Luhut: Tesla sepakat beli nikel dari Indonesia US$ 5 Miliar

Analis menilai kerja sama tidak akan terlalu menguntungkan Indonesia jika Tesla hanya membeli nikel mentah lalu membawanya ke pabrik pembuatan baterai di negara lain.
Arie Firdaus
2022.08.08
Jakarta
Luhut: Tesla sepakat beli nikel dari Indonesia US$ 5 Miliar Seorang pekerja menjaga tungku selama proses peleburan nikel di pabrik peleburan perusahaan pertambangan Indonesia PT Vale di Soroako, Sulawesi Selatan, 30 Maret 2019.
[Bannu Mazandra/AFP]

Perusahaan kendaraan listrik asal Amerika Serikat Tesla telah meneken kontrak pembelian nikel bernilai sekitar US$ 5 miliar dari dua perusahaan di Indonesia, kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan pada Senin (8/8).

Investasi Tesla sempat diliputi ketidakpastian akibat lambannya realiasasi kerja sama, kendati Presiden Joko "Jokowi" Widodo dan Luhut telah bertemu langsung dengan kepala perusahaan, Elon Musk.

Dikatakan Luhut, kontrak kerja sama pembelian nikel yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik antara Tesla dan dua perusahaan yang berlokasi di Morowali, Sulawesi Tengah, untuk durasi lima tahun.

"Mereka (Tesla) sudah beli, itu yang bagus, dua produk dari Indonesia, dari (Zhejiang) Huayou, satu lagi dari mana," kata Luhut dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, merujuk pada perusahaan tambang China yang beroperasi di Morowali.

"Dia (Tesla) sudah mulai masuk situ. Tahap pertama sudah masuk, untuk pembuatan baterai litium. Kan ada beberapa belas industri di situ," ujar Luhut.

Luhut menambahkan bahwa berlarutnya penandatangan kerja sama disebabkan beberapa hal, salah satunya masalah internal yang terjadi Tesla terkair akuisisi media sosial Twitter.

Menurut sejumlah laporan media di Indonesia, satu perusahaan lagi adalah CNGR Advanced Material, yang juga berasal dari China.

Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia, dengan lokasi tambang tersebar di sejumlah daerah di Sulawesi.

Selain Tesla, beberapa perusahaan asing lain yang mengembangkan kendaraan listrik juga telah meneken kerja sama dengan perusahaan-perusahaan di Indonesia, lanjut Luhut.

Mereka adalah perusahaan otomotif asal Amerika Serikat lain yakni Ford dan perusahaan asal Jerman Volkswagen.

"Ford sudah masuk, sudah tanda tangan, tiga minggu lalu. Nilai investasi US$ 2,5 miliar. Mungkin (ke depan) lebih besar dari itu (karena) ini angka pertama kali masuk," kata Luhut.

Luhut tidak memerinci kelanjutan rencana pembangunan pabrik Tesla yang menurut pemerintah akan didirikan di Batang, Jawa Tengah, serta penawaran Indonesia untuk memberikan lahan untuk membangun pusat peluncuran roket perusahaan Elon Musk lain yakni SpaceX di Biak, Papua.

Ia hanya menambahkan bahwa perwakilan Tesla bakal mengunjungi Indonesia pada hari ini untuk menindaklanjuti rencana kerja sama.

"Saya janjian Senin (hari ini) akan berbicara dengan timnya (Tesla) soal bagaimana progresnya," lanjut Luhut, tanpa menjabarkan poin pembicaraan.

220808_ID_Tesla-EV-inside.JPG

Mobil listrik Tesla Model X mengisi ulang baterainya di Berlin, Jerman, 13 November 2019. Gambar diambil dengan lensa mata ikan. [Fabrizio Bensch/Reuters]

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia pada Mei lalu sempat menargetkan pembangunan pabrik Tesla dapat dimulai pada awal 2023.

Ia juga mengatakan bahwa Tesla berencana untuk berinvestasi pada dua sektor usaha di tanah air yakni ekosistem baterai mobil dan pembuatan mobil.

