Indonesia Saksikan Gerhana Matahari Total

Tia Asmara
2016.03.08
Jakarta
160308_ID_Eclipse_1000 Para wartawan memotret foto saat jumpa pers tentang gerhana matahari total 9 Maret di Jakarta, 11 Februari 2016.
AFP

Rakyat Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke, Rabu, 9 Maret 2016, akan menyaksikan peristiwa alam sangat langka yaitu gerhana matahari total (GMT) dan sebagian.

Astronom dari Komunitas Langit Selatan, Avivah Yamani yang diwawancara BeritaBenar di Jakarta, Selasa menjelaskan, GMT akan terjadi di 12 provinsi di Indonesia.

Ke-12 provinsi yang dilintasi totalitas GMT adalah Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara.

Sedangkan daerah-daerah lain seperti Aceh dan Papua, persentase gerhana beragam dan tak sampai membuat keadaan menjadi gelap. “Misalnya Jakarta, gerhananya sekitar 88 persen,” katanya.

GMT terjadi ketika bulan menutupi seluruh matahari. Saat itu matahari terlihat gelap total karena pancaran cahaya ke bumi terhalang bulan. Meskipun bulan lebih kecil, bayangannya mampu menghalangi cahaya matahari sepenuhnya.

Menurut Avivah, peristiwa ini amat langka dan unik karena Indonesia menjadi satu-satunya wilayah yang dilewati lintasan GMT tahun ini.

“Meski GMT terjadi setiap 18 bulan sekali, namun GMT tak terjadi di tempat yang sama. GMT kali ini bisa disaksikan dari wilayah Indonesia Barat sampai Indonesia Timur,” tutur lulusan Astronomi ITB itu.

Terjadi lagi tahun 2042

Sejarah mencatat selama 115 tahun terakhir, hanya sembilan kali Indonesia dilintasi GMT dan sekali melewati Pulau Jawa yaitu 11 Juni 1983.

Menurut data dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), pengamatan GMT terlama terjadi di Pulau Plum, Maba, Maluku Utara yaitu sekitar 3 menit 17 detik.

“Diperkirakan GMT serupa bakal terjadi lagi pada 2042 dengan wilayah yang dilewati berbeda dengan saat ini,” jelas Avivah.

Dia menambahkan kendati menarik untuk dilihat, tapi GMT tidak boleh dilihat langsung dengan mata telanjang karena bisa menyebabkan kebutaan. Retina mata tidak siap menerima cahaya yang tiba-tiba dari gelap ke terang.

“Kita boleh menontonnya namun harus menggunakan filter matahari, tidak boleh hanya dengan kaca mata riben atau sunglasses biasa,” kata dia.

Avivah menyebutkan terdapat beberapa cara untuk membuat kacamata GMT. Salah satunya dari film hitam putih (bukan film warna) yang kemudian dicuci lalu dibuat dua lapis sesuai ukuran mata atau dengan proyeksi lubang jarum.

“Justru, saat matahari tertutup rapat (fase total – korona matahari) bisa dilihat dengan mata telanjang tapi harus cepat karena saat matahari mulai membuka justeru itu sinar yang bahaya,” tuturnya.

Tingginya antusiasme warga

Berbagai aktifitas dilakukan masyarakat untuk menyaksikan peristiwa alam cukup langka ini mulai dari warga biasa, peneliti dan para astronom dari luar negeri.

Salah satunya Marina Ariyani (30). Dia khusus mendatangi daerah yang akan dilewati GMT. Ia memilih Palembang sebagai destinasi wisata GMT karena paling dekat dengan tempat tinggalnya di Jakarta.

“Di Palembang juga banyak kegiatan kebudayaan dan menarik. Jadi saya pilih ke sana,” ujarnya kepada BeritaBenar melalui telepon.

Ia telah berada ke Palembang beberapa hari lalu. Sebulan sebelumnya, ia telah memesan tiket pesawat ke Palembang, membeli kacamata khusus GMT dan meminta cuti dari kantor.

Menurutnya, peristiwa GMT tidak terjadi setiap tahun dan sangat bagus untuk diamati karena kebanyakan orang hanya tahu GMT melalui teori dan buku pelajaran sekolah tanpa tahu bagaimana bentuk asli matahari saat gerhana total.

“Ini fenomena alam yang sangat jarang terjadi. Saya ingin melihat langsung dan menjadi saksi momen langka. Jadi sayang dilewatkan,” kata perempuan yang bekerja di sebuah perusahaan swasta.

Sebuah kapal pesiar berlabuh di Pelabuhan Kota Ternate, Maluku Utara, 8 Maret 2016, sehari sebelum gerhana matahari total. (AFP)

Wisatawan melonjak

Asisten Departemen Pengembangan Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Reseno Arya mengatakan bahwa dampak GMT bagi peningkatan angka wisatawan sangat luar biasa.

Wisatawan domestik meningkat sekitar 500.000 orang. Sementara terdapat tambahan 5.000 wisawatan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia karena adanya peristiwa GMT. Mereka menyebar di daerah-daerah yang dilewati gerhana.

GMT juga memberikan efek positif dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal. Banyak pedagang yang meraup untung karena kebanjiran peminat.

“Hotel penuh, tiket pesawat dijual harga tinggi, rental mobil habis, pedagang makanan dan suvernir juga laku besar. Ini kan sangat bagus,” kata Reseno.

Pihaknya akan menjadikan peristiwa GMT untuk mempromosikan Indonesia. Salah satunya melalui media sosial, radio dan televisi.

Kemenparekraf  juga menyediakan sekitar 20.000 kacamata khusus gerhana yang akan di bagikan ke berbagai penjuru provinsi secara gratis, katanya.

Serukan shalat gerhana

Terkait fenomena alam tersebut, Kementerian Agama (Kemenag) mengajak umat Islam untuk melaksanakan shalat gerhana pada waktu peristiwa GMT. Masjid Istiqlal di Jakarta menggelar shalat gerhana matahari (Kusuf) pada jam 06.20 WIB sampai selesai.

“Kepada masyarakat di seluruh Indonesia diserukan untuk melaksanakan shalat gerhana di masjid dan mushalla terdekat sesuai dengan jadwal waktu terjadinya peristiwa di masing-masing tempat,” kata Dirjen Bimas Islam, Machasin.

Menurut dia, penting bagi umat Islam memahami peristiwa gerhana sebagai fenomena alam sebagai momentum untuk meningkatkan keimanan kepada Allah SWT.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.