Jokowi: Indonesia segera kirim bantuan kemanusiaan ke Gaza lewat udara
2024.03.08
Jakarta
Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada Jumat mengatakan Indonesia akan mengirim bantuan kemanusiaan untuk korban perang di Palestina di tengah konflik antara kelompok Hamas dan tentara Israel yang telah memasuki bulan kelima dan menewaskan lebih dari 30 ribu orang.
Pemberian bantuan tersebut akan dilakukan melalui udara dengan menerjunkan kotak bantuan dari pesawat Hercules dan helikopter, ungkap Presiden saat menyaksikan simulasi penjatuhan bantuan melalui kedua jenis pesawat tersebut di lapangan udara di Madiun, Jawa Timur.
"Tadi kita melihat peragaan nge-drop bantuan yang akan kita segera lakukan di Gaza karena Indonesia merupakan salah satu negara yang diberi kesempatan untuk bisa memberikan bantuan ke Gaza, ke rakyat Palestina lewat udara karena lewat darat sudah sangat sulit," ujar Jokowi.
Jokowi, yang pada kesempatan tersebut ditemani oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, mengatakan Indonesia berkomitmen terus mendukung rakyat Palestina, dan berharap melalui bantuan tersebut dapat meringankan beban masyarakat di Gaza.
Bantuan melalui penerjunan ke Gaza, sejauh ini, sudah dilakukan oleh Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Yordania dan Prancis.
MER-C apresiasi bantuan ke Gaza
Medical Emergency Rescue Comittee (MER-C), lembaga kemanusiaan asal Indonesia yang bertugas di Palestina, mengapresiasi rencana pemerintah untuk menerjunkan bantuan lewat udara.
“Terobosan bagus ketika jalur darat mengalami hambatan. Semoga bermanfaat bagi warga Gaza,” jelas Ketua Presidium Mer-C Sarbini Abdul Murad kepada BenarNews.
Menurut Sarbini, Israel tidak mengizinkan bantuan internasional masuk lewat pintu perbatasan Rafah yang membatasi Mesir dan Gaza Selatan, bahkan beberapa hari lalu warga ditembaki Israel ketika mengantre bantuan kemanusiaan.
“Saya pikir pemerintah sudah punya rencana yang matang untuk menge-drop bantuan yang penting dan urgen bagi warga Gaza,” jelasnya.
Sarbini lalu merinci bantuan yang penting disiapkan pemerintah kepada warga Gaza, utamanya adalah bahan pokok.
“Mereka kekurangan makanan pokok dan air karena air di sana tercemar. Warga juga membutuhkan susu buat bayi dan anak,” terang Sarbini.
Sarbini menyampaikan warga Gaza kini menghadapi krisis kelaparan karena bantuan kemanusiaan yang banyak tertahan.
“Benar-benar sungguh memprihatinkan. Gaza sudah menghadapi krisis. Jika dunia lamban membantu, maka akan terjadi bencana kemanusiaan,” ucapnya.
Yon Machmudi, pengamat Hubungan Internasional Universitas Indonesia, mengatakan upaya memasukkan bantuan lewat udara ini menunjukkan bahwa wilayah Israel adalah wilayah yang paling sulit ditembus.
“Baru kali ini saya kira kejadian perang di mana upaya dunia internasional untuk mendapatkan akses kemanusiaan itu dihambat dan tidak diberikan akses untuk bisa masuk, bahkan Amerika sendiri kan juga harus memasukkan lewat udara,” ujar Yon kepada BenarNews.
Menurut dia, situasi ini sangat ironis ketika negara-negara Barat seharusnya memiliki kemampuan untuk menekan Israel menghentikan peperangan atau setidaknya menghentikan penjualan senjata ke Israel.
“Termasuk juga menghentikan bantuan Amerika secara finansial ke Israel, itu kan pasti akan menggoyahkan pemerintah Israel, tapi itu kan tidak bisa dilakukan sehingga dunia internasional ini bersusah-susah menyalurkan bantuan melalui udara,” jelasnya.
Pengiriman lewat udara tentu ada risikonya, yakni banyak bantuan akan diterima tidak dengan semestinya, potensi kerusakan menimpa bangunan-bangunan, tercemar, dan lain sebagainya.
“Pengamanan dan packaging-nya kan juga harus disesuaikan agar itu bisa diterima dengan layak untuk bisa mereka manfaatkan,” ujar Yon.
Indonesia harus dekati Mesir, Liga Arab
Ryantori, Direktur Eksekutif the Indonesia Society for Middle East Studies, sebuah wadah pemikir soal Timur Tengah, mengatakan Indonesia harus melakukan pendekatan ke Mesir khususnya dan Liga Arab agar bisa memberi bantuan lewat darat melalui gerbang Rafah, yang kewenangan pembukaannya di bawah Mesir dan Otoritas Palestina, khususnya Hamas.
“Gerbang Rafah ini kerap ditutup oleh Mesir karena kekhawatiran pindahnya para warga Gaza ke Mesir dan menjadi pengungsi di sana serta membuka peluang konfrontasi terbuka antara Mesir dengan Israel,” ujar Ryantori kepada BenarNews.
Menurut Ryantori, sebenarnya ada dua perlintasan perbatasan lain dari dan ke Jalur Gaza, yaitu Erez, pos perbatasan bagi orang-orang dengan Israel di Gaza utara, dan Kerem Shalom, satu-satunya pos perbatasan untuk akses barang komersial dengan Israel di Gaza selatan.
“Namun, keduanya ditutup oleh Israel,” kata dia.
Dia menambahkan opsi diplomatik untuk melakukan negosiasi dengan Israel agar perbatasan tersebut dibuka sebenarnya bisa saja diambil Indonesia.
Sekiranya berhasil, kata dia, ini bisa sangat mengangkat kredibilitas diplomasi Indonesia bahkan bukan tidak mungkin bisa mendorong Indonesia ke kursi Sekjen PBB.
“Namun memang risiko politiknya terlalu besar mengingat Indonesia sedang transisi pemerintahan saat ini. Perlu kejelian diplomatik yang tepat terkait opsi pengambilan kebijakan ini,” terang Ryantori.
Israel terus melancarkan serangan militer di Jalur Gaza, yang memasuki hari ke-153, sebagai pembalasan atas serangan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober, yang menurut Tel Aviv menewaskan hampir 1.200 orang.
Setidaknya 30.800 warga Palestina telah tewas di Gaza dan hampir 73.000 lainnya terluka di tengah kehancuran yang meluas di wilayah pesisir tersebut, menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.
Afrika Selatan, akhir tahun lalu, meminta Mahkamah Internasional (ICJ) untuk mengeluarkan perintah darurat yang menyatakan bahwa Israel melanggar kewajibannya berdasarkan Konvensi Genosida 1948 terkait tindakan kerasnya terhadap kelompok Hamas di Gaza.
ICJ menganggap tindakan Israel sebagai genosida dan memerintahkan negara Yahudi itu untuk mengambil semua tindakan untuk mencegah genosida, serta memastikan bantuan dan layanan menjangkau warga Palestina yang terkepung di Gaza.