Perusahaan Indonesia angkut gandum dari Rusia, Ukraina

Pengiriman bahan pangan dari Rusia dan Ukraina merupakan hasil dari kesepakatan antara pemerintah Rusia, Ukraina, Turki serta PBB bulan lalu.
Dandy Koswaraputra
2022.08.10
Jakarta
Perusahaan Indonesia angkut gandum dari Rusia, Ukraina MV White Shark, milik Hashim Djojohadikusomo dari Indonesia dan perusahaan patungan Amerika Serikat-Swiss PT Comexindo International, memuat 25.000 ton gandum di Novorossiysk, Rusia, pada 7 Agustus 2022.
[Foto milik Arsari]

Perusahaan Indonesia milik Hashim Djojohadikusomo menjadi salah satu yang pertama yang diizinkan untuk mengangkut gandum dari Rusia dan Ukraina untuk didistribusikan di pasar internasional setelah invasi Moskow ke Ukraina bulan Februari, demikian kata rilis perusahaan.

Kapal M/V White Shark mengangkut 25.000 ton gandum yang dibeli oleh PT Comexindo International, perusahaan patungan AS-Swiss Harvest Commodities dan Arsari Group, di pelabuhan Novorossiysk Rusia pada Senin, kata juru bicara Arsari Group, Ariseno Ridhwan.

“Kapal-kapal tersebut, termasuk dua lagi di pelabuhan Odessa di Ukraina, adalah salah satu pengiriman komersial pertama dari Ukraina dan Rusia sejak pecahnya konflik pada 24 Februari 2022,” kata Ariseno kepada BenarNews.

Kapal lain, M/V Bronco, sedang mengangkut 20.000 ton gandum lagi untuk Comexindo International di Novorossiysk dan juga dijadwalkan akan segera berlayar menuju Angola, ungkap Ariseno.

Ukraina dan Rusia adalah pemasok utama gandum dan bahan pangan lainnya untuk dunia.

Pada 22 Juli, Rusia dan Ukraina menandatangani perjanjian terpisah dengan Turki dan PBB membuka jalan untuk mengekspor jutaan ton biji-bijian Ukraina yang sangat dibutuhkan – serta biji-bijian dan pupuk Rusia.

Kesepakatan itu akan memungkinkan Ukraina mengekspor 22 juta ton biji-bijian dan produk pertanian lainnya yang tertahan di pelabuhan Laut Hitam akibat perang.

Perang Rusia di Ukraina telah mengakibatkan kekhawatiran akan krisis pangan dunia dan naiknya harga-harga makanan serta energi.

Pada hari Minggu M/V Riva Wind berangkat dari Odessa menuju Iskenderun, Turki, setelah ditambatkan di sana sejak Februari 2022, sementara M/V Arizona memuat 49.000 ton jagung dan menunggu konfirmasi dari otoritas pelabuhan untuk berangkat, kata Arsari. Kapal ini sekarang sedang menuju Turki untuk transit lebih lanjut ke Irak.

"Saya ingin mengucapkan selamat atas kerja sama antara kepemimpinan Amerika Serikat, Rusia, Ukraina, Indonesia dan Turki untuk menemukan kesamaan yang cukup sehingga kami memiliki visi yang selaras untuk mengurangi kekurangan pangan global,” kata Gaurav Srivastava, Ketua Harvest Commodities SA, dalam pernyataannya yang dikeluarkan oleh Arsari Group.

“Saya juga secara khusus ingin berterima kasih kepada kapten dan kru yang telah menunggu sejak Februari 2022 di Ukraina.”

Menurut prosedur yang disepakati oleh Rusia, Ukraina, Turki dan PBB, kapal-kapal yang mengekspor gandum Ukraina melalui Laut Hitam akan dilindungi oleh zona penyangga 10 mil laut, kantor berita Reuters melaporkan Selasa.

Inisiatif ini telah dilaksanakan dalam fase uji coba selama dua minggu terakhir. Sepuluh kapal - terjebak di Ukraina sejak perang dimulai - telah berangkat dengan jagung, kedelai dan minyak bunga matahari dan makanan, kata Reuters. Dua kapal kosong telah melakukan perjalanan ke Ukraina untuk melakukan pengangkutan

Namun, kapal pertama yang meninggalkan Ukraina di bawah kesepakatan PBB pekan lalu sekarang sedang mencari pelabuhan lain untuk dibongkar setelah pembeli awal Libanon menolak pengiriman, dengan alasan penundaan lebih dari lima bulan.

PBB telah menekankan bahwa kesepakatan ekspor adalah operasi komersial - bukan kemanusiaan - yang akan didorong oleh pasar. Semua kapal harus diperiksa untuk menghilangkan kekhawatiran Rusia bahwa mereka dapat menyelundupkan senjata ke Ukraina.

Kenaikan harga di Indonesia

Pada Senin, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta masyarakat untuk makan singkong, sorgum, hingga sagu sebagai pengganti gandum yang tengah melonjak harganya akibat perang Rusia-Ukraina.

Berdasarkan data Trading Economics pada Rabu (10/8), rata-rata harga gandum dunia mencapai US$793,6 per gantang, naik hampir 10 persen di bandingkan tahun lalu.

Syahrul mengatakan, akibat gangguan rantai pasok global, harga gandum melonjak tinggi, sementara Indonesia terus melakukan impor gandum karena besarnya kebutuhan masyarakat.

Menurut Syahrul, rata-rata impor gandum per tahun telah tembus hingga 11 juta ton, di mana, 9 juta ton di antaranya digunakan oleh industri makanan, sedangkan sisanya digunakan industri produsen pakan ternak unggas.

"Harga gandum mahal banget. Sementara kita impor terus nih. Kalau saya sih jelas tidak setuju. Kita makan saja singkong, sorgum, sagu. Jadi mari kita lawan (pangan impor)," kata dia seperti dilansir Republika.co.

Krisis pangan dunia yang tengah melanda sejumlah negara menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk lebih serius dalam menata berbagai potensi pangan lokal, kata dia.

Rektor IPB University Arif Satria mengatakan bahwa di tengah mahalnya harga pangan dunia, Indonesia sebagai negara agraris dan mampu memproduksi berbagai komoditas lokal harus memanfaatkannya.

"Kita ada potensi yang luar biasa seperti sorgum, singkong, sagu, jagung, dan sebagainya. Ini variasi-variasi yang menurut saya sangat penting untuk terus didorong," ujar dia seperti dikutip Republika.co.

Arief menuturkan pemanfaatan situasi krisis global dengan mendorong pangan lokal sekaligus memberi harapan bagi masyarakat perdesaan di mana desa merupakan lumbung pangan utama yang menghasilkan berbagai komoditas pangan pokok masyarakat.

"Perdesaan harus menjadi tempat yang mulia bagi kita semua, karena inilah sumber kehidupan yang harus terus dijaga dan dipelihara," kata Arief.

Kendati demikian, kata Arif, memberdayakan pangan lokal sebagai substitusi pangan impor bukan pekerjaan mudah karena Indonesia masih perlu lebih banyak pusat-pusat penelitian dan pengembangan inovasi produk pangan pertanian.

Lembaga-lembaga itu harus menjadi jembatan antara dunia kampus dengan dunia masyarakat sebagai pengguna dari inovasi produk pangan, kata Arief.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.