Kapal Perang Tarik Perahu Pengungsi Rohingya ke Pelabuhan Lhokseumawe

Kapal diperkirakan tiba Kamis tengah malam karena cuaca buruk di perjalanan.
Uzair Thamrin
2021.12.30
Banda Aceh
Kapal Perang Tarik Perahu Pengungsi Rohingya ke Pelabuhan Lhokseumawe Kapal yang membawa pengungsi Rohingya termasuk perempuan dan anak-anak terdampar di perairan Kabupaten Bireuen, Aceh, 27 Desember 2021.
[Aditya Setiawan melalui Reuters]

Kapal Angkatan Laut pada Kamis menarik perahu yang mengangkut sekitar 120 pengungsi Rohingya yang terdampar di perairan dekat Provinsi Aceh dan membawa mereka ke Pelabuhan di Kota Lhokseumawe, demikian kata TNI AL.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono mengatakan penarikan telah dilaksanakan sejak pukul 06.00 WIB pagi setelah kondisi cukup terang dan aman untuk proses pengikatan dan penarikan kapal di tengah ombak laut lepas.

“TNI Angkatan Laut melalui unsurnya KRI Parang-647, Kamis pagi menarik kapal pengangkut pengungsi etnis Rohigya yang membawa lebih dari 100 orang dari titik ditemukan di 53 NM Bireuen,” kata TNI AL dalam keterangan tertulis.

“Lokasi pelabuhan ini dipilih mengingat perlunya sarana labuh, sterilisasi lokasi untuk pemeriksaan kesehatan dan penegakan protokol kesehatan agar tidak terjadi keramaian yang dapat menganggu proses pemeriksaan kesehatan dan lebih dekat dengan tempat karantina sekaligus tempat relokasi di medan jika diputuskan untuk di relokasi,”

Hingga pukul 21.00 malam kapal pengungsi Rohingya yang ditarik kapal perang KRI Parang-647 belum tiba di Pelabuhan Krueng Geukeuh, Lhokseumawe dan diperkirakan mereka akan tiba sekitar tengah malam karena terhambat oleh cuaca buruk, kata awak media yang menunggu di lokasi.

Wartawan setempat melaporkan bahwa mereka dilarang oleh petugas keamanan untuk mewawancarai para pengungsi setelah mereka tiba di Lhokseumawe.

Petugas TNI juga dilaporkan mengusir kru televisi yang menunggu kedatangan warga Rohingya di pelabuhan.

Pemerintah pada Rabu memutuskan mengizinkan sekitar pengungsi Rohingya untuk mendarat di Aceh, menyusul desakan dari masyarakat setempat, lembaga kemanusiaan dan badan pengungsi PBB UNHCR agar Indonesia menerima mereka karena kekhawatiran kapal bisa tenggelam di tengah cuaca buruk.

Kapal yang membawa Rohingya tersebut ditemukan pada Minggu di perairan timur dekat Aceh dengan mesin dilaporkan mengalami kerusakan.
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono kemudian memerintahkan unsur dan prajuritnya untuk melaksanakan penarikan kapal pengungsi.

Panglima Laot Bireuen Badruddin Yunus menyebutkan terdapat total 120 jiwa dalam kapal, yang 51 diantaranya anak-anak, 9 laki-laki dan sisanya perempuan.

Satu orang pengungsi meninggal dunia dan telah dikebumikan di laut, kata Badruddin.

Nelayan Aceh menambatkan kapal pengungsi itu di rumpon penangkap ikan yang jaraknya sekitar 50 mil dari bibir pantai Bireuen dan memberi mereka makanan dan pakaian. Bireuen adalah kabupaten yang jaraknya 218 km dari Banda Aceh.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mohammad Mahfud MD mengatakan pengungsi Rohingya akan ditampung sementara di Aceh karena alasan kemuanusiaan.

Indonesia tidak meratifikasi Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi dan Protokol 1967, tapi “kita punya rasa kemanusiaan juga,” kata Mahfud seperti dikutip Antaranews.

“Mereka itu masuk ke perairan dan ada yang mau mati. Ada yang melompat, ada yang mau menenggelamkan diri karena sakit, ada yang karena kalau dikembalikan dia lebih baik mati saja. Ada juga yang begitu. Akhirnya kita tampung," ujar dia.

Etnis Rohingya tak mendapatkan pengakuan dari aparat di Myanmar karena dianggap sebagai imigran Bangladesh dan mendapatkan perlakuan diskriminasi.

Pada Agustus 2017, tentara Myanmar melakukan operasi militer terhadap Rohingya di Negara Bagian Rakhine menyusul penyerangan terhadap pos perbatasan oleh militan oleh pemberontak dari etnis minoritas itu.

Operasi militer brutal menyebabkan eksodus lebih dari 725.000 pengungsi ke negara tetangga Bangladesh, di mana mereka terus tinggal di kamp-kamp yang penuh sesak, bersama dengan Rohingya lainnya yang melarikan diri dalam gelombang kekerasan sebelumnya.

Menurut data UNHCR per September 2021, terdapat total 13,273 pengungsi di Indonesia, 7,458 diantaranya merupakan pengungsi dari Afghanistan. Sementera tercatat, 665 pengungsi Rohingya sudah mendarat di Indonesia per Oktober 2021.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.