Kotak Hitam Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Ditemukan
2021.01.12
Jakarta
Penyelam Angkatan Laut Selasa (12/1) menemukan dan mengangkat alat perekam data penerbangan pesawat Boeing 737-500 milik Sriwijaya Air yang jatuh akhir pekan kemarin di Laut Jawa, kata Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Hadi mengatakan pasukan penyelam menemukan flight data recorder (FDR) setelah sebelumnya mereka mengangkat alat yang disebut underwater locator beacon, yang fungsinya memancarkan sinyal untuk mempermudah pencarian.
FDR bersama dengan cockpit voice recorder (CVR) – keduanya kerap disebut sebagai kotak hitam, atau black box - merupakan instrumen yang tersimpan di bagian ekor pesawat dan bersifat sangat kuat
“Pukul 16.40 WIB Kepala Staf Angkatan Laut melaporkan bahwa flight data recorder sudah ditemukan,” ujar dia dalam konferensi pers di terminal JICT 2 Tanjung Priok, Jakarta.
Data dari FDR dan CVR, yang masih belum ditemukan, dapat mengungkap penyebab kecelakaan yang terjadi hari Sabtu.
“Kami meyakini semua bahwa karena beacon yang ada di cockpit voice recorder juga ditemukan di sekitar itu, maka dengan keyakinan yang tinggi CVR juga akan segera ditemukan,” ujarnya.
FDR ditemukan di perairan Kepulauan Seribu antara Pulau Lancang dan Pulau Laki dengan kedalaman 23 meter.
FDR berisi data perjalanan pesawat mulai dari ketinggian, pergerakan flap sayap, kendali pilot otomatis dan pengukur bahan bakar.
Black box akan memancarkan sinyal melalui underwater locator beacon selama 30 hingga 60 hari ketika terjadi hantaman atau tenggelam di air.
Hadi mengatakan pihaknya akan terus melakukan operasi pencarian evakuasi korban dan tubuh pesawat yang akan diangkat demi memenuhi kelengkapan data yang diperlukan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dengan nomor registrasi PK-CLC membawa total 50 penumpang dan 12 awak pesawat saat jatuh di sekitar perairan Kepulauan Seribu, Jakarta. Semua yang berada di pesawat diyakini tewas dalam kejadian itu.
Investigasi
Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjanto mengatakan data FDR akan mulai diunduh Selasa malam.
“Pengunduhan memakan waktu dua sampai lima hari dan semoga hal tersebut dapat mengungkap misteri di balik kecelakaan ini dan menjadi pembelajaran agar tidak terjadi lagi di kemudian hari,” ujarnya dalam konferensi pers.
Ia menjelaskan pinger atau alat pengirim sinyal yang menempel di badan kotak hitam kondisinya sudah terlepas FDR dari saat ditemukan penyelam.
Berdasarkan dari data radar, pesawat mengudara pukul 14.36 dan mencapai ketinggian 10.900 kaki pukul 14.40 WIB sebelum pesawat turun dengan cepat sampai pada ketinggian 250 kaki.
“Terekam data sampai 250 kaki mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirimkan data. Dari data ini, kami menduga bahwa mesin masih dalam kondisi hidup sebelum pesawat membentur air,” ujarnya.
Data lainnya, ujar dia, sebaran puing dan pecahan pesawat berukuran dengan ukuran jangkauan pencarian lebar 100 meter dan panjang 300-400 meter.
“Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air,” ujar Soerjanto.
Kemudian, ujar dia, bagian pesawat seperti mesin turbin (turbine disk) dan fan blade yang ditemukan di bawah laut kondisinya mengalami kerusakan berat.
“Fan blade dan turbin disk ditemukan rontok menunjukkan bahwa kondisi mesin masih bekerja saat jatuh ke laut,” jelas Soerjanto.
97 Kantong Jenazah
Kepala Basarnas Bagus Puruhito mengatakan petugas menemukan bagian tubuh korban yang jumlahnya 65 kantong pada Selasa, sehingga total menjadi 139 kantong bagian tubuh yang sudah dikumpulkan.
Kemudian, pihaknya juga menemukan tambahan 10 kantong berisi serpihan kecil pesawat sehingga total jadi 26 kantong serpihan dan tambahan temuan 2 kantong potongan besar sehingga total menjadi 26 kantong potongan besar.
“Rencana besok, kami akan sama melakukan pencarian di area yang sama,” ujar dia.
Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Mabes Polri Brigjen Rusdi Hartanto mengatakan polisi telah menerima 111 sampel DNA dari keluarga korban dan total 72 kantong jenazah terkait dengan kecelakaan itu.
“Sampai sore ini, tim DVI (Disaster Victim Identification) telah menerima sebanyak 111 sampel DNA, kemudian juga kantong jenazah yang sekarang sudah diterima sebanyak 72 kantong jenazah dan 11 kantong properti milik korban,” ujar dia.
Empat hari pasca kecelakaan pesawat, pihak DVI Polri kembali mengidentifikasi tiga korban penumpang sehingga total yang telah diidentifikasi menjadi empat orang.
Kapus Inafis DVI Polri Brigjen Hudi Suryanto menyebutkan ketiga orang yang berhasil diidentifikasi hari ini adalah Fadli Satrianto, Khasanah, dan Asy Habul Yamin.
“Fadli Satrianto ini terdapat pada nomor manifest 31, dan ini ternyata adalah kopilot pesawat Sriwijaya Air,” ujar dia.
“Mereka diidentifikasi dari sidik jari dan pencocokan e-KTP,” ujar dia.
Pada Senin (11/1), satu korban sudah teridentifikasi atas nama Okky Bisma yang merupakan pramugara.
Sementara itu, Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena menyatakan bahwa pihak maskapai siap memfasilitasi kebutuhan keluarga korban selama proses identifikasi berlangsung dan segala hak penumpang akan menjadi prioritas perusahaan untuk diselesaikan.
“Sriwijaya Air sejak hari pertama selalu siap berupaya terbaik memberikan pelayanan dan informasi yang dibutuhkan keluarga penumpang SJ-182. Sriwijaya Air juga menjamin untuk memberikan pendampingan yang terbaik dan menjamin memenuhi hak-hak para keluarga penumpang,” ujar Jefferson.
Pakar penerbangan Arista Atmadjati dari Arista Indonesia Aviation Center menyambut baik penemuan perekam data penerbangan dalam waktu singkat.
“Black box ini mengungkap kejadian secara ilmiah sehingga menghilangkan spekulasi yang beredar di masyarakat. Keluarga juga bisa tenang karena segera mengetahui kebenarannya. Semoga komplit ditemukan dari FDR dan VCR,” ujar dia.
Dengan kecelakaan ini, diharapkan Indonesia bisa mawas diri khususnya kepada pihak regulator dalam melakukan maintenance perawatan pesawat. “Kejadian ini sangat mengagetkan dan bisa mempengaruhi penilaian keselamatan penerbangan di Indonesia oleh dunia internasional,” ujar dia.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan Presiden Joko “Jokowi” menekankan untuk memberikan layanan dan pendampingan kepada para keluarga korban dan memastikan bahwa mereka memperoleh hak mereka.
“Asuransi harus diberikan sesuai ketentuan yang berlaku, dan penyebab harus ditemukan agar menjadi pembelajaran di masa depan supaya kecelakaan serupa tidak terjadi lagi,” ujarnya.