HUT Papua Merdeka Tanpa Pengibaran Bendera Bintang Kejora

Victor Mambor
2015.12.02
Jayapura
papua-620 Sebagian dari 32 orang warga yang ditangkap dan ditahan polisi di Polres Nabire, Papua, saat mereka hendak melaksanakan ibadah untuk peringatan 1 Desember.
BeritaBenar

Setiap tanggal 1 Desember selalu diperingati warga Papua sebagai hari Kemerdekaan Papua. Namun tahun ini, tak seperti biasanya, tidak ada pengibaran bendera Bintang Kejora oleh kelompok pro-Papua Merdeka baik di kota maupun daerah-daerah yang menjadi basis Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM).

Jauh-jauh hari, kelompok pro Papua Merdeka telah menyerukan untuk tidak mengibarkan Bendera Bintang Kejora, simbol perlawanan rakyat Papua. Mereka memilih melakukan ibadah sebagai aktivitas pada, Selasa tanggal 1 Desember.

“Kami menyerukan agar rakyat bangsa Papua tidak melakukan pengibaran bendera Pusaka (Bintang Kejora) pada 1 Desember 2015. Rakyat Papua diminta memperingati hari manifesto kemerdekaan Papua dengan meliburkan diri dari segala aktivitas kesibukannya,” ujar Victor Yeimo, Ketua Umum Komite Nasional Papua Barat (KNPB) kepada BenarNews.

Dia menyarankan setiap orang Papua untuk membaca, mempelajari, mendiskusikan dan memperingati isi manifesto kemerdekaan Papua, 1 Desember 1961 daripada mengibarkan bendera Bintang Kejora yang memberi peluang aparat keamanan melakukan kekerasan terhadap rakyat Papua.

Hal yang sama ditegaskan Filep Karma. Mantan tahanan politik yang baru saja dibebaskan ini mengatakan tak perlu mengibarkan Bintang Kejora karena hanya memberi peluang bagi “aparat keamanan mendapatkan dana operasional.”

“Polisi yang bikin tanggal 1 Desember ini tegang. Bicara di media massa seakan-akan ada sesuatu yang luar biasa sehingga mengerahkan kekuatan besar untuk pengamanan. Padahal tidak ada apa-apa. Layaknya orang merayakan ulang tahun, kami orang Papua juga mau beryukur dan bersuka cita. Ini hanya trik polisi untuk mendapatkan dana pengamanan saja,” tutur Filep Karma saat diwawancara BenarNews.

Sepanjang hari Selasa, hampir seluruh kota di Jayapura aman-aman saja. Gubernur Papua memang memberlakukan libur fakultatif untuk merayakan hari pertama Advent pada tanggal 1 Desember 2015 ini.

Masyarakat resah

Tapi masyarakat menjadi resah karena mobilisasi aparat keamanan yang berlebihan.

Salah satunya di Kota Sorong, tepatnya di pemukiman RT 05/RW02, Kelurahan Mariat Pantai, Distrik Aimas, Kabupaten Sorong, Senin 30 November. Aktivitas anggota TNI dari markas militer Kodim 752 Sorong Kota dengan peralatan perang lengkap membuat resah warga.

Tapi Kapendam XVII Cenderawasih, Kol. Inf Teguh Pudji, Selasa mengatakan, 500 Personil TNI sedang latihan di tempat tersebut.

"Saya sudah tanyakan, jadi kemarin itu hanya latihan saja. Untuk perizinan kepolisian sudah, izin dari pemerintah juga sudah," jelas Teguh.

Meski demikian, bukan tak ada aksi masyarakat dan reaksi aparat keamanan pada tanggal 1 Desember.

Di Nabire, 32 orang ditangkap polisi karena “ingin beribadah” untuk memperingati 1 Desember di taman Bunga Bangsa, Oyehee Nabire.

“Saat itu, polisi sedang razia. Mobil-mobil diarahkan masuk ke lapangan dekat taman itu. Kami ada di luar taman, di luar pagar, sedang siapkan taman untuk ibadah. Lalu polisi tiba-tiba keluar dan menangkap kami. Mereka juga pukul kami dengan rotan,” kata Inggeruhi.

Inggeruhi mengaku mereka hanya ingin beribadah. Tidak ada aktivitas pengibaran bendera Bintang Kejora.

Menjelang sore, ke-32 orang dibebaskan. Kapolres Nabire AKBP Situmeang mengatakan 32 orang ini diamankan karena diduga memprovokasi masyarakat. Tetapi, kemudian mereka dilepaskan kembali.

Aksi di Jakarta

Sementata itu, aksi mahasiswa Papua yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua untuk memperingati 1 Desember di ibukota Jakarta berakhir rusuh. Sekitar 306 mahasiswa sempat ditahan karena aksi yang dilakukan di Bundaran Hotel Indonesia, menurut polisi tidak memiliki izin.

“22 orang dituduh melakukan pengeroyokan. Mereka dikenakan pasal 170 KUHP. Sebagian lagi dikenakan pasal makar. LBH Jakarta mendampingi mereka,” kata Veronika Koman, pengacara publik dari LBH Jakarta kepada BenarNews.

Dihadang kelompok bersenjata

Insiden lain pada tanggal 1 Desember terjadi di Mamberamo, dimana tiga anggota TNI dihadang kelompok bersenjata di Kampung Namuni Distrik Namunaweja Kabupaten Memberamo Raya.

“Senin 30 November 2015, Perwira Penghubung (Pabung) Memberamo Raya, Mayor Inf John de Fretes, STH yang merupakan seorang Pendeta dan dua anggota Kopral Dua (Kopda) Avan dan Kopral Dua (Kopda) Simon dihadang kelompok bersenjata,” kata Teguh Pudji.

Menurut Kapendam XVII Cenderawasih itu, ketiganya sedang melaksanakan pemantauan wilayah di Kampung Namuni, Distrik Namunaweja Kabupaten Memberamo Raya dalam rangka pendekatan dengan masyarakat dan memantau perkembangan situasi menjelang 1 Desember 2015.

Saat penghadangan, terdengar sekali tembakan dari kelompok bersenjata namun tembakan tersebut tidak dibalas.

Kopda Simon berhasil meloloskan diri dengan cara melompat ke sungai, lalu berenang dan diselamatkan warga kampung. Sedangkan Mayor Inf John beserta satu anggotanya  masih dalam pencarian.

Menurut laporan sejumlah media lokal, kedua anggota TNI sudah tewas ditembak, tapi jenazah mereka masih disandera kelompok bersenjata.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.