Mahasiswa Gelar Demo Tolak Perpanjangan Jabatan Presiden, Kenaikan Harga

Dandy Koswaraputra
2022.04.11
Jakarta
Mahasiswa Gelar Demo Tolak Perpanjangan Jabatan Presiden, Kenaikan Harga Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menggelar aksi di depan Gedung DPR, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, 11 April 2022.
[BenarNews]

Polisi menembakkan meriam air dan gas air mata untuk menghalau ratusan pengunjuk rasa di depan Gedung DPR pada Senin, saat ribuan mahasiswa di berbagai kota di Indonesia menggelar demonstrasi untuk menolak perpanjangan masa jabatan presiden dan kenaikan harga bahan pokok.

Di Jakarta, sekitar 1.000 mahasiswa menggelar aksi di depan gedung DPR menuntut lembaga tersebut untuk mendesak eksekutif menghentikan wacana penundaan pemilu dan perpanjangan jabatan presiden.

Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) dari 40 universitas awalnya akan berdemonstrasi di kawasan Istana Kepresidenan, namun tidak dapat menembus barikade pasukan keamanan.

Setibanya di area gedung DPR, para demonstran langsung meneriakkan tuntutan mereka yang salah satunya adalah menolak perpanjangan masa jabaran presiden.

“Masa jabatan itu bukan sembako yang terus naik,” kata satu slogan yang terbentang dalam salah satu spanduk yang dibawa demonstran.

Demo serupa juga terjadi di beberapa daerah lain seperti di Padang, Kendari, Papua, Bandung, Garut dan Makassar.

Dalam aksi di gedung DPR RI, mahasiswa mendesak dan menuntut wakil rakyat agar mendengarkan dan menyampaikan aspirasi rakyat bukan aspirasi partai.

Para mahasiswa juga meminta DPR menindaklanjuti aspirasi rakyat sebagaimana aksi massa yang telah dilakukan dari berbagai daerah dari tanggal 28 Maret hingga 11 April 2022.

Mereka juga menyerukan kepada para anggota legislatif untuk tidak mengkhianati konstitusi negara dengan melakukan amandemen konstitusi dan bersikap tegas menolak penundaan pemilu 2024 atau masa jabatan 3 periode.

Koordinator Badan BEM SI Kaharuddin mengatakan pengunjuk rasa juga mendesak pemerintah untuk mengkaji ulang pembangunan ibu kota baru di Kalimantan dan dampak yang ditimbulkan dari aspek lingkungan, hukum, sosial, ekologi, politik, ekonomi, dan kebencanaan.

Mereka juga menuntut Jokowi menstabilkan harga dan menjaga ketersediaan bahan pokok di masyarakat, serta mengusut apa yang disebut sebagai mafia yang meyebabkan harga minyak goreng melambung tinggi .

Insiden kekerasan

Demonstrasi mahasiswa sempat diwarnai pelemparan batu ke dalam gedung DPR oleh sejumlah mahasiswa namun berhasil dikendalikan polisi anti huru-hara dengan menyemprotkan gas air mata dan meriam air.

Kekerasan lainnya juga terjadi pada aksi tersebut di mana sejumlah peserta demonstrasi menganiaya Ade Armando, seorang aktivis pendukung Presiden Joko Widodo, dengan cara dipukuli dan ditelanjangi.

Berdasarkan pantauan video yang beredar, dosen ilmu komunikasi Universitas Indonesia itu dihajar dengan tangan dan kaki oleh massa yang tidak mengenakan jaket almamater.

Ade Armando yang mengenakan kaos hitam bertuliskan “Pergerakan Indonesia Untuk Semua” ini terlihat dipukul dan ditendang hingga terjatuh yang kemudian ditelanjangi.

Dia kemudian diamankan oleh aparat kepolisian dengan wajah bengap berdarah.

Ade sempat diteriaki bahwa dirinya adalah penghina agama Islam, karena komentarnya yang kontroversial, sementara yang lain meneriakinya sebagai copet.

"Bunuh saja, halal darahnya penghina Islam," kata salah satu peserta aksi di depan gedung DPR.

Belum ada konfirmasi apakah yang melakukan penganiayaan adalah mahasiswa atau bukan.

"(Ade) kena pukulan dalam kegiatan demo tadi. Tetapi dari video yang beredar, bukan dilakukan oleh petugas, tetapi dilakukan oleh massa aksi, kita belum tahu persoalannya," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Endra Zulpan.

Meskpi kerap menyuarakan dukungan terhadap Jokowi dan mengecam demonstrasi mahasiswa, menurut rekan-rekannya Ade menolak perpanjangan jabatan presiden menjadi 3 periode dan berada di lokasi untuk berunjuk rasa bersama mahasiswa.

Aparat Polda Metro Jaya turun tangan menyelidiki kasus pemukulan terhadap pegiat media sosial tersebut dan meminta pelaku penganiayaan untuk segera menyerahkan diri kepada pihak berwajib.

"Jika tak menyerahkan diri kami akan tangkap," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat, Senin, seperti dikutip kantor berita Antara.

Fadil juga mengatakan polisi telah mengantongi identitas para pelaku pengeroyokan tersebut.

"Besok mungkin kami akan melakukan upaya penegakan hukum dan mengumumkan identitas pelaku," ujar dia.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.