Indonesia minta koleksi museum di Belanda dikembalikan

Jakarta menilai Amsterdam telah mengambil benda-benda tersebut dengan cara tidak pantas di masa lalu.
Nazarudin Latif
2022.10.19
Jakarta
Indonesia minta koleksi museum di Belanda dikembalikan Raja Belanda Willem Alexander menyerahkan sebilah keris milik Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro kepada Presiden Joko Widodo. Keris itu diserahkan secara simbolis saat pertemuan Raja Willem dan Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, 10 Maret 2020.
[Biro Pers Sekretariat Presiden]

Indonesia meminta Belanda mengembalikan sejumlah koleksi benda-benda seni dan ilmu pengetahuan bersejarah yang masih disimpan di sejumlah museum negara itu karena dianggap diambil secara paksa saat perang.

Bonie Triyana, sekretaris Komite Repatriasi yang berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengonfirmasi kepada BenarNews bahwa benda-benda yang diminta seperti yang ditulis media Belanda, namun dia tidak dapat dihubungi lebih lanjut untuk memberikan rincian.

Menurut koran Belanda, Trouw, koleksi yang diminta Indonesia termasuk fosil yang ditemukan ahli paleoantropologi Belanda Eugene Dubois yang kini dipamerkan di Museum Naturalis, Leiden.

Dalam penggalian antara 1887 – 1900, Dubois menemukan sekitar 40.000 fosil yang kemudian dikenal sebagai Pithecanthropus erectus, yang berarti manusia kera yang berjalan tegak lurus dan dianggap sebagai spesies awal manusia yang hidup sekarang.

Selain itu media yang sama juga menyebut Indonesia meminta sebilah keris yang digunakan dalam bunuh diri massal di Bali, koleksi gambar dari Kerajaan Singosari, Jawa Timur, dan koleksi batu mulia, perhiasan emas dan perak dari Ekspedisi Lombok pada 1894.

Benda bersejarah lain adalah koleksi dari Kerajaan Luwu, Sulawesi, Al-Quran milik Teuku Umar, Koleksi Pitamaha, ukiran kayu khas Bali dan tali kendali kuda milik Pangeran Diponegoro.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Hilmar Farid, mengatakan pemerintah memang mempunyai program repatriasi, yaitu pengembalian benda cagar budaya Indonesia di luar negeri.

Menurutnya program repatriasi fokus pada benda-benda koleksi museum Belanda yang diperoleh dengan cara tidak pantas pada masa lalu berdasarkan penelusuran sejarahnya.

“Misalnya di masa kolonial ada perang melawan penguasa lokal yang sering disertai penghancuran, apakah itu bangunan, atau penjarahan, dan penyitaan benda-benda yang ada di keraton-keraton,” ujar Hilmar dalam sebuah penyataan pada media.

Menurut Hilmar, Belanda mengumpulkan benda-benda sejarah dari berbagai daerah dengan cara yang beragam, seperti penelitian, koleksi pribadi maupun perampasan melalui tindak kekerasan, termasuk ekspedisi militer terhadap penguasa-penguasa lokal di Nusantara. 

Pemerintah Belanda membenarkan permintaan Indonesia ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Belanda bulan Juli lalu itu, yang dialamatkan ke Sekretaris Negara Gunay Uslu, Trouw melaporkan.

Sebuah komisi independen di Belanda yang bertugas mempelajari permintaan restitusi akan menentukan asal benda yang diminta dan apakah benda tersebut benar-benar hasil jarahan perang. Komite ini diharapkan mulai bekerja pada Desember, sebut koran Belanda itu.

Sementara itu, lembaga bentukan pemerintah Indonesia, Komite Repatriasi, bertugas dalam memberikan masukan, mengorganisasi kegiatan penelitian dan memastikan benda-benda tersebut kembali.

