Indonesia Mengutuk Serangan Berdarah ISIS di Bulan Ramadan

Oleh Paramita Dewiyani
2015.06.29
150629_ID_PARAMITA_TUNISIA_ATTACKS_700.jpg Foto menunjukkan sebuah lubang peluru di jendela Hotel Riu Imperial Marhaba, dekat Sousse, Tunisia, tanggal 29 Juni 2015.
AFP

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan bahwa serangan Negara Islam Iraq dan Suriah (ISIS) hari Jumat bertujuan untuk mencemari bulan suci Ramadan dan memecah belah umat Islam.

Ulama Indonesia mengimbau agar pemerintah Indonesia meningkatkan keamanan serta menutup tempat wisata yang kemungkinan menjadi target militan.

“MUI mengutuk tindakan ISIS yang membunuh umat Allah yang tak berdosa, di bulan suci Ramadan,” kata Din Syamsuddin kepada BeritaBenar Senin, tanggal 29 Juni.

“Tidak ada pembenaran dalam Islam untuk tindakan ini.”

Ramadan berdarah

ISIS mengklaim bertanggung jawab terhadap serangan berlangsung serentak tanggal 26 Juni lalu di Tunisa dan Kuwait serta menginspirasi insiden di Perancis.

Serangan penembakan di Tunisia telah menewaskan setidaknya 38 orang, 21 diantaranya adalah wisatawan asing dari berbagai negara termasuk Belgia, Inggris dan Jerman.

Mereka berada disekitar Hotel Riu Imperial Marhaba di tepi pantai di Sousse, 140 km dari ibu kota Tunisia, ketika ledakan terjadi, tersangka berjalan di sepanjang pantai membunuh orang dengan senapan serbu Kalashnikov menurut laporan Agence France-Presse (AFP).

Saifeddine Rezgui (23 tahun), menjadi tersangka dalam serangan ini.

Perdana Menteri Habib Essid menyatakan setelah serangan tersebut, sekitar 80 masjid di Tunisia ditutup karena diduga telah mendanai sejumlah militan, BBC melaporkan tanggal 29 Juni.

Pada waktu yang hampir bersamaan, sopir truk menabrakkan mobil van ke gudang bahan kimia dan menggantung kepala terpenggal bosnya di pintu gerbang di Saint-Quentin-Fallavier, sebuah kota di sebelah tenggara Perancis.

Yassin Sahli (35 tahun), menjadi tersangka tindakan ini dan ia diduga terinspirasi oleh ISIS.

Menteri Dalam Negeri Perancis, Bernard Cazeneuve menyatakan bahwa Yassin tidak mempunyai catatan kriminal tapi masuk dalam radar kepolisan dalam kagatori individual yang “teradikalisasi,” Reuters melaporkan.

Konflik Sunni-Syiah

Pada hari yang sama di Kota Kuwait bunuh diri terjadi di Masjid kelompok Muslim Syiah, yaitu Masjid Imam Sadiq.

Pengeboman terjadi saat umat Muslim Syiah sedang melaksanakan sholat Jumat dan setidaknya telah menewaskan 27 orang serta ratusan terluka.

“Serangan ini akan semakin menimbulkan perpecahan antara Muslim Sunni dan Syiah di negara tersebut. Populasi Muslim Syiah di Kuwait hanya berkisar 15-30 persen,” kata Muhyiddin Djunaedi, kepala Bidang Hubungan Luar Negeri MUI.

“ISIS kembali menyulut ketegangan di Timur Tengah dimana perbedaan antara Sunni dan Syiah Muslim diikuti dengan kekerasan,” katanya lanjut.

Bulan April lalu, koalisi dari sepuluh negara Islam Sunni yang dipimpin oleh Saudi Arabia telah membombardir kelompok Syiah Houthi yang didukung oleh Iran, untuk melemahkan kedudukan mereka di Yaman.

Pemerintah Kuwait menyatakan bahwa tersangka bom bunuh diri adalah warga negara Saudi bernama Fahd Suleiman Abdulmohsen al-Qaba'a, born in 1992 (23 tahun).

Ia terbang ke Kuwait saat fajar hari Jumat sebelum meledakkan bom tersebut, AFP melaporkan.

Indonesia mengimbau

Arrmanatha Nasir, juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, menyatakan bahwa pemerintah Indonesia ikut berbela sungkawa atas kejadian ini.

“Kejadian ini membuktikan bahwa serangan radikal tidak mengenal batas wilayah dan waktu. Karena itu Indonesia terus mendorong dunia internasional untuk memerangi radikalisme,” katanya kepada BeritaBenar tanggal 26 Juni.

Sejauh ini belum ada laporan adanya warga negara Indonesia (WNI) tewas dalam kejadian tersebut.

“Tetapi kami mengimbau agar semua WNI didaerah tersebut terus waspada dan menjauhi segala bentuk radikalisme,” katanya lanjut.

Juru bicara BNPT Irfan Idris mengatakan bahwa serangan di tiga negara mempunyai pola yang sama.

“Serangan dilakukan oleh usia muda dan kemungkinan teraridakalisasi secara individual. Karena itu sangat penting agar masyarakat terus memperhatikan lingkungan sekitarnya,” katanya kepada BeritaBenar sambil mengatakan bahwa masyarakat harus peka terhadap perubahan individu yang terjadi disekitarnya.

“ISIS gencar melakukan perekrutan di kalangan pemuda. Karena itu kita harus mematahkan ideologi yang salah ini dikalangan pemuda Indonesia,” katanya lanjut.

Menutup lokasi wisata

Said Aqil Siraj, ketua Nahdlatul Ulama (NU), juga mengutuk tindakan teror di tiga negara ini.

“Tindakan ini membuktikan kekejian ISIS. Karena itu setiap WNI harus menangkal nilai radikalisme yang telah disebarkan ISIS dengan nilai-nilai nasionalisme dan toleransi,” katanya kepada BeritaBenar hari Senin.

Untuk menghindari kejadian serupa selama bulan suci Ramadan, Said menghimbau agar semua umat bergama bersatu dan tidak mudah terprovikasi.

“Kejadian seperti ini tidak akan terjadi jika ada toleransi,” katanya lanjut.

Said mendorong agar pemerintah untuk sementara menutup tempat wisata, khususnya yang banyak dikunjungi oleh wisatawan asing.

“Sebagai langkah pencegahan,” katanya mengingatkan bahwa bom Bali tahun 2002-2005 lalu juga menargetkan tempat wisata.

Meningkatkan keamanan

Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti menyatakan kepolisian akan terus bersiaga.

“Kita telah mempersiapkan pasukan siaga, yang siap diterjunkan ke lapangan kapanpun,” katanya kepada BeritaBenar, Senin.

Ia mengatakan kepolisian juga telah bekerjasama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk mengatasi kemungkinan teror.

“Kami meningkatkan kemananan dengan meningkatkan patroli, pengamanan dan jumlah personel siap siaga,” katanya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.