IORA Sepakati Komunike Bali
2016.10.27
Nusa Dua
Negara-negara anggota Asosiasi Lingkar Samudera Hindia (IORA) menyetujui Komunike Bali dalam Pertemuan Tingkat Menteri ke-16 yang dilaksanakan di Nusa Dua, Bali, Kamis, 27 Oktober 2016.
Dalam Komunike Bali, peserta IORA menggarisbawahi pentingnya membangun ekonomi negara-negara kawasan Lingkar Samudera Hindia dengan konsep blue economy (ekonomi biru) yang berbasis pada sumber daya kelautan.
Penekanan pada program dan kegiatan ekonomi anggota IORA menunjukkan bahwa asosiasi ini makin fokus pada pengembangan ekonomi kawasan dibandingkan isu-isu lain.
“Kami menyambut inisiatif untuk mempromosikan kerja sama ekonomi dan melanjutkan eksplorasi kemungkinan dan jalan untuk mewujudkan program kerja demi peningkatan kerja sama ini,” demikian salah satu poin Komunike Bali.
Dalam bentuk lebih praktis, konsep itu akan diwujudkan melalui finalisasi IORA Concord dan Action Plan yang akan ditandatangani bersama pada Maret 2017.
“Dari konteks strategis, IORA Concord bertujuan menguatkan arsitektur regional serta memastikan keamanan maupun stabilitas di Samudera Hindia untuk meningkatkan kapasitas bersama dalam mencapai kesejahteraan,” jelas Desra Percaya, Direktur Jenderal Urusan Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri yang juga ketua panitia pertemuan itu.
“Saya yakin IORA akan memperkuat upaya untuk meningkatkan kesejahteraan warga masing-masing negara anggota,” tambahnya.
Tangkal ancaman terorisme
Menteri Luar Negeri (Menlu) Australia Julie Bishop mengatakan pembangunan ekonomi kawasan melalui konsep blue economy diyakini akan dapat menjawab tantangan-tantangan baru, terutama ancaman terorisme dan ekstrimisme.
“Kita tidak bisa menganggap rendah dampak dari terorisme dan ekstrimisme dalam berbagai bentuk terhadap keamanan dan kedamaian regional maupun internasional, pembangunan ekonomi, dan ikatan sosial,” katanya.
Hal ini didukung mitranya dari Indonesia, Menlu Retno Marsudi.
Menurut Retno, munculnya ancaman terorisme dan radikalisme telah berdampak terhadap kedamaian dan kesejahteraan di kawasan. Karena itu kerja sama ekonomi melalui konsep blue economy diharapkan bisa menjawab isu-isu tersebut.
“Indonesia percaya bahwa IORA berperan penting bagi stabilitas di kawasan. Untuk itu, di bawah kepemimpinan Indonesia, IORA terus berusaha meningkatkan kerja sama para anggota dan memperluas kerja sama dengan para mitra,” tambahnya.
Retno menyebutkan beberapa kegiatan untuk mewujudkan blue economy antara lain keterlibatan komunitas bisnis, forum energi terbarukan, dan membangun pusat bisnis IORA.
Kesetaran Gender
Selain Komunike Bali dan IORA Concord, kesepakatan lain dalam pertemuan itu adalah komitmen mewujudkan kesetaraan gender dan pemberdayaan ekonomi perempuan.
“Menurut pengalaman kami, kesetaraan gender dan pemberdayaan ekonomi perempuan sangat penting sebagai salah satu pilar dalam peningkatan ekonomi keluarga. Ini sangat penting dan mendasar untuk membangun kesejahteraan dan keamanan kawasan,” papar Bishop.
Dalam pertemuan IORA di Padang, tahun lalu, Australia telah mengucurkan dana 3 juta dollar Australia untuk mengembangkan Blue Economy Aquaculture. Dana itu digunakan antara lain untuk pengembangan budidaya perikanan, rumput laut, dan dukungan bagi petani perempuan.
Nomaindiya Cathleen Mfeketo, Ketua Delegasi Afrika Selatan sekaligus co-chair pertemuan, menyatakan kesepakatan itu akan diintegrasikan dalam program yang sudah ada di masing-masing negara anggota.
“Ketika bicara tentang peningkatan ekonomi tidak hanya perempuan tapi juga memastikan bahwa upaya itu melibatkan mitra dialog,” tegasnya.
Kesetaraan gender dan pemberdayaan ekonomi perempuan ini juga menjadi cross-cutting isu dalam enam prioritas area kerjasama IORA, yaitu keamanan dan keselamatan maritim, fasilitasi perdagangan dan investasi, manajemen perikanan, manajemen risiko bencana, teknologi dan ilmu pengetahuan, serta pertukaran budaya dan pariwisata.
Kolaborasi 21 negara
IORA beranggotakan 21 negara termasuk Australia, Afrika Selatan, Indonesia, Iran, India, Kenya, Thailand, Tanzania, dan Somalia.
Keanggotan IORA ini membuat asosiasi ini memiliki keunikan sebagai satu-satunya pertemuan tingkat menteri yang membahas isu Samudera Hindia karena sejarah, latar belakang, politik, etnis, agama, dan ekonomi, negara-negara anggota sangat berbeda.
“Saat dunia dipenuhi ketidakpastian, begitu banyak tantangan, senang sekali bahwa 21 negara dari beragam latar belakang telah menyepakati banyak hal,” ujarnya.
Negara-negara tersebut terbagi dalam beberapa sub-kawasan yang mengelilingi samudera terbesar ketiga di dunia tersebut yaitu Afrika Bagian Selatan dan Timur, Oseania, Timur Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.
Ada tujuh negara mitra dialog di luar kawasan yaitu Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jepang, China, Mesir, dan Jerman. Ketujuh negara hadir dalam pertemuan tingkat menteri di Bali kali ini.
“Kolaborasi erat ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas, institusi, dan menguatkan keamanan di kawasan,” kata Menlu Retno.