Kapolri Akui Santoso Kuasai Medan

Keisyah Aprilia
2016.04.15
Palu
160415_ID_Poso_1000.jpg Kapolri Jenderal Badrodin Haiti (kiri) berbicara dengan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo saat tiba di Palu, Sulawesi Tengah, 17 November 2015.
Keisyah Aprilia/BeritaBenar

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengecek langsung pelaksanaan operasi pengejaran kelompok bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso alias Abu Wardah di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Jumat, 15 April 2016.

Ia mengaku kedatangannya di lokasi pelaksanaan Operasi Tinombala 2016 disengaja untuk melihat secara dekat perkembangan terkini ribuan personel TNI/Polri yang terlibat dalam operasi.

"Saya sudah melihat langsung dan semuanya berjalan dengan baik," katanya kepada wartawan setelah memberi arahan ke personel di Pos Operasi Tinombala 2016 Desa Wuasa, Kecamatan Lore Utara.

Kapolri menambahkan dia ingin mengetahui masalah yang dihadapi TNI/Polri dalam melaksanakan operasi yang telah berjalan hampir empat bulan.

"Ada beberapa masalah kecil. Tadi saya memberikan semangat dan motivasi kepada seluruh pasukan agar mereka semangat dalam menjalankan tugas negara," ungkap Badrodin.

Menurut dia, Santoso belum tertangkap bukan karena pasukan TNI/Polri tak mampu. Melainkan kelompok itu mampu menghindar dari aparat keamanan.

“Mereka kuasai medan sehingga dengan mudah bisa menghindar dari pengejaran,” katanya.

Badrodin menambahkan pergerakan kelompok MIT tengah didalami TNI/Polri. Selain pergerakan dalam hutan, juga pergerakan ke perkampungan warga untuk mendapat dukungan logistik.

"Tidak seluruh personel diplotkan untuk pengejaran, tetapi ada juga yang disiapkan menjaga di kampung-kampung. Jika ada laporan orang mencurigakan seperti yang dicari, anggota langsung bergerak," ujarnya.

Tidak ada penambahan pasukan

Kapolda Sulteng, Brigjen Rudy Sufahriadi menyatakan, dalam operasi yang masih terkonsentrasi di Kecamatan Lore Bersaudara tak ada penambahan baik anggota TNI dan Polri.

"2.000-an personel masih cukup untuk mengejar orang-orang di dalam kelompok itu. Doakan saja kami bisa segera menangkapnya hidup atau mati," katanya.

Rudy memastikan bahwa Santoso dan anak buahnya masih berada dalam hutan dan pegunungan di Kecamatan Lore Bersaudara. Hanya saja titik pastinya masih dicari.

"Yang pasti mereka masih di sana dan situasi Poso secara keseluruan aman. Aktivitas masyarakat berjalan dengan baik,” ujar Rudy, “kami tetap minta bantuan masyarakat jika melihat orang-orang yang mencurigakan untuk melapor ke pos-pos polisi atau TNI terdekat," tambahnya.

Dua anggota MIT ditangkap

Rudy juga menyebutkan bahwa dua anggota MIT ditangkap aparat keamanan di Desa Padalembara, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Poso, Jumat siang.

Kedua anak buah Santoso berinisial I dan F tersebut masuk di dalam 29 orang Daftar Pencarian Orang (DPO) yang dirilis polisi belum lama ini. Dari mereka, aparat menyita tiga bom rakitan.

"Mereka masuk ke perkampungan karena kelaparan. Artinya mereka ditangkap saat berusaha mencari makanan," kata Rudy yang menambahkan bahwa saat ditangkap, keduanya tidak melakukan perlawanan.

Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Hari Suprapto, menuding kedua anggota MIT itu terlibat serangkaian aksi yang dilakukan kelompok MIT di Poso. Bahkan, keduanya mengaku pintar merakit bahan peledak.

"Mulai dari aksi penembakan, pemboman, dan terakhir pembunuhan petani di Parigi Moutong dan Poso, mereka terlibat," kata Hari.

Video warga dipenggal kepala

Sementara itu dalam beberapa hari terakhir, sebuah video amatir seseorang sedang dipenggal kepalanya tersebar di kalangan wartawan di Poso dan Palu.

Dalam video berdurasi 59 detik itu, tampak seorang pria yang diduga anggota MIT memegang parang di tangan kanannya sambil menekan punggung seseorang yang diyakini warga setempat.

Sebelum mengeksekusi korban, pelaku sempat memberi pesan ancaman.

"Ini peringatan bagi kalian yang hendak memberitahu keberadaan kami kepada thogut, Densus dan polisi. Barang siapa yang bekerjasama dengan mereka, kami akan membunuhnya," ujarnya.

Dikonfirmasi tentang video tersebut, Rudy mengatakan akan mendalaminya.

"Videonya saya harus dalami lagi. Kalau keluarga yang hilang kan sudah ada, kan sudah ketemu jenazahnya, sudah dimakamkan juga," katanya kepada media beberapa hari lalu.

Hanya tersisa 27 orang

Dengan ditangkapnya dua lagi anak buah Santoso, selama Operasi Tinombala sudah empat anggota MIT yang ditangkap hidup.

Selain itu, 10 anggota kelompok yang telah berafiliasi dengan ISIS itu tewas dalam kontak tembak dengan pasukan TNI/Polri. Empat dari korban tewas itu adalah warga etnis Uighur.

Saat ini, kekuatan kelompok MIT hanya tersisa 27 orang, termasuk tiga amir mereka yaitu Santoso, Basri alias Bagong, dan Ali Kalora.

Selain itu terdapat dua warga etnis Uighur, Ibrohim dan Mustafa Genc alias Mus’ab, serta tiga perempuan asal Bima, Nusa Tenggara Barat, yang merupakan istri ketiga amir MIT.

Ketika Operasi Camar Maleo digelar selama setahun pada 2015, tujuh anggota MIT tewas dan 31 lainnya ditangkap aparat keamanan. Sebagian besar mereka yang ditangkap adalah simpatisan dan kurir kelompok militan itu.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.