Filipina: Pemimpin ISIS Terkait Malaysia Terluka dalam Serangan Militer
2017.01.27
Kuala Lumpur
Sebuah serangan militer telah melukai pemimpin kelompok militan yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Filipina dan menewaskan empat militan termasuk seorang warga Malaysia, demikian laporan media, Jumat.
Isnilon Hapilon, pemimpun ISIS Filipina tersebut yang juga terhubung dengan sel teroris yang baru diketahui di Malaysia, dilaporkan melarikan diri dari sebuah kamp di Lanao del Sur, sebuah provinsi di Filipina bagian selatan, setelah terluka dalam sebuah operasi militer darat dan udara pada Rabu dan Kamis, demikian disampaikan kepala militer Filipina Jenderal Eduardo Ano kepada Associated Press (AP).
Hapilon mengalami cedera lengan dan harus dipapah selama pelariannya, televisi Filipina ABS-CBN melaporkan. Namun media tersebut tidak mengidentifikasi warga Malaysia yang tewas.
Pakar terorisme menggambarkan Hapilon, mantan pemimpin kelompok Abu Sayyaf (ASG), sebagai pimpinan ISIS Filipina - yang terdiri dari tiga kelompok militan yang telah bersumpah setia kepada kelompok militan berbasis di Timur Tengah itu. Pendukung ISIS di Malaysia dan Indonesia tahun lalu menyebut Hapilon sebagai "emir" (pimpinan) di kawasan mereka dalam sebuah video propaganda ISIS.
Sebelumnya, pada 5 Januari, pemimpin ISIS lainnya yang berbasis di Filipina selatan, Mohammad Jaafar Maguid, yang dikenal sebagai Tokboy, ditembak mati oleh pasukan keamanan di sebuah pantai di Pulau Mindanao, demikian disampaikan pejabat Filipina.
Para ahli mengatakan, dia adalah pendiri dan pemimpin Ansarul Khilafah Filipina (AKP), salah
Merespon berita tewasnya empat militan dan terlukanya Hapilon, kepala polisi Malaysia menyampaikan kepada BeritaBenar bahwa pasukan keamanan di negara bagian timur Sabah - yang terletak dekat dengan Filipina selatan - siap untuk menghadang setiap militan yang mencoba melarikan diri dari serangan Filipina.
"Kami sepenuhnya mendukung serangan pasukan Filipina melawan kelompok teroris di selatan. Kami akan memberikan bantuan kami sepenuhnya," kata Inspektur Jenderal Polisi Khalid Abu Bakar hari Jumat.
"Pasukan garis depan telah disiagakan melawan setiap upaya para teroris melarikan diri dari selatan yang ingin berlindung di Sabah."
Awal pekan ini, Khalid mengumumkan bahwa polisi telah menangkap seorang Filipina dan dua warga Bangladesh bersama dengan seorang perempuan Malaysia. Dia mengatakan keempatnya adalah bagian dari sel baru ISIS yang berencana menggunakan Sabah sebagai tempat transit untuk mengirimkan militan ke Filipina.
Sel tersebut menerima perintah dari Hapilon dan Mahmud Ahmad, seorang mantan dosen di Universitas Malaya di Malaysia, demikian disampaikan Khalid dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Senin.
“Hanya masalah waktu”
Hapilon memimpin al Harakat ul Islamiyah Basilan, salah satu kelompok yang membentuk ISIS Filipina, demikian menurut Rohan Gunaratna, kontributor BeritaBenar yang juga pimpinan Pusat Internasional untuk Penelitian Kekerasan Politik dan Terorisme di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam Singapura, Ia menyebut Hapilon sebagai ketua umum ISIS Filipina.
Hapsilon, seorang mantan wakil ASG yang bertanggung jawab untuk wilayah Basilan, memisahkan diri dari ASG dan menyatukan beberapa kelompok yang telah berbaiat kepada ISIS dan mengundang petempur asing untuk bergabung.
"Dengan sumpah Presiden Dutarte untuk memberangus kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan ISIS di Filipina, Hapilon meninggalkan Basilan di Mindanao Barat menuju Mindanao Tengah pada Desember 2016," kata Gunaratna kepada BeritaBenar.
"Karena Hapilon awam dengan Mindanao Tengah, ia menjadi rentan terhadap cedera dan kematian. Ini hanya masalah waktu bahwa ia akan tertangkap atau dibunuh.”
Hapilon (seperti terlihat dalam foto di bawah seperti dalam pemberitahuan yang diedarkan oleh FBI) termasuk dalam daftar teroris yang paling dicari pemerintah Amerika Serikat karena telah membunuh seorang warga Amerika di luar Amerika; penyanderaan yang mengakibatkan kematian; dan konspirasi untuk menggunakan dan membawa senjata api saat melakukan kejahatan. FBI menawarkan hadiah sampai US $ 5 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapan.
"Nama Hapilon menjadi dikenal dunia pada Mei 2001 ketika ia dan anggota ASG lainnya menculik 20 wisatawan, termasuk tiga warga negara AS, di Resor Dos Palmas di Palawan," menurut laporan Proyek Kontra Ekstremisme. “ASG memenggal salah satu sandera Amerika, Guillermo Sobero, dan menyebut pembunuhan itu sebagai 'hadiah' kepada Presiden Filipina saat itu Gloria Macapagal-Arroyo."