Indonesia Perlu Melakukan Managemen Pangan: Pakar

Oleh Aditya Surya
2015.06.01
150601_ID_ADITYA_FAO_KELAPARAN_700.jpg Sawah kering di Banyumas, Jawa Tengah, September 27, 2014.
AFP

Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mencatat bahwa setiap harinya kurang lebih 19,4 juta penduduk Indonesia kelaparan. Pakar menyatakan perlunya managemen kebijakan pangan.

“Indonesia sekarang ini sudah memasuki krisis pangan. Impor pangan Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir mencapai 360 persen,” kata Dwi Andreas Santosa, pakar bioremediasi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) kepada BeritaBenar tanggal 1 Juni.

Ia mengatakan salah satu penyebab krisis pangan adalah turunnya stok beras dan tidak tercapainya 8 persen swadaya beras yang dicanangkan oleh Menteri Pertanian Kabinet Kerja Amran Sulaiman tahun lalu.

“Stok beras bulan Januari adalah yang terendah dalam tiga tahun terakhir. Karena itu tidak mengherankan harga beras membubung tinggi di tahun 2015,” kata Dwi sambil mengatakan bahwa data FAO ini bisa terus meningkat jika pemerintah tidak menawarkan solusi apapun untuk permasalahan ini.

“Masih banyak yang harus kita lakukan, prioritas kami adalah untuk menciptakan generasi ‘zero hunger’ serta memastikan anak-anak terutama mendapatkan gizi yang cukup, “ kata Mark Smulders, FAO representative di Indonesia, tanggal 30 Mei.

Smulders menambahkan, adanya pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir serta kebijakan yang tepat di sektor telah membantu Indonesia mencapai target pengurangan kelaparan (Millennium Development Goal /MDG) dari 19,7 persen pada 1990-1992 menjadi 7,6 persen pada 2014-2016.

Jadi meskipun tampaknya angka tersebut mengejutkan tetapi jumlah ini jauh lebih baik dari pada beberapa dekade sebelumnya, terang Smulders.

Perwakilan World Food Programme di Indonesia Anthea Webb mengatakan, meskipun saat ini Indonesia masih mempunyai sekitar 8 persen penduduk kelaparan, tetapi ia optimis Indonesia akan berhasil mencapai target swasembada pangan tahun 2030.

"Mungkin angka ini terkesan optimis, tapi saya yakin Indonesia bisa mencapainya," ujar Webb.

Indonesia bersama dengan negara Asia Tenggara yang lain mempunyai tantangan bukan hanya untuk menghasilkan lebih banyak makanan dari sumber daya yang semakin terbatas, tetapi juga untuk memastikan akses yang lebih adil untuk makanan.

“Hal ini sangat diperlukan untuk mengantisipasi berbagai ancaman kesulitan pangan termasuk perubahan iklim dan pola cuaca yang tak menentu,” lanjut Webb.

Manajemen kebijakan pangan

Dwi Andreas Santosa yang juga dosen di IPB mengatakan bahwa swasembada pangan di Indonesia bisa dicapai jika konsep kebijakan pangan di Indonesia tidak bersandar pada subsidi pemerintah termasuk pupuk, benih dan alat mesin pertanian.

“Reorientasi kebijakan pangan ini harus ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui subsidi output atau harga yang dapat memberikan jaminan kepada petani,” katanya.

Dwi menerangkan bahwa pemerintah harus memperhitungkan jumlah stok pangan beserta dengan beberapa resiko seperti bencana alam, termasuk kekeringan, banjir dan tanah longsor yang mempengaruhi hasil produksi pertanian.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa kekeringan yang berlangsung di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara juga bisa menjadi ancaman pangan.

Tentunya ini akan mempengaruhi hasil pertanian,"katanya sambil mengimbau hemat air dan pengaturan air untuk irigasi pertanian akan harus dilakukan.

Untuk mengantisipasi adanya krisis pangan karena bencana kekeringan, Sutopo menyerukan gerakan restorasi sungai, pengurangan risiko bencana dan perbaikan lingkungan untuk ditingkatkan.

“Solusi jangka panjang mengatasi kekeringan perlu mitigasi struktural secara masif lewat pembangunan embung, bendung, serta waduk,” katanya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.