Jokowi Perintahkan Kelengkapan Peralatan Deteksi Dini Bencana

Hingga Senin malam korban tewas mencapai 373 orang dan 128 lainnya masih hilang.
Keisyah Aprilia & Nosa Normanda
2018.12.24
Pandeglang
181224_ID_Tsunami_1000.jpg Presiden Joko Widodo menyalami warga usai meninjau posko pengungsian di Kecamatan Labuhan, Kabupaten Pandeglang, Banten, 24 Desember 2018.
Keisyah Aprilia/BeritaBenar

Presiden Joko “Jokowi” Widodo memerintahkan jajarannya melengkapi alat sistem deteksi dini bencana pasca Tsunami Selat Sunda, sementara korban tewas akibat bencana tersebut pada Senin malam dilaporkan telah mencapai 373 orang dan 128 lainnya hilang.

“Ke depan saya sudah perintahkan juga ke BMKG untuk membeli alat-alat early warning system yang bisa memberikan peringatan-peringatan secara dini kepada kita semua sehingga masyarakat bisa waspada,” kata Jokowi kepada wartawan, saat meninjau beberapa lokasi yang terdampak tsunami di Pandeglang, Banten, Senin, 24 Desember 2018.

Jokowi menambahkan biasanya peringatan potensi tsunami dapat dikeluarkan setelah menganalisis secara cepat data gempa yang sebelumnya terjadi, tetapi kali ini tidak ada gempa tektonik.

"Ini betul-betul di luar perkiraan BMKG, karena sebelumnya, biasanya itu ada gempa terlebih dahulu, sehingga memang kita melihat kesiapan masyarakat, kesiapan yang baru berliburan, baik di Pantai Carita ini, juga di Pantai di Labuan, di Tanjung Lesung, di Sumur dan tidak memiliki untuk kesiapan untuk menghindar," katanya.

Dia juga mengaku telah menginstruksikan jajaran terkait untuk memasukkan masalah kebencanaan dalam kurikulum pendidikan agar publik mendapatkan pengetahuan dini terkait kebencanaan sehingga dapat meminimalisir jumlah korban.

“Sudah saya perintahkan (memasukkan pendidikan kebencanaan ke kurikulum),” ujarnya.

Warga terdampak tsunami mengaku kunjungan Jokowi membuat mereka kembali bersemangat.

“Tadi Pak Presiden bilang tetap semangat. Bersyukur Pak Presiden bisa menyempatkan waktu menengok kami di posko ini,” ujar Rosa Diarti, seorang warga di posko pengungsian di Kecamatan Labuhan, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Tidak beroperasi

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), alat pendeteksi tsunami (buoy) di perairan Indonesia sudah tidak beroperasi sejak tahun 2012, sehingga tak ada peringatan dini saat tsunami dari Selat Sunda menerjang Banten dan Lampung.

“Vandalisme, terbatasnya anggaran, kerusakan teknis menyebabkan tidak ada buoy tsunami saat ini,” kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB melalui akun Twitternya.

Menurutnya, saat tsunami menerjang pada Sabtu malam lalu, tidak ada peringatan dini sehingga warga yang sedang menikmati bulan purnama di sejumlah lokasi wisata pantai tak sempat menyelamatkan diri.

“Tidak adanya peralatan sistem peringatan dini menyebabkan potensi tsunami tak terdeteksi. Tidak terpantau tanda-tanda akan datang tsunami sehingga masyarakat tidak memiliki waktu evakuasi,” katanya.

Senada dengan Sutopo, warga yang menjadi saksi bencana tersebut mengatakan tidak adanya tanda-tanda tsunami sebelumnya.

“Saya lagi baring-baring lihat TV, bunyi kayak suara kapal. Saya keluar ke pesisir, tahu-tahunya ombak panjang. Dilihat, ini ombak apa sinar bulan? Tahunya ombak gulung-gulung,” kata Suryana, warga Desa Teluk, di Kecamatan Labuhan, Pandeglang.

Sementara Sahmin, seorang penduduk setempat mengatakan sedang tidur saat tsunami terjadi. “Pas saya bangun itu air udah segini,” katanya sambil menunjukkan pinggangnya. “Saya cuman kehanyut ke sini terus. Terus saya megangin panel ini terus tuh. Kira-kira dua jam itu nggak ada lagi air.”

Seorang relawan setempat, Yudi “Gepeng” Wahyudi, mengatakan kalau sesepuh sudah biasa dengan adanya aktivitas Gunung Anak Krakatau. “Ini hanya banjir rob dan tidak dikuatkan oleh BMKG,” ujarnya.

“BMKG paling cuma cek-cek begitu saja, pengumuman nggak ada,” kata Tata Rukita, seorang ketua RT di sana mengatakan.

Sejumlah polisi mencari korban tsunami yang diperkirakan tertimbun bangunan ambruk di Kabupaten Pandeglang, Banten, 24 Desember 2018. (Keisyah Aprilia/BeritaBenar)
Sejumlah polisi mencari korban tsunami yang diperkirakan tertimbun bangunan ambruk di Kabupaten Pandeglang, Banten, 24 Desember 2018. (Keisyah Aprilia/BeritaBenar)

Pandeglang adalah kabupaten terparah terdampak tsunami itu. Yang lainnya adalah Kabupaten Serang di Banten, dan Kabupaten Lampung Selatan, Tanggamus, dan Pesawaran di Provinsi Lampung.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, memastikan penyebab tsunami Selat Sunda akibat adanya longsoran di kaki lereng Gunung Anak Krakatau di selat yang terdapat di antara Pulau Jawa dan Sumatra.

"Dipicu pada 21 Desember gunung itu meletus, mungkin buat retakan atau guncangan akhirnya longsor. Itu yang menimbulkan tsunami," katanya seperti dikutip dari laman Tempo.co.

Sutopo menyebutkan, Indonesia belum memiliki sistem peringatan dini tsunami yang disebabkan longsor bawah laut dan erupsi gunung api.

Sistem yang ada saat ini, tambahnya, adalah peringatan dini yang dibangkitkan gempa dan sudah berjalan dengan baik, dimana kurang dari lima menit usai gempa, BMKG dapat memberitahukan ke publik akan potensi tsunami.

Menurut Sutopo, gempa yang menyebabkan longsor bawah laut dan kemudian memicu tsunami pernah terjadi ketika tsunami Maumere, Nusa Tenggara Timur, pada 1992 dan tsunami Palu di Sulawesi Tengah, 28 September 2018.

“127 gunung api atau 13 persen populasi gunung api di dunia ada di Indonesia dan beberapa di antaranya terletak di laut atau pulau kecil yang dapat menyebabkan tsunami saat erupsi,” ujarnya.

Sementara itu, tim SAR gabungan terus melakukan penyisiran, evakuasi, pencarian dan penyelamatan para korban di sepanjang wilayah terdampak tsunami Selat Sunda.

Beberapa daerah yang sebelumnya sulit dijangkau karena akses jalan rusak dan tertutup puing tsunami, sebagian sudah dapat jangkau petugas beserta kendaraan dan alat berat, jelas Sutopo dalam pernyataan tertulis yang diterima BeritaBenar.

Hingga Senin petang, jelas Sutopo dalam pernyataan pers, tercatat 373 orang meninggal dunia, 1.459 luka-luka, 128 orang hilang, 5.665 orang mengungsi serta ratusan rumah dan bangunan rusak.

Nurdin Hasan di Banda Aceh turut berkontribusi dalam artikel ini.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.