Media: Indonesia ingin membeli lebih banyak senjata dari Rusia
2024.11.21
Indonesia secara resmi meminta Rusia apakah Jakarta bisa membeli lebih banyak senjata dari Negara Beruang Merah itu, menurut laporan media Rusia. Permintaan ini, menurut seorang analis, menunjukkan upaya Jakarta untuk mendiversifikasi sumber persenjataan sambil tetap mempertahankan status non-bloknya.
Vladimir Bulavin, Ketua Komite Dewan Federasi Rusia untuk Pertahanan dan Keamanan sekaligus senator, dikutip oleh kantor berita RIA Novosti mengatakan bahwa permintaan Indonesia untuk senjata dan perlengkapan militer dari Rusia untuk periode 2025-2030 sedang dalam tahap “peninjauan.”
Pejabat tersebut tidak mengungkapkan rincian permintaan, tetapi analis keamanan Indonesia Khairul Fahmi mengatakan Jakarta kemungkinan akan fokus pada pembelian yang tidak sensitif secara politik, seperti kendaraan lapis baja dan sistem pertahanan jarak pendek. Sementara itu, pembelian profil tinggi seperti jet tempur atau sistem rudal canggih kemungkinan akan ditunda untuk meminimalkan dampak geopolitik.
Indonesia mulai menerima senjata dan perlengkapan militer dari Uni Soviet pada akhir 1950-an, tetapi hubungan antara kedua negara merenggang selama Perang Dingin.
Menurut Bulavin, pengadaan senjata dari Rusia kembali berlanjut pada 2000-an, ditandai dengan kontrak besar, termasuk pengiriman jet tempur Su-27 dan Su-30 serta kendaraan lapis baja BMP-3F.
Pengiriman senjata pertama dari Moskow ke Jakarta dilakukan pada tahun 1958, berupa 100 kendaraan lintas alam militer GAZ-69.
Dari 1992 hingga 2018, Rusia mengirimkan senjata senilai lebih dari USD 2,5 miliar ke Indonesia. Pengiriman tersebut mencakup kendaraan lapis baja BTR-80A dan BMP-3F, senapan serbu Kalashnikov seri ke-100, pesawat Su-27SK dan Su-30MK2, helikopter Mi-35 dan Mi-17, serta sistem senjata dan perlengkapan militer lainnya, menurut Alexander Mikheyev, CEO Rosoboronexport, eksportir senjata milik negara Rusia.
Indonesia dikabarkan ingin membeli 10 jet tempur multiperan Su-35 untuk menggantikan pesawat F-5 Tiger buatan AS yang telah digunakan sejak 1980. Namun, belum jelas apakah apakah ada kemajuan dalam pembelian tersebut.
“Solusi hemat biaya”
Fahmi, salah satu pendiri Institute for Security and Strategic Studies, mengatakan kepada BenarNews, bahwa keputusan Indonesia untuk membeli perlengkapan militer dari Rusia mencerminkan upaya strategis untuk mendiversifikasi pengadaan pertahanan sambil tetap mempertahankan kebijakan luar negeri non-blok.
Fahmi menyoroti faktor praktis dan strategis yang mendorong pembelian ini, mencatat bahwa teknologi militer Rusia dikenal karena keandalannya dan harganya yang lebih terjangkau dibandingkan alternatif dari Barat.
“Rusia menawarkan solusi hemat biaya yang memungkinkan Indonesia memaksimalkan anggaran pertahanannya. Selain itu, syarat pembayaran fleksibel, termasuk kesepakatan barter komoditas seperti minyak kelapa sawit dan karet, membuat pembelian ini lebih mudah diwujudkan,” katanya.
Analis tersebut menepis anggapan bahwa penguatan hubungan pertahanan dengan Rusia menandai perubahan kebijakan luar negeri Indonesia.
“Posisi non-blok Indonesia tetap kokoh. Kemitraan dengan Rusia atau negara lain didasarkan pada kebutuhan strategis semata dan tidak mencerminkan keberpihakan blok,” ujarnya.
Prioritas modernisasi militer Indonesia mencakup jet tempur, kapal selam, sistem pertahanan udara, dan helikopter serang, tetapi diyakini sedang mencari pemasok lain untuk barang-barang bernilai tinggi.
Meski begitu, hubungan militer Rusia-Indonesia tampaknya akan terus berkembang, terutama di bidang maritim. Bulan ini, kedua negara menggelar latihan angkatan laut bersama pertama mereka, bertajuk “Orruda-2024,” di Surabaya.
Pizaro Gozali Idrus di Jakarta turut berkontribusi dalam laporan ini.