Antisipasi Letusan Gunung Agung, 57.000 Lebih Warga Mengungsi

Berdasarkan pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gunung Agung mengindikasikan ke arah terjadinya erupsi.
Anton Muhajir
2017.09.25
Klungkung
170925_ID_Agung_1000.jpg Kondisi ribuan pengungsi yang ditampung di GOR Swecapura, Kabupaten Klungkung, Bali, 25 September 2017.
Anton Muhajir/BeritaBenar

Lebih dari 57.000 warga dekat Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, telah mengungsi ke ratusan tempat penampungan karena khawatir terjadinya letusan gunung berapi yang statusnya ditingkatkan menjadi awas.

Humas Satuan Tugas (Satgas) Tanggap Darurat Provinsi Bali menyebutkan hingga pukul 12:00 WITA Senin, 25 September 2017, jumlah warga yang meninggalkan desa mereka mencapai 57.418 jiwa yang tersebar di 357 titik pengungsian.

Pengungsi terbanyak berada di Karangasem berjumlah 21.280 jiwa, disusul Klungkung (19.456), Buleleng (8.518), Bangli (4.690), dan Kota Denpasar (2.212 jiwa). Sedangkan, kabupaten-kabupaten lain menampung ratusan hingga puluhan pengungsi.

Pengungsi itu lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk di Kawasan Rawan Bencana 3 Gunung Agung versi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB) Provinsi Bali yaitu 49.485 orang. Tapi, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah warga yang harus mengungsi sekitar 62.000 orang.

Pemerintah Provinsi Bali sebenarnya hanya menetapkan tujuh lokasi resmi pengungsian di Karangasem (4 lokasi), Klungkung (2), dan Buleleng (1). Namun, warga memilih lokasi di luar yang sudah ditentukan pemerintah.

Ketut Agus Dwi Adnyana, salah satunya. Kepala Dusun Bukit Paon, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem ini memilih tinggal di wantilan Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, Karangasem. Sejak Jumat malam lalu, dia meninggalkan desanya yang masuk kawasan merah, bagian inti paling terdampak jika terjadi erupsi.

Setelah sempat tersesat, karena berangkat pada malam ke tempat yang dia tidak pernah tahu sebelumnya, Agus dan 128 warganya mengungsi di Balai Desa Nyuhtebel. Mereka tidur di lantai tanah beralaskan kain terpal.

“Kami ke sini karena memang begitu arahan dari kepala desa,” kata Agus.

Para pengungsi berbondong-bondong meninggalkan kampung, rumah, dan harta benda mereka begitu Gunung Agung naik status menjadi awas, sejak Jumat malam lalu.

Nengah Miyasa bersama istri dan anak mereka mengungsi di GOR Swecapura, Klungkung. Hanya membawa baju, mereka berdesakan dengan lebih 3.000 orang, padahal kapasitas GOR Swecapura hanya mampu menampung 1.500 orang. Dia terpaksa tidur berbagi tikar dan selimut dengan 7 anggota keluarganya.

“Mau bagaimana lagi. Adanya cuma ini,” ujar Miyasa.

Magma naik

Hingga Senin petang, Gunung Agung terus mengalami peningkatan intensitas gempa. Berdasarkan pemantauan Pos Pengamatan Gunung Agung di Rendang, kegempaan terus meningkat selama tiga hari terakhir.

“Ini mengindikasikan energi magmatik luar biasa besar yang dimiliki Gunung Agung. Ini yang terbesar dalam sejarah pemantauan instrumental di Gunung Agung,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani, kepada wartawan.

Berdasarkan pengamatan PVMBG, Gunung Agung juga mengindikasikan kecenderungan inflasi atau penggembungan pada tubuh gunung.

“Indikasi ke arah terjadinya erupsi sudah ada tetapi kapan kita tidak tahu,” ujarnya.

Ketua Mitigasi PVMBG, I Gede Suantika, mengatakan magma dalam perut Gunung Agung terdeteksi berada pada 2 km di bawah kawah. Sehari sebelumnya magma terpantau berada 5 km di bawah kawah.

“Artinya, magma terus naik sebagai indikasi akan segera terjadi erupsi,” jelasnya, seraya menambahkan semua gejala Gunung Agung saat ini sangat mirip dengan erupsi, tahun 1963.

Menurut BNPB, letusan Gunung Agung yang terakhir berada di level 5, di bawah Gunung Purba Toba (level 8) sebagai level tertinggi, Gunung Tambora (level 7), dan Gunung Krakatau (lebel 6).

Letusan Gunung Agung terakhir menewaskan 1.549 orang, 1.700 rumah hancur, dan 225.000 orang harus mengungsi. Dampak susulan banjir lahar juga menewaskan 200 orang di lereng selatan gunung api tertinggi di Bali tersebut.

Sejumlah warga mengamati Gunung Agung yang tertutup awan, dari pos pengamatan di Rendang, Karangasem, Bali, 25 September 2017. (Anton Muhajir/BeritaBenar)

Persiapan mitigasi

Berbagai pihak meningkatkan kesiapan mitigasi untuk mengantisipasi letusan Gunung Agung. Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai salah satunya.

Arie Ahsanurrohim, Humas Bandara Ngurah Rai mengatakan, belum ada gangguan bagi penerbangan di Bali dan tak ada pembatalan. Ada beberapa penundaan tapi, katanya, tidak terkait status Gunung Agung.

“Semua berjalan lancar seperti biasa,” ujarnya.

Namun, Bandara Ngurah Rai telah menyiapkan sejumlah mitigasi sesuai Airport Disaster Management Plan. Pertama, pengelola akan mengaktifkan Pusat Operasi Darurat (EOC) di bandara untuk keperluan internal.

Kedua, menyiapkan posko tanggap darurat, meja bantu (help desk), dan titik kumpul (meeting point) di bandara. Posko tanggap darurat di Terminal Domestik akan menjadi pusat informasi tentang kondisi erupsi jika terjadi.

Pengelola Bandara Ngurah Rai juga sudah menyiapkan transportasi ke terminal ataupun pelabuhan untuk penumpang yang akan menempuh jalur darat atau laut. Bandara juga telah menentukan tujuh bandara terdekat untuk pengalihan pendaratan yaitu Labuhan Bajo, Makassar, Balikpapan, Solo, Surabaya, dan Banyuwangi.

“Mengenai pengalihannya ke mana, kami nanti menunggu keputusan Airnav dan BMKG karena mereka yang tahu kapasitas bandara setempat dan arah angin,” kata Arie.

Ngurah Rai tiap hari melayani 398 penerbangan. Terbanyak sampai 425 penerbangan dalam satu hari 55 persen domestik dan 45 persen internasional.

Terkait status Gunung Agung, lima negara telah mengeluarkan imbauan (Travel Advice) bagi warganya agar berhati-hati yaitu Singapura, Inggris, Selandia Baru, Australia, dan Amerika Serikat.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.