Indonesia dan Arab Saudi Kerjasama Melawan Terorisme

Presiden menitipkan WNI yang tinggal di Saudi dan telah berkontribusi terhadap pembangunan negara itu agar mendapat perlindungan dari Raja Salman.
Tia Asmara
2017.03.01
Jakarta
170301_ID_Arab_1000.jpg Presiden Jokowi Widodo dan Raja Salman dari Arab Saudi melambaikan tangan sebelum mereka mengadakan pembicaraan di Istana Bogor, Jawa Barat, 1 Maret 2017.
Dok. Biro Pers Istana

Kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud ke Indonesia, Rabu, 1 Maret 2017, untuk menandatangani 11 Memorandum of Understanding (MoU), termasuk kerjasama bidang keamanan dan upaya memerangi terorisme.

“Penanganan kejahatan antarnegara (transnational crime) antara Indonesia dan Arab Saudi ditandatangani oleh (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian dan kepala kepolisian Arab Saudi,” demikian pernyataan yang dikeluarkan pihak istana kepresidenan.

Namun tidak dirinci bentuk kerjasama tersebut. Tetapi sehari sebelumnya, Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi mengatakan salah satu agenda utama lawatan Raja Salman adalah kerjasama memerangi terorisme.

"Kami tahu Indonesia menderita karena ledakan bom dan terorisme. Kami akan bekerja sama dengan Indonesia di bidang ini. Kita dapat bertukar data, bertukar pengalaman, dan kita dapat mengalahkan orang-orang ini," kata Osama kepada wartawan.

Kunjungan Raja Salman ke Indonesia adalah lawatan bersejarah karena ini dilakukan setelah 47 tahun lalu Raja Faisal bin Abdul Aziz dari Arab Saudi bertandang ke Indonesia.

"Selamat datang Sri Baginda Raja Salman di Istana Bogor. Senang sekali dapat bertemu kembali dengan Sri Baginda Raja. Terakhir kita bertemu tahun 2015 di Saudi Arabia," ujar Presiden Joko “Jokowi” Widodo dalam sambutannya.

"Saya yakin Indonesia dapat menjadi mitra yang strategis dalam upaya mencapai visi 2030 Arab Saudi melalui kerja sama ekonomi yang erat sebagai sesama negara Muslim," tambahnya.

Lawatan Salman dimaksudkan sebagai kunjungan balasan atas kedatangan Jokowi ke Arab Saudi, September 2015. Kala itu, Raja Salman bahkan menjemput Jokowi di pintu pesawat.

Hal yang sama dilakukan Jokowi dengan menyambut langsung kedatangan Raja Salman di tangga pesawat saat mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma. Ini untuk pertama kali Jokowi menyambut tamu negara di tangga pesawat sejak menjadi Presiden Indonesia, 2014.

Presiden Joko Widodo menyambut Raja Salman dari Arab Saudi di tangga pesawat saat mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, 1 Maret 2017. (Dok. Biro Pers Istana)

Rombongan besar

Dalam kunjungannya, Salman membawa rombongan sekitar 1500 orang yang terdiri dari 14 menteri, 25 pangeran dan kalangan pebisnis dari berbagai bidang. Setidaknya 350 mobil Mercedes dan puluhan bis mewah disiapkan.

"Kami sampaikan terima kasih Yang Mulia Presiden. Saya berharap kunjungan ini dapat meningkatkan hubungan bilateral kedua negara," kata Salman.

Dalam keterangan pers, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Indonesia mengapresiasi Arab Saudi karena telah menaikkan kuota haji 10.000 orang dari 211.000 menjadi 221.000 jamaah pada tahun ini.

“Presiden menitipkan WNI yang tinggal di Arab Saudi dan telah memberikan kontribusi terhadap pembangunan di Arab Saudi agar mendapat pengayoman dan perlindungan dari Yang Mulia Raja Salman,” kata Retno.

Dia menambahkan, Jokowi mengajak Salman menghilangkan hambatan perdagangan antara kedua negara.

"Indonesia mengharapkan pemberian kemudahan akses pasar bagi produk Indonesia terutama produk halal, perikanan, obat-obatan, alat kesehatan, produk tekstil, serta garmen Indonesia," ujarnya.

Indonesia juga menegaskan pentingnya penyelesaian berbagai konflik di seluruh dunia, termasuk di Timur Tengah, secara damai.

Kerja sama kedua negara juga dipandang perlu dalam memajukan Islam sebagai agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi alam semesta.

Persoalan Palestina juga dibahas keduanya.

"Kemerdekaan Palestina merupakan perjuangan yang harus terus dilakukan," ujar Retno.

Tercatat total penandatanganan 11 nota kesepahaman (MoU) berbagai bidang seperti Keamanan, Pariwisata, Perumahan, Sosial Budaya, Perikanan dan UMKM, dimana Arab Saudi akan menanamkan investasi senilai sekitar Rp333 triliun di Indonesia.

Indonesia merupakan negara kedua yang dikunjungi Raja Arab Saudi dalam lawatannya ke sejumlah negara di Asia setelah Malaysia. Salman juga akan berkunjung ke Jepang dan Maladewa.

Setidaknya 10.000 personel keamanan dilibatkan dalam pengamanan kunjungan Raja Salman. Anggota kepolisian ditempatkan di lokasi yang akan disinggahi Raja Salman seperti Jakarta, Bogor, dan Bali.

Perubahan geopolitik

Pakar politik Islam Timur Tengah, Zuhairi Misrawi menilai adanya pergeseran geopolitik Arab Saudi ke wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur Pasifik karena kebijakan politik AS yang menyatakan penolakan terhadap umat muslim dari beberapa negara Islam.

“Arab Saudi terlihat mulai mendekati ke Timur untuk mencari alternatif dan membuka seluas-luasnya kerjasama dengan negara lain,” kata Zuhairi kepada BeritaBenar.

Selain itu, kata dia, Arab Saudi menggandeng Indonesia untuk menyelesaikan konflik di Timur Tengah.

“Indonesia merupakan poros perdamaian dunia terutama di Asia dan panutan Muslim moderat di dunia sehingga bisa menjadi acuan perdamaian konflik Timur Tengah,” katanya.

Indonesia dikenal juga sebagai pihak yang netral karena politik luar negeri bebas aktif sehingga bisa mendorong perdamaian dunia.

“Salah satunya dengan memediasi pihak-pihak yang berkonflik di Timur Tengah seperti Iran dan Arab Saudi, Yaman dan Suriah,” ujar Zuhairi.

Dia menambahkan Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia dipercaya oleh Arab Saudi dalam pemberantasan terorisme dan program deradikalisasi karena dikenal mampu menghadapi tantangan kelompok radikal dan teroris.

“Bisa bertukar informasi soal peta terorisme di Timur Tengah. Karena Arab Saudi tahu betul peta kelompok ISIS dan Al-Qaeda di sana,” katanya.

Hal senada disampaikan pengamat hubungan luar negeri Timur Tengah dari Universitas Gadjah Mada, Siti Mutiah Setiawati yang menyatakan paham wahabisme sangat kuat di Arab Saudi.

“Arab Saudi itu negara kerajaan dipimpin Keturunan Saud yang bekerjasama dengan kelompok Islam reformis, lebih ekstrim dengan pengafiran, tapi justru sangat kontra dengan Islam moderat,” ujarnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.