BenarNews menghubungi juru bicara Luhut, Jodi Mahardika, terkait detail kerja sama yang telah diteken serta dibahas dengan Tesla, tapi tak beroleh balasan.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Taufik Ahmad menilai kerja sama tidak akan terlalu menguntungkan Indonesia jika Tesla hanya membeli nikel mentah lalu membawanya ke pabrik pembuatan baterai di negara lain, dalam kasus ini ke pabrik baterai dan mobil listrik di Shanghai dengan kapasitas 450.000 unit per tahun

“Kalau (nikel) setengah mentah, manfaat buat kita enggak begitu tinggi. Itu support pasokan untuk pabrik di Cina. Sayang kalau begitu,” kata,” kata Taufik kepada BenarNews.

Dikatakan Taufik, pemerintah meski mendorong hilirisasi produk nikel di dalam negeri demi mendapat manfaat lebih besar.

“Kita harus berani mendorong untuk bikin (baterai) di sini,” lanjutnya, sembari mendesak pemerintah untuk menjabarkan detail kerja sama pembelian nikel dengan Tesla —apakah berupa bahan mentah atau sebaliknya.

Ekonom dari Forum Ekonomi Konstitusi Defiyan Cory, saat dihubungi, menilai penjualan nikel kepada Tesla sebagai perihal yang melecehkan Indonesia.

Pasalnya, kedua perusahaan Cina yang menyuplai nikel untuk Tesla semestinya memiliki klausul pelarangan penjualan komoditas nikel kepada pihak lain. Ia pun mendesak pemerintah membuka detail kontrak kedua perusahaan tersebut kepada publik.

“Meski mereka (dua perusahaan) membayar pajak kepada pemerintah Indonesia, tapi penjualan bahan baku nikel yang dilakukan tidak dibenarkan secara konstitusional," ujar Defiyan.

“Pemerintah harus menjelaskan, apakah ada unsur wanprestasi dari kedua perusahaan atau ada unsur KKN dengan pejabat yang menandatangani kontrak.”

BenarNews meminta konfirmasi kepada Tesla Asia Pasifik terkait detail kerja sama, tapi belum mendapat balasan.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto, dikutip dari kompas.com mengatakan Indonesia tentu bakal mendapat keuntungan dari penjualan nikel ke Tesla, meski kedua perusahaan berasal dari Cina.

“Kan pabriknya di Indonesia, tenaga kerjanya orang Indonesia, pajaknya bayar di Indonesia meskipun perusahaannya Tiongkok,” kata Septian.

Ia pun mengaku tidak mengetahui alasan Tesla memilih kedua perusahaan tersebut sebagai pemasok nikel.

Rencana Tesla membeli nikel di Indonesia mendapat tentangan dari para aktivis lingkungan dengan alasan dapat merusak alam dan mengganggu kehidupan masyarakat sekitar tambang.

Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) dan organisasi masyarakat sipil di AS lewat surat terbuka kepada Elon Musk pada akhir Juli meminta Tesla untuk membatalkan rencana investasi nikel di Indonesia dengan alasan berpotensi menjadi bencana bagi masyarakat.

Penambangan nikel berpotensi meningkatkan deforestasi dan pencemaran air, meningkatkan kriminalisasi masyarakat dan aktivis lokal, serta mengancam keberlangsungan hidup masyarakat di sekitar pertambangan.

Surat terbuka ut menyatakan, per Juli 2022 terdapat 673.000 hektare hutan Indonesia yang telah diberikan kepada perusahaan nikel.

Adapula kriminalisasi kepada aktivis lokal yang menolak pertambangan pun terjadi di Wawonii, Sulawesi Tenggara, kata Manajer Kampanye Isu Tambang dan Energi WALHI Rere Christianto dalam keterangan tertulis.

“Tesla harus membatalkan investasi di sektor nikel Indonesia dan tidak lagi menggunakan produk nikel asal Indonesia dalam rantai produksi Tesla, sebagai upaya mencegah kerusakan lingkungan yang lebih parah di Tanah Air,” tulis para aktivis dalam surat itu.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.