membantah membuat pernyataan tersebut.
“Negara-negara di kawasan ini memiliki aspirasi dan kepentingan yang sama untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan dan bekerja sama untuk pembangunan,” kata Wang pada hari Senin. “AS perlu dengan sungguh-sungguh menghormati upaya negara-negara di kawasan untuk menegakkan perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan, berhenti ikut campur dalam masalah Laut China Selatan, berhenti menabur perselisihan dan menciptakan masalah, dan menahan diri untuk tidak mengganggu perdamaian dan stabilitas di kawasan.”
Peta China baru
Awal pekan ini, China mengeluarkan peta baru yang menambahkan sebagian perairan Malaysia di dekat Sabah dan Sarawak, serta wilayah yang disengketakan di India, Taiwan, dan Laut Cina Selatan ke dalam wilayahnya. Ini juga mencakup wilayah maritim dalam zona ekonomi eksklusif Brunei, Filipina, Indonesia dan Vietnam.
Peluncuran peta tersebut, yang diterbitkan oleh Kementerian Sumber Daya Alam China, memicu protes diplomatik dari India, demikian dilaporkan Associated Press.
International Institute for Strategic Studies (IISS), lembaga think-tank keamanan dan hubungan luar negeri berbasis di Singapura, mengatakan peningkatan pasukan dalam Garuda Shield menunjukkan pentingnya kerja sama pertahanan bagi kawasan, terutama dalam menghadapi meningkatnya ketegangan geopolitik.
“Latihan gabungan ini juga merupakan unjuk kekuatan Indopacom (Indo-Pacific Command) yang merupakan komando militer AS untuk kawasan terhadap China, selain meningkatkan kerja sama, kesiapan, dan interoperabilitas antar negara yang terlibat,” kata peneliti IISS, Fitriani.
Sementara pengamat militer Institute for Security and Strategic Studies, Khairul Fahmi, berpendapat kian banyaknya negara yang terlibat dalam Garuda Shield akan bermanfaat besar bagi Indonesia.
Pasalnya latihan bersama ini akan meningkatkan kemampuan sektor pertahanan lantaran memperkaya pengalaman, meningkatkan kemampuan, dan kecakapan prajurit TNI --terutama para personel yang terlibat.
"Bagi Indonesia latihan bersama ini bermanfaat untuk membangun kepercayaan, mengurangi rasa takut," kata Fahmi kepada BenarNews.
Latihan militer ini dimulai ketika para pemimpin regional, termasuk dari Amerika Serikat dan China dijadwalkan bertemu di Jakarta minggu depan untuk menghadiri KTT Asia Timur sebuah forum mengenai isu-isu strategis, politik dan ekonomi di kawasan Indo-Pasifik yang diselenggarakan dalam rangkaian KTT ASEAN.
Wakil Presiden AS Kamala Harris dijadwalkan menghadiri KTT tersebut, sementara Beijing belum mengungkapkan siapa yang akan mewakili China, menurut Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi.