Paham Salafi di Indonesia

Salafisme disebut cepat berkembang di Timur Tengah, tapi tidak cukup kuat di Indonesia karena kehidupan masyarakat Tanah Air yang multikultur.
Zahara Tiba
2017.03.01
Jakarta
170301_ID_Salafi_1000.jpg Dua warga berjalan di samping mobil yang memasang spanduk menolak Wahabi, Syiah, dan PKI saat unjuk rasa di Banda Aceh, 10 September 2015.
Nurdin Hasan/BeritaBenar

Salafisme atau Islam puritan diyakini mulai berkembang di Indonesia sejak awal 1980an, yang diduga disebarkan Pemerintah Arab Saudi melalui program beasiswa.

“Jika salafisme dianut, agama akan kehilangan nuansa kemanusiaan, karena semuanya dikembalikan pada praktik masa lalu atau salaf, di zaman Nabi Muhammad SAW,” kata Ali Munhanif, peneliti senior Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, kepada BeritaBenar, Senin, 27 Februari 2017.

“Gerakan ini meniru pola kehidupan masyarakat awal Islam yang berujung pada anti-modernisme, anti terhadap perkembangan masyarakat. Yang di luar itu dianggap tidak Islam. Ide semacam itu yang berbahaya,” tambah Ali.

Ia mencontohkan penggunaan kata kafir.

“Kata kafir adalah simbol pengingkaran yang sebenarnya sangat interpretatif. Bagi kaum Salafi, sejauh tidak sesuai dengan aqidah (Islam), akan dibilang kafir,” ujarnya, “kemudian gampang meneriakkan ‘Bunuh! atau ‘Gantung’. Ini yang saya bilang agama akan kehilangan nuansa kemanusiaannya,” tambahnya.

Menurutnya, kebangkitan salafisme di Indonesia tak lepas dari peran sejumlah lembaga, organisasi dan institusi pendidikan yang didanai Arab Saudi dan negara Timur Tengah lainnya.

“Mereka memberi beasiswa pada orang Indonesia untuk belajar di sana dengan harapan membawa paham itu ketika pulang,” jelas Ali.

Pihak Kedutaan Arab Saudi yang dikonfirmasi BeritaBenar terkait peran negara itu dalam menyebarkan salafisme tidak memberikan tanggapan.

Menurut Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia se-Arab Saudi, jumlah mahasiswa yang menuntut ilmu di negara kaya minyak itu hingga tahun 2016 mencapai 900 orang, tersebar di 10 universitas.

Sekretaris Umum Muhammadiyah, Abdul Mukti menyatakan jumlah beasiswa tersebut lebih sedikit dibandingkan Australia, Amerika Serikat. atau negara-negara Eropa.

“Alumni universitas-universitas negeri di Saudi tidak lantas menjadi pengikut salafisme. Biasanya alumni institusi non-formal atau swasta yang banyak menganut salafi karena masih dipengaruhi nilai-nilai kearifan lokal yang kental,” ujarnya kepada BeritaBenar.

Mengimbangi Syiah

Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra, mengatakan salah satu tujuan salafisme adalah untuk mengimbangi penyebaran Syiah dan Indonesia tak lepas dari target gerakan tersebut.

“Mereka mendirikan Salafi-Wahabi (politik dan non-politik), sekolah-sekolah, madrasah-madrasah dan pesantren-pesantren,” ujar Azyumardi kepada BeritaBenar.

Azyumardi menyebutkan, beberapa contoh Salafi-Wahabi antara lain Jamaah Islamiyah, Majelis Mujahiddin Indonesia, Jamaah Anshorut Tauhid pimpinan Abu Bakar Ba'asyir, dan Lasykar Jihad pimpinan Ja'far Umar Talib.

Tapi, Abu Qotadah Al-Atsary, pimpinan Pondok Pesantren Ihya’ As-Sunnah di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, memiliki pendapat lain.

“Umat Islam itu salafi semuanya karena tidak ada agama yang kita pegang kecuali yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad dan para sahabat,” katanya saat dihubungi, Selasa.

“Salafi adalah kembali pada pemahaman bagaimana mengamalkan agama, bagaimana mendakwahkan agama. Mestinya umat Islam di dunia ini salafi karena tidak ada agama kecuali yang datang dari Allah dan Rasulnya,” tambah alumnus Yaman itu.

Pendapat senada diungkapkan pengurus Pesantren Tarbiyah Sunnah di Bandung, Jawa Barat, Abu Haidar Al Sundawy.

“Mungkin orang melihat seolah-olah ini gerakan politis. Padahal kami hanya berdakwah. Ini sama seperti menyebar budaya ekonomi syariah. Lantas dituding akan menghapus riba dan semacamnya,” ujar pengikut salafi tersebut.

Saat ditanya apakah paham salafi untuk mengimbangi pengaruh Syiah, dia menjawab, “Jika dakwah dilakukan benar, otomatis akan membendung umat dari pemahaman keliru dan menyimpang.”

Tidak cukup kuat

Menurut Ali, salafisme cepat berkembang di Timur Tengah, tapi tidak cukup kuat di Indonesia karena kehidupan masyarakatnya yang multikultur.

“Peran Nahdlatul Ulama (NU) dalam mendorong kemerdekaan Indonesia sangat kuat serta Muhammadiyah dalam memodernkan Islam,” katanya.

Untuk itu, sarannya, penting bagi pemerintah untuk mendorong kedua organisasi Islam ini sejalan dengan cita-cita pemerintah untuk membangun masyarakat multikultur dan toleransi.

Perkembangan salafisme di Indonesia, lanjut Azyumardi, masih terbatas karena kuatnya kedua organisasi Islam moderat tersebut.

They are too big to fail. Saya tidak melihat ada worst scenario (dari paham salafisme di Indonesia),” tegasnya, “tapi perlu kewaspadaan dan konsolidasi organisasi moderat.”

Di Aceh, satu-satunya provinsi yang menerapkan Syariah Islam juga menentang Salafi – Wahabi, terbukti dari beberapa unjuk rasa penolakan yang pernah digelar.

Momentum

Kunjungan Raja Salman dari Arab Saudi ke Indonesia pada 1 hingga 9 Maret, tutur Ali, bisa menjadi momentum untuk mengenalkan nilai-nilai Pancasila dan toleransi.

“Mumpung ada keinginan dari Saudi untuk membantu dalam kerja sama ekonomi, anti-terorisme dan pertukaran budaya, termasuk pendidikan,” tukasnya.

Sedangkan Qotadah melihat kunjungan Raja Salman lebih pada meningkatkan hubungan Arab Saudi dan Indonesia, yang merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.

Menurut Abdul, hubungan Muslim Indonesia dan Arab Saudi sudah terjalin sejak abad ke-8.

Saudi saat itu menjadi pusat belajar para ulama yang berperan besar dalam mendukung kemajuan Islam. Upaya ini lantas memperkuat ikatan agama dan intelektual di kalangan muslim Indonesia-Arab Saudi.

Hanya saja, mayoritas Muslim Indonesia menganut mazhab Syafii dan Sekolah Teologi Al-Asyari, sementara Salafi berkiblat pada mazhab Hambali dan Teologi Ibnu Taimiah.

“Artinya hubungan Indonesia dan Saudi terkait faktor keIslaman, bukan salafisme,” ujarnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.

Komentar

Hamdani
2021-04-09 06:53

Bertaqwalah kepada Allah,ingat tulisan antum akan dipertanggungjawabkan diakhirat kelak

Abdurrokhim
2021-09-20 09:11

Sdh tau islam terbagi 73 golongan tp masih aja admin yg nulis nganggap golongannya yg paling benar. Cari ilmu lagi kang biar gk tersesat

Eko
2021-12-30 20:11

Tulisan diatas hanya menjelaskan, dimana letak kesalahan dan kesesatan nya?

Verri
2022-01-14 01:15

Fitnahnya masya Allah. Sudah kuat mas mempertanggungajawabkannya nanti di akhirat?

ron
2022-01-28 06:51

MasyaAllah mas, setau saya salafi itu hanya menjalankan islam sesuai dengan Al-qur'an dan hadis....dan penerapannya pun juga hati hati demi menghindari bid'ah. perlu diingatkan bahwa dibandingan dengan umur agama islam yang mulia ini, kita baru lahir kemarin sore...apakah berani menginterpretasikan dan mempraktikkan agama dengan intelijensi dan pendapat kita sendiri tanpa adanya dalil? jika iya, apakah mas pernah dengar bahwa kita bisa mendapat dosa dari kesombongan? dan mengenai salafi meneriakkan "bunuh!! gantung!!" memangnya ada dimana mas? sudah pasti mereka salafi? memangnya mas sudah kenalan dan ngobrol dengan mereka? jika bukan salafi, apakah sudah siap menanggung dosa fitnah yang mas dapat dari tulisan ini? kenapa yang seperti itu yang disorot? padahal sisanya seperti ustadz khalid basalamah, adi hidayat, firanda, zainal abidin, syafiq basalamah dan masih banyak lagi jika mas tonton dan simak kajiannya semuanya mengikuti dalil dari al-qur'an dan hadis....memang kalau bukan dari situ, maka dari mana lagi pedoman kita dalam beribadah mas?

sebaiknya daripada menyebarkan tulisan seperti ini yang kebenaran info dan intelijensi atas opini yang patut dipertanyakan, alangkah baiknya kita riset terlebih dahulu sebelum disebarkan demi kemaslahatan umat. karena islam nantinya akan terpecah menjadi 73 golongan mas...tidak pantas dan biadab rasanya jika kita mendorong proses terjadinya perpecahan tersebut sebagai umat islam...

ron
2022-01-28 06:52

MasyaAllah mas, setau saya salafi itu hanya menjalankan islam sesuai dengan Al-qur'an dan hadis....dan penerapannya pun juga hati hati demi menghindari bid'ah. perlu diingatkan bahwa dibandingan dengan umur agama islam yang mulia ini, kita baru lahir kemarin sore...apakah berani menginterpretasikan dan mempraktikkan agama dengan intelijensi dan pendapat kita sendiri tanpa adanya dalil? jika iya, apakah mas pernah dengar bahwa kita bisa mendapat dosa dari kesombongan? dan mengenai salafi meneriakkan "bunuh!! gantung!!" memangnya ada dimana mas? sudah pasti mereka salafi? memangnya mas sudah kenalan dan ngobrol dengan mereka? jika bukan salafi, apakah sudah siap menanggung dosa fitnah yang mas dapat dari tulisan ini? kenapa yang seperti itu yang disorot? padahal sisanya seperti ustadz khalid basalamah, adi hidayat, firanda, zainal abidin, syafiq basalamah dan masih banyak lagi jika mas tonton dan simak kajiannya semuanya mengikuti dalil dari al-qur'an dan hadis....memang kalau bukan dari situ, maka dari mana lagi pedoman kita dalam beribadah mas?

sebaiknya daripada menyebarkan tulisan seperti ini yang kebenaran info dan intelijensi atas opini yang patut dipertanyakan, alangkah baiknya kita riset terlebih dahulu sebelum disebarkan demi kemaslahatan umat. karena islam nantinya akan terpecah menjadi 73 golongan mas...tidak pantas dan biadab rasanya jika kita mendorong proses terjadinya perpecahan tersebut sebagai umat islam...

willy
2022-03-23 08:45

saya seorang mualaf saya saya pilih menjadi seorang mualaf karna keyakinan saya sendiri dan saya tdk mengikuti rujukan manapun saya cn menjalankan ajaran Agama tentang sholat y saya kurang setuju kenapa kita memangil anda .kamu dengan bahasa Arab antum saya ana saya rasa itu terkalu berlebihan hargai bahasa kita bahasa indonesia kita jg persatuan indonesia dan iman kita Aamiin

Hamba Allah
2022-04-08 06:36

Saya tunjukkan dimana letak fitnah artikel ini.

"Bagi kaum Salafi, sejauh tidak sesuai dengan aqidah (Islam), akan dibilang kafir,...”
(tertulis di artikel di atas)

Kafir dikategorikan menjadi 4 bagian.
1. Kafir Mu'ahid : Kafir yang tinggal di negeri mereka sendiri dan diantara mereka dan kaum muslimin memiliki perjanjian.
2. Kafir Dzimmi : Kaum kafir yang tinggal di negara yang mayoritas penduduknya muslim.
3. Kafir Musta'man : Orang kafir yang masuk ke negeri kaum muslim dan diberi jaminan keamanan oleh penguasa muslim atau salah seorang muslim
4. Kafir Harbi : Yaitu orang kafir selain 3 kriteria diatas (tidak terdapat perjanjian). Atau membenci sampai menindas kaum muslim. Ini yang di syariatkan untuk di perangi dan juga di dakwahi sesuai kemampuan mereka.

Jadi mengkafirkan orang di manhaj salaf ini tidak di benarkan apalagi sampai adanya pertumpahan darah. Demonstrasi dan nggak patuh ke pemimpin aja menurut Salafisme itu Haram. Boro Boro mengkafirkan saudara seiman.

Ibaratkan rumus matematika di setiap negara berbeda beda metodenya (angka sebagai patokan wajib), tapi mereka dapat menemukan hasil yang sama.
Seperti halnya Islam. Mereka mempunyai banyak metode (Madzhab). Tapi mereka mempunyai tujuan yang sama, yaitu beribadah kepada Allah dan Al Qur'an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih sebagai patokan wajib.

Hamba Allah
2022-04-08 06:37

Saya tunjukkan dimana letak fitnah artikel ini.

"Bagi kaum Salafi, sejauh tidak sesuai dengan aqidah (Islam), akan dibilang kafir,...”
(tertulis di artikel di atas)

Kafir dikategorikan menjadi 4 bagian.
1. Kafir Mu'ahid : Kafir yang tinggal di negeri mereka sendiri dan diantara mereka dan kaum muslimin memiliki perjanjian.
2. Kafir Dzimmi : Kaum kafir yang tinggal di negara yang mayoritas penduduknya muslim.
3. Kafir Musta'man : Orang kafir yang masuk ke negeri kaum muslim dan diberi jaminan keamanan oleh penguasa muslim atau salah seorang muslim
4. Kafir Harbi : Yaitu orang kafir selain 3 kriteria diatas (tidak terdapat perjanjian). Atau membenci sampai menindas kaum muslim. Ini yang di syariatkan untuk di perangi dan juga di dakwahi sesuai kemampuan mereka.

Jadi mengkafirkan orang di manhaj salaf ini tidak di benarkan apalagi sampai adanya pertumpahan darah. Demonstrasi dan nggak patuh ke pemimpin aja menurut Salafisme itu Haram. Boro Boro mengkafirkan saudara seiman.

Ibaratkan rumus matematika di setiap negara berbeda beda metodenya (angka sebagai patokan wajib), tapi mereka dapat menemukan hasil yang sama.
Seperti halnya Islam. Mereka mempunyai banyak metode (Madzhab). Tapi mereka mempunyai tujuan yang sama, yaitu beribadah kepada Allah dan Al Qur'an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih sebagai patokan wajib.

Irwan
2022-04-08 07:44

Saya tunjukkan dimana letak fitnah artikel ini.

"Bagi kaum Salafi, sejauh tidak sesuai dengan aqidah (Islam), akan dibilang kafir,...”
(tertulis di artikel di atas)

Kafir dikategorikan menjadi 4 bagian.
1. Kafir Mu'ahid : Kafir yang tinggal di negeri mereka sendiri dan diantara mereka dan kaum muslimin memiliki perjanjian.
2. Kafir Dzimmi : Kaum kafir yang tinggal di negara yang mayoritas penduduknya muslim.
3. Kafir Musta'man : Orang kafir yang masuk ke negeri kaum muslim dan diberi jaminan keamanan oleh penguasa muslim atau salah seorang muslim
4. Kafir Harbi : Yaitu orang kafir selain 3 kriteria diatas (tidak terdapat perjanjian). Atau membenci sampai menindas kaum muslim. Ini yang di syariatkan untuk di perangi dan juga di dakwahi sesuai kemampuan mereka.

Jadi mengkafirkan orang di manhaj salaf ini tidak di benarkan apalagi sampai adanya pertumpahan darah. Demonstrasi dan nggak patuh ke pemimpin aja menurut Salafisme itu Haram. Boro Boro mengkafirkan saudara seiman.

Ibaratkan rumus matematika di setiap negara berbeda beda metodenya (angka sebagai patokan wajib), tapi mereka dapat menemukan hasil yang sama.
Seperti halnya Islam. Mereka mempunyai banyak metode (Madzhab). Tapi mereka mempunyai tujuan yang sama, yaitu beribadah kepada Allah dan Al Qur'an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih sebagai patokan wajib.