Klaim Siap Hadang Banjir Tahun Ini, Pemprov Jakarta Dinilai Membual
2015.12.17
Jakarta
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengklaim siap menghadang potensi banjir pada musim penghujan kali ini. Setiap tahun, ibukota memang dihantui banjir yang merendam hampir seluruh wilayahnya, setiap musim hujan datang.
"Saluran air, kali, dan waduk, sudah ditangani di lima wilayah. Saya optimis kali ini bisa mencegah banjir," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tata Air DKI Jakarta Teguh Hendrawan kepada BeritaBenar.
Teguh mencontohkan pembenahan kawasan Kampung Pulo, Jakarta Timur, yang terletak di daerah aliran Kali Ciliwung, beberapa waktu lalu. Kawasan itu adalah langganan banjir setiap hujan datang.
Pembenahan serupa juga dilakukan di kawasan Waduk Pluit, Jakarta Utara. Pemukiman liar yang mengelilingi waduk penampungan saluran air ibukota sebelum dibuang ke Teluk Jakarta itu kini telah menghilang.
Apalagi, ditambahkan Teguh, pemerintah daerah juga telah menyiagakan 453 unit mesin pompa air. Mesin pompa itu nantinya digunakan untuk menyedot genangan di pemukiman dan membuangnya ke saluran-saluran air terdekat.
"Ya, setidaknya jika ada genangan, bisa surut dalam waktu singkat," ujar Teguh lagi.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, yang disapa Ahok, menyebut Jakarta tak akan lagi terendam banjir.
"Logikanya, mana mungkin akan tenggelam jika jalur tengah sudah begitu baik," kata Basuki pada November lalu, seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Sejauh ini memang Jakarta belum mengalami banjir yang besar seperti tahun-tahun sebelumnya, selain masih ada genangan air di sejumlah daerah tertentu ketika hujan datang.
Klaim Pemprov diragukan
Namun pengamat perkotaan Nirwono Joga punya penilaian berbeda. Nirwono menilai, pembenahan yang sudah dilakukan di daerah aliran sungai seperti klaim Dinas Pekerjaan Umum Tata Air, tak akan serta-merta bisa "mengusir" banjir dari ibukota.
"Enggak akan langsung bisa mencegah banjir," kata Nirwono saat dihubungi.
Apalagi, kata Nirwono, daerah seperti Kampung Pulo hanya satu dari sekian banyak wilayah di aliran sungai Ciliwung yang sudah dibenahi. Kawasan seperti Bukit Duri atau Condet, misalnya, menurut Nirwono, belum dibenahi sampai saat ini.
"Ditambah, beberapa sungai besar lain belum dibenahi, seperti Pesanggrahan, Angke, dan Sunter," ujarnya.
"Jadi, impian warga Jakarta untuk bebas banjir sepertinya tidak langsung terealisasi."
Hal sama disampaikan anggota DPRD DKI Jakarta, Muhammad Sanusi. Menurut Sanusi, klaim kesiapan menghadang banjir yang diutarakan Ahok dan anak buahnya tak lebih dari bualan.
"Belum siap lah kalau mengatasi banjir secara keseluruhan," kata Sanusi kepada BeritaBenar.
Sanusi menyebut beberapa pembangunan infrastruktur pencegah banjir yang masih belum selesai dikerjakan sampai saat ini, seperti tanggul di Kali Pesanggragan. Padahal, musim penghujan telah masuk.
"Seharusnya perbaikan itu lebih cepat dan dilakukan pada musim kemarau. Jangan di musim hujan sekarang," katanya.
Proyek belum tuntas
Pernyataan Sanusi tak sepenuhnya salah. Ketika BeritaBenar berkunjung ke Kompleks Perdatam Ulujami, Jakarta Selatan, turap pembatas Kali Pesanggrahan dan perumahan tampak belum selesai dikerjakan.
Soal belum tuntasnya proyek ini, Kepala Dinas PU Tata Air Teguh Hendrawan berdalih pembebasan lahan sebagai penyebab keterlambatan penyelesaian. Namun ia berjanji proyek itu bakal selesai sebelum puncak musim penghujan datang.
"Pembebasan lahan pun terus dilakukan oleh tim P2T (Panitia Pengadaan Tanah) Jakarta Selatan," katanya.
"Adapun pemasangan turap nantinya akan dilakukan tim dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane."
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, meski hujan mulai mengguyur kawasan Jakarta, namun puncak penghujan diperkirakan baru terjadi pada Januari hingga Februari nanti.
"Sekarang sebenarnya masih intensitas rendah. Tapi akan terus naik hingga mencapai puncaknya saat pergantian tahun nanti," kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya.
Dia menyarankan agar Pemerintah Daerah DKI Jakarta memahami betul pentingnya pengelolaan dan penataan air agar terhindar dari banjir besar ketika puncak musim penghujan datang.
"Sumur biopori diperbanyak, misalnya. Karena, daya serap Jakarta terhadap air hujan kurang baik sehingga harus dikelola," kata Andi Eka.