Polri, TNI kerahkan 126 ribu personel hadapi liburan Natal, Tahun Baru
2022.12.22
Jakarta
Aparat keamanan mengerahkan 126 ribu personel atau lebih banyak empat ribu orang dibanding tahun lalu untuk mengamankan perayaan Natal dan Tahun Baru di seluruh Indonesia, kata Kapolri pada Kamis (22/12), seraya mengingatkan bahwa terorisme masih menjadi “ancaman serius.”
Tentara dan polisi juga akan mendapat bantuan sekitar 40 ribu orang dari sejumlah kelompok seperti Banser Nahdlatul Ulama (NU) dan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda (Kokam) Muhammadiyah sehingga total personel pengamanan berjumlah 166 ribu.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, penjagaan akan berfokus pada pengamanan rangkaian prosesi keagamaan di gereja-gereja dan perayaan kegiatan tahun baru, untuk mencegah aksi teror termasuk bom bunuh diri seperti di Bandung pada 7 Desember.
“Ancaman teroris menjadi gangguan serius. Saya tekankan, aksi teroris seperti di Polsek Astana Anyar tidak boleh terjadi lagi,” kata Listyo seusai apel gelar pasukan di kawasan Monumen Nasional Jakarta.
Rangkaian pengamanan yang dinamakan Operasi Lilin tersebut efektif berlangsung per Jumat (22/12) hingga 2 Januari 2023.
“Kami mengedepankan deteksi dini dan preventive strike [pencegahan] dalam mencegah aksi-aksi teror serta melakukan pencegahan ketat di pusat keramaian, tempat ibadah, dan tempat lain yang berpotensi menjadi target serangan teror,” kata Listyo.
Kementerian Agama pada Minggu telah mempersilakan setiap gereja untuk menggelar peribadatan dengan kapasitas jemaat 100 persen, tapi tidak mengizinkan pendirian tenda di halaman gereja. Kebijakan itu diambil menyusul tidak ada lagi pembatasan kapasitas untuk mencegah penularan COVID-19.
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono dalam apel pasukan Operasi Lilin menambahkan, TNI mengerahkan 25 ribu prajurit dari keseluruhan 126 ribu aparat keamanan gabungan yang disiagakan untuk mengamankan Natal-Tahun Baru.
Sebanyak 18.000 berasal dari Angkatan Darat, 5.000 dari Angkatan laut, dan sisanya dari Angkatan Udara, kata Yudo. Mereka nantinya akan diperbantukan ke polda-polda di seluruh Indonesia.
Yudo tidak merinci besaran pendistribusian tentara di setiap daerah, tapi ia menyebut Jakarta akan mendapat jumlah personel pengamanan lebih tinggi dibanding provinsi lain.
"Khusus DKI, akan ada tujuh SSK (satuan setingkat kompi) lebih banyak dari polda lain," kata Yudo.
Selain mengerahkan tentara, TNI juga akan menyiapkan tiga kapal bantu rumah sakit sebagai antisipasi cepat jika terjadi bencana alam sepanjang operasi pengamanan. Adapula enam landing ship tank yang disiapkan sebagai cadangan jika ditemukan kapal penyeberangan umum yang bermasalah.
"Apabila ada penyeberangan kapal Pelni yang penuh atau rusak, kami siap mem-backup," jelas Yudo.
Selain berfokus mengantisipasi ancaman teror, Kapolri dalam kesempatan sama juga mengatakan bakal memperketat pengamanan menjelang Natal dan Tahun Baru 2023 di sejumlah titik di Papua untuk mengantisipasi kerusuhan di wilayah paling timur Indonesia tersebut.
Kekerasan meningkat di Papua sejak 2018, dengan kasus teranyar penyerangan kelompok separatis di Kabupaten Kepulauan Yapen yang menewaskan seorang polisi pada 13 Desember serta serangan ke Mapolres Tolikara di Provinsi Papua Pegunungan pada Senin kemarin yang berujung tewasnya seorang warga sipil serta delapan orang lain terluka --lima di antaranya anggota polisi.
Listyo tidak memerinci daerah yang mendapat peningkatan pengamanan serta tambahan personel yang diterjunkan. Ia hanya mengatakan bahwa peningkatan tersebut diambil Mabes Polri usai berkoodinasi dengan kepolisian-kepolisian daerah setempat.
"Terkait di papua, kami dari pusat terus melakukan pengawasan. Hasil koordinasi dengan Kapolda kemarin, ada beberapa titik yang kami perkuat," kata Listyo.
"Kami ingin, baik wilayah barat, tengah, atau timur semuanya siaga dan terpantau. Sehingga seluruh rangkaian, baik terkait Nataru (Natal-Tahun Baru) maupun hal lain dalam kondisi siap."
Sejumlah serangan teror memang pernah terjadi dalam perayaan Natal dan Tahun Baru.
Pada 24 Desember 2000 rentetan bom meledak di gereja-gereja serta fasilitas umum di 12 kota di Indonesia, mulai dari Jakarta hingga Batam. Sebanyak 18 orang meninggal dunia dalam rangkaian teror yang berdasarkan investigasi kepolisian dilancarkan oleh kelompok Jemaah Islamiyah (JI) yang terafiliasi jaringan teroris Alqaeda untuk Asia Tenggara.
JI juga melancarkan serangan bom di Bali pada 12 Oktober 2002 yang menyebabkan 202 nyawa melayang dan tercatat sebagai tragedi terorisme yang paling mematikan di Indonesia hingga saat ini.
Kelompok sama juga melakukan rangkaian aksi teror pada perayaan Tahun Baru 2002 yang menyasar restoran di Jakarta serta empat gereja di Palu, Sulawesi Tengah. Tidak ada korban jiwa dalam rentetan insiden tersebut, tapi seorang anggota polisi yang berupaya menjinakkan bom mengalami luka berat.
“Pemanasan kelompok teror”
Pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh Aceh, Al Chaidar, mengatakan bom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar pada 7 Desember dikhawatirkan dapat memancing pelaku teror lain untuk bertindak serupa, kata Al Chaidar.
"Pola selama ini, mereka selalu memanfaatkan momentum yang berseberangan dengan pemahaman mereka seperti Nataru (Natal-Tahun Baru)," katanya kepada BenarNews.
Begitu pula pernyataan pengamat dari Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan.
“Bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar adalah pemanasan kelompok teror. Jadi aparat perlu mewaspadai gerakan terorisme saat perayaan Nataru,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Serangan di Bandung itu dilakukan residivis kasus terorisme Agus Sujatno (34) yang bebas dari Lapas Nusa Kambangan pada Maret 2021 usai menjalani hukuman empat tahun penjara dalam kasus terror bom tahun 2017 di Bandung.