Politisi PDIP lempar isu koalisi Ganjar-Anies pada pemilu presiden putaran kedua
2024.01.30
Jakarta
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada Selasa mengungkapkan tim pengusung calon presiden Ganjar Pranowo akan berkoalisi dengan Anies Baswedan untuk melawan Prabowo Subianto dalam putaran kedua pemilihan presiden pada Juni.
Sejumlah survei menunjukkan pasangan capres-cawapres Prabowo-Gibran Rakabuming Raka menempati urutan teratas, mengalahkan pasangan Ganjar-Mahfud MD dan Anies-Muhaimin Iskandar, namun belum melebihi 50% suara untuk bisa memenangkan pemilihan presiden satu putaran pada 14 Februari.
Politisi PDIP, Masinton Pasaribu, mengunggah kalimat: “Bersama-sama selamatkan demokrasi”, sembari menyertakan tagar #GanjarMahfud2024 dan #AMINAjaDulu pada akun X pribadinya.
Masinton juga menyertakan video saat dirinya tos dengan politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang juga anggota tim kampanye Anies-Muhaimin, Jazilul Fawaid, dalam sebuah diskusi di Jakarta.
"Sambil berjalan saja dulu. Saya dan teman-teman 01 (nomor urut Anies-Muhaimin) berjalan komunikasi informal, baru nanti diformalkan,” kata Masinton kepada BenarNews.
Ganjar dan Anies sendiri tidak menyanggah atau mengiyakan terkait rencana koalisi keduanya.
"Terlalu dini untuk menyampaikan itu. Saya kira kami akan melihat tanggal 14 (Februari)," ujar Ganjar di sela-sela kampanye di Banda Neira, Maluku.
Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional Anies-Muhaimin, Mardani Ali Sera, mengatakan tak menutup kemungkinan koalisi itu.
"Kita lihat saja dulu (hasil pemilu). Kami membuka komunikasi dengan siapa saja," ujarnya kepada BenarNews.
Sekretaris Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Nusron Wahid, tak mempermasalahkan wacana koalisi kubu Anies dan Ganjar andai kata terjadi putaran kedua.
"Ya, ndak apa-apa. Kan enggak ada politik yang hitam putih. Kalau perlu koalisi dari sekarang," ujar Nusron dalam keterangan di Semarang, Jawa Tengah.
Wacana koalisi kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud menyeruak setelah sejumlah survei mensinyalir pemilihan presiden bakal berlangsung dua putaran, menyusul suara pasangan calon (paslon) Prabowo-Gibran, yang selama ini selalu berada di posisi teratas stagnan di bawah 50%.
Pilpres satu putaran selama ini kerap dikampanyekan kubu Prabowo-Gibran dengan alasan dapat menghemat anggaran mencapai Rp27 triliun.
Pemilihan hanya akan berlangsung satu putaran jika salah seorang kandidat mendapat suara 50 persen plus satu.
Dalam survei Poltracking Indonesia pada 1 hingga 7 Januari, elektabilitas Prabowo-Gibran yang mendapat dukungan Presiden Joko "Jokowi" Widodo tercatat memperoleh 46,7% , disusul Anies-Muhaimin 26,9% dan Ganjar-Mahfud 20,6%.
Lembaga survei Indikator Politik Indonesia pada 18 Januari mencatat elektabilitas Prabowo-Gibran 45%, disusul Anies-Muhaimin 25%, dan Ganjar-Mahfud 22%.
Sementara Indonesia Political Opinion dalam lansiran 10 Januari mencatat elektabilitas Prabowo-Gibran 42,3%, disusul Anies-Muhaimin pada peringkat kedua dengan 34,5%, dan Ganjar-Mahfud sebesar 21,5%.
Meski belum memastikan wacana koalisi, kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud telah beberapa kali menunjukkan kedekatan lewat media sosial masing-masing.
Anies bahkan terlihat bersalaman dan berbincang cukup lama dengan Puan selepas debat calon presiden di Jakarta pada 7 Januari.
>>> Ingin mengetahui berita Pemilu 2024, silakan klik di sini!
Salam 4 jari
Wacana koalisi juga digemakan dengan salam 4 jari yang belakangan ini viral di media sosial, sebagai kampanye dukungan terhadap Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud yang masing-masing merupakan paslon dengan nomor urut 1 dan 3.
Gerakan ini dimaksudkan untuk menunjukkan penolakan terhadap Prabowo dan pasangannya Gibran, putra tertua Presiden Joko “Jokowi” Widodo, dan mencegah mereka menang satu putaran, kata pendukung kampanye salam 4 jari ini.
Netizen meramaikan media sosial dengan mengunggah foto mereka memperlihatkan salam dengan empat jari di X dan Instagram, serta menyematkan tagar #BukanPrabowoGibran.
Mungkin, namun sulit terjadi
Pengajar politik Universitas Islam Negeri Jakarta, Adi Prayitno, menilai kedua kubu memang sudah kerap melempar kode untuk berkoalisi pada putaran kedua.
Walhasil, terang Adi, "Koalisi itu mungkin terbentuk, terlepas siapa pun yang lolos ke putaran kedua," ujar Adi kepada BenarNews.
Peneliti politik Center for Strategic and International Studies (CSIS) Dominique Nicky Fahrizal menambahkan bahwa kubu Anies dan Ganjar memiliki kesamaan isu yang hendak diperjuangkan yakni pemilihan umum yang berjalan adil dan jujur.
"Isu dibangun dari sekarang biar nanti sudah siap," kata Nicky kepada BenarNews.
Isu ketidakjujuran menyasar Prabowo-Gibran, sejak melenggangnya Gibran (36) yang juga adalah wali kota Solo, sebagai cawapres setelah Mahkamah Konstitusi yang saat itu diketuai pamannya, mengubah persyaratan batas minimal cawapres yang tadinya 40 tahun ke bisa di bawah itu asal pernah menjadi anggota legislatif atau menjabat di daerah.
Selain itu ucapan Jokowi yang mengutarakan bahwa presiden berhak berkampanye menambah tudingan keberpihakannya terhadap paslon Prabowo-Gibran.
Dalam sebulan terakhir, misalnya, Jokowi bergantian bertemu dengan ketua umum partai politik pengusung putra sulungnya itu, mulai dari Airlangga Hartarto (Partai Golkar), Zulkifli Hasan (Partai Amanat Nasional), Agus Harimurti Yudhoyono (Partai Demokrat) dan juga dengan Prabowo Subianto, seperti terlihat dalam akun Instagram Prabowo pada 29 Januari.
Meski memiliki potensi berkoalisi, peneliti politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Djati mengatakan ihwal tersebut tidak akan mudah.
"Kendala adalah bagaimana meyakinkan pemilih akar rumput agar bisa satu barisan," ujar Wasisto kepada BenarNews.
Hal tersebut juga diakui Nicky, namun ia mengatakan hal itu bakal dapat diatasi jika kedua kubu mampu membangun komunikasi politik yang baik untuk menyamakan visi.
"Kuncinya adalah komunikasi demi terjalin titik temu kepentingan."