Polri Sayangkan Australia Keluarkan Peringatan Perjalanan

Peretas pro-kelompok Negara Islam Irak dan Suriah mengancam pemerintah Indonesia melalui rekaman audio satu menit.
Arie Firdaus
2018.08.24
Jakarta
180823-ID-terror-620.jpg Polisi berjaga-jaga di luar Kedutaan Besar Australia saat berlangsung aksi protes anti-Australia di Jakarta, 5 Maret 2015.
[AFP]

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menyayangkan keputusan Australia mengeluarkan peringatan perjalanan serta membatalkan kegiatan di Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur.

“Kita sayangkan kenapa Konjen Australia tiba-tiba menyatakan dan mengeluarkan travel warning dan membatalkan kegiatan tanpa koordinasi dengan Kepolisian Daerah Jawa Timur,” ujar kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto kepada BeritaBenar, Jumat, 24 Agustus 2018.

“Ancaman seperti apa yang diterima Konjen sehingga kita bisa memberi pengamanan terbaik. Sekarang sedang ada kegiatan Asian Games. Jadi jangan sampai mengganggu kegiatan yang sedang dilaksanakan di Jakarta maupun Palembang.”

Sebelumnya, Australia memperingatkan bahwa pihaknya memiliki informasi ada potensi serangan teror terhadap Indonesia dan meminta diplomatnya tidak menghadiri kegiatan di Universitas Airlangga, Kamis.

"Kami terus menerima informasi yang mengindikasikan bahwa teroris mungkin tengah merencanakan serangan di Indonesia,” pesan Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia yang diposting di laman Smarttraveller, Rabu lalu.

“Berkaitan dengan peningkatan ancaman keamanan, staf Konsulat Jenderal Australia di Surabaya tidak akan hadir di acara Universitas Airlangga pada 23 Agustus. Para pejabat Australia di Surabaya saat ini mengadopsi langkah-langkah keamanan yang ditingkatkan dan membatasi gerakan mereka.”

Setyo memastikan bahwa tidak ada ancaman teror baik yang ditujukan kepada diplomat asing maupun pemerintah Indonesia.  

‘Saya baru tahu dari wartawan tentang adanya ancaman. Kalau ada ancaman, kita tahu dari Densus 88. Tapi tidak ada pemberitahuan, artinya situasi kondisi sekarang ini masih kondusif,” tegasnya.

Menyusul pernyataan Australia, Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Kamis, menindaklanjuti dengan peringatan yang sama berupa kemungkinan ancaman keamanan di Universitas Airlangga.

Kedutaan AS mengutip laporan media yang mengindikasikan potensi ancaman serangan teroris di Surabaya dan bagian lain di Indonesia, "termasuk potensi menargetkan kepentingan Barat di Airlangga."

"Konsulat Jenderal AS di Surabaya menutup American Corner di Universitas Airlangga pada 23 Agustus," bunyi pernyataan kedutaan AS yang dipasang di situsnya.

‘Panggilan amaliah’

Menurut pengamat Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi (PAKAR), Adhe Bhakti, ancaman yang menyasar pejabat Australia muncul Rabu sore di grup-grup percakapan dan media sosial para pendukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

"Beredar semacam panggilan untuk melakukan amaliah di Surabaya dengan sasaran pejabat Australia yang dijadwalkan menghadiri sebuah acara di salah satu perguruan tinggi di sana," kata Adhe, tanpa memerinci lebih lanjut identitas kelompok pengancam.

Yang pasti, tambahnya, "Saya yakin polisi dan intelijen sudah bergerak untuk mengantisipasi. Dan pasti sudah bekerja sama dengan pihak Australia."

Reuters mengutip dua sumber anonim aparat keamanan yang menyatakan Australia meningkatkan langkah keamanannya menyusul postingan di media sosial berupa seruan agar menyerang pejabat Australia di Surabaya.

Pertengahan Mei lalu, bom bunuh diri dilancarkan 10 orang dari dua keluarga menyasar tiga gereja dan kantor polisi di Surabaya yang menewaskan 14 orang.

Sejak aksi yang disebut polisi dilakukan oleh pengikut Jamaah Ansharut Daulah (JAD), kelompok militan terkait ISIS, lebih dari 300 terduga teroris telah ditangkap di berbagai daerah di Indonesia dan 21 orang tewas ditembak.

Ancam pemerintah

Sementara itu, kelompok pro-ISIS yang menamakan dirinya ‘Divisi Peretasan Tentara Khalifah Anshar’ mengeluarkan pesan audio satu menit di media sosial yang berisikan ancaman akan menyerang pemerintah Indonesia, baik di dunia maya maupun nyata.

Serangan itu, katanya, dilakukan sebagai wujud balasan atas keputusan pemerintah Indonesia yang dinilai telah sewenang-wenang karena memenjarakan, menyiksa, dan membunuh orang-orang yang disebut mereka sebagai saudara.

"Kami akan membalas semua yang telah Anda lakukan. Kami akan berbagi akun yang telah kami retas untuk saudara kami, Khilafah Anshar, untuk melanjutkan dakwah dan jihad," demikian nukilan video tersebut.

"Kami berjuang untuk meninggikan al Qur’an. Kami akan menemukanmu dan kami akan membunuhmu."

Namun, pesan ancaman yang disuarakan seorang pria dalam bahasa Inggris dan disertai terjemahan teks berbahasa Indonesia ini belum terverifikasi keasliannya.

Berulang kali

Gertakan terhadap otoritas Indonesia sejatinya bukan kali ini saja disuarakan pihak yang mengatasnamakan kelompok ISIS.

Pada April 2015, ancaman untuk menyerbu Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan guna membebaskan pentolan ISIS Indonesia Aman Abdurrahman juga disuarakan seorang pria lewat video yang diunggah ke Youtube.

Aman kala itu memang masih mendekam di terungku terkait pelatihan militer di Jalin Jantho, Aceh Besar, pada 2010.
Ancaman tersebut tidak menjadi kenyataaan.

Adapun Aman yang bebas pada Agustus 2017, kembali ditangkap atas keterlibatan dalam sejumlah teror di Indonesia sepanjang 2016 hingga 2017.

Ia kemudian divonis mati setelah dianggap terbukti menjadi dalang dan mendorong orang lain melaksanakan teror, seperti dalam insiden Thamrin, Jakarta; aksi di Gereja Oikumene Samarinda, Kalimantan Timur; atau tragedi bom bunuh diri Terminal Kampung Melayu, Jakarta.

Menurut pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh Lhokseumawe di Aceh, Al Chaidar, ancaman yang kali ini kembali disuarakan ISIS, bisa jadi hanya berupa gertakan tanpa aksi.

"Karena kan sudah banyak ancaman tapi tidak ada wujudnya," katanya saat dihubungi.

Meski begitu, ia berharap otoritas keamanan Indonesia tidak lengah dan menganggap remeh ancaman kali ini.

"Kewaspadaan tetap perlu. Karena ini menunjukkan bahwa anggota ISIS di Indonesia masih ada," pungkasnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.