Komite ini juga melakukan provenance research, yaitu penelitian untuk mengetahui asal usul perjalanan benda sejarah yang ada di museum, misalnya kapan masuk koleksi museum, siapa yang membawa, dan dari mana datangnya.

Dari penelusuran komite, bisa ditentukan status benda tersebut, apakah diperoleh dengan cara yang wajar atau atau tidak pantas.

Mantan Kepala Museum Nasional Siswanto mengatakan Belanda sudah mengembalikan koleksi milik Pangeran Diponegoro, tokoh perlawanan pemerintah kolonial dalam “Perang Jawa” pada 1825-1830.

Koleksi berupa keris, tombak, payung, dan pelana kuda ini dikembalikan bersamaan dengan kunjungan Ratu dan Raja Belanda pada 2020 lalu.

Selain benda bersejarah yang sudah dikembalikan adalah koleksi eks "Museum Nusantara" Kota Delft sebanyak 1.500 barang. Jenis koleksi dari museum tersebut terdiri dari beliung dan kapak batu dari zaman prasejarah, miniatur perahu tradisional, wayang kulit, kain tradisional, foto dan benda-benda etnografi lainnya

“Koleksi-koleksi yang dikembalikan ke Indonesia telah dipamerkan di Museum Nasional pada 2020,” ujarnya kepada BenarNews.

“Kita belum punya daftar benda-benda koleksi yang harus diambil dari Belanda. Bahkan Belanda juga tidak punya daftar persis berapa koleksi asal Indonesia yang ada di sana,” ungkapnya.

Anggota Komisi X Sodik Mujahid mengatakan Indonesia harus membuat prioritas koleksi apa saja yang harus dipulangkan oleh Belanda. Menurut Sodik, sejumlah prioritas itu antara lain koleksi barang seni hingga sejarah budaya Indonesia.

“Salah satunya sejarah perjuangan Indonesia seperti pelana kuda Pangerang Diponegoro,” ujar Sodik kepada BenarNews.

Dia juga mengungkapkan Belanda juga turut menjarah sejumlah koleksi masyarakat daerah Indonesia. “Koleksi perhiasan seperti karya masyarakat Lombok. Hal ini terkait karya seni dan aset kekayaan yang dijarah,” ucapnya.

Identitas bangsa

Guru besar Sejarah Universitas Indonesia Agus Aris Munandar mengatakan benda-benda bersejarah itu seperti kartu identitas yang menjadi bukti nyata kisah-kisah masa lalu.

Sejauh ini ahli-ahli sejarah di Indonesia hanya mempelajari dari prasasti dan naskah yang tersisa, namun benda-benda penting dibawa ke Belanda.

“Sebagai arkeolog, saya harap benda-benda masterpiece dibawa kembali, seperti arca-arca di Candi Singosari. Di museum nasional, kita hanya dikasih duplikatnya saja,” ujar dia.

Ia mengatakan Belanda mempunya klasifikasi benda-benda yang diambil dari Indonesia, seperti koleksi pribadi pejabat kolonial, benda yang dititipkan ke pemerintah dan benda yang diambil dari zaman pemerintahan Hindia Belanda.

“Benda yang diambil dari zaman pemerintah Hindia Belanda kemungkinan besar bisa dikembalikan. Tapi ada juga yang dititipkan oleh pejabat colonial. Itu tergantung para keturunannya mau sukarela mengembalikan atau tidak,” ujarnya.

Namun Agus mengingatkan agar pemerintah tidak emosional mengambil semua barang koleksi, karena harus memikirkan kesiapan tempat penyimpanan di Indonesia, terutama dari segi kelembaban dan pencahayaan.

“Itu barang dari Eropa dikembalikan lagi ke daerah tropis, pasti ada pengaruhnya. Kalau arca dari kayu atau logam mungkin kuat, tapi kalau bahannya dari tulang atau kayu harus kita persiapkan dengan baik,” ujar dia.

Pizaro Idrus Gozali berkontribusi pada artikel ini

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.