Musik Penyejuk di Lapas Anak Pontianak

Kepala Lapas Anak Pontianak berharap ada pihak ketiga ikut membantu pembinaan para anak muda yang masih memiliki masa depan ini.
Severianus Endi
2017.06.26
Pontianak
170622_ID_Lapas_1000.jpg FL (kiri) sedang memainkan organ yang didampingi pembinanya, Lina Anggraini, di Lapas Anak Pontianak, Kalimantan Barat, 21 Juni 2017.
Severianus Endi/ BeritaBenar

Senyum gadis 16 tahun itu mengembang. Tak lagi terlihat guratan galau di wajah mungilnya yang dipadu hijab biru tua. Tutur katanya mengalir luwes, ketika menceritakan kasus hukum yang menerpanya.

"Di sini, saya sudah mulai bisa mengendalikan emosi. Dulu, saya mudah meledak-ledak," tutur FL kepada BeritaBenar yang menemuinya di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Klas IIB Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu, 21 Juni 2017.

Di aula, petikan gitar dan tabuhan drum menggema, memecah pagi yang mulai hangat. Beberapa penghuni Lapas sedang berlatih memainkan musik dan menyanyikan lagu, dibimbing Eddy Prasetyo (48), musisi asal Surabaya, Jawa Timur.

FL harus meninggalkan bangku kelas 2 sebuah SMK di kampungnya, pedalaman Kabupaten Landak. Sebuah peristiwa telah mengubah jalan hidupnya.

Emosi mendorongnya mengayun belati ke tubuh temannya, akibat cemburu. Tindakan itu tidak sampai membuat korban tewas, tapi harus menjalani terapi akibat sejumlah luka tusukan.

"Saya sungguh menyesali perbuatan itu. Saya mau berubah. Saya suka musik, tari, dan menyanyi. Kadang di kamar, saya menari sendiri," ucap FL, yang mengaku mulai rajin mendalami agama dan selalu mengenakan jilbab.

Dia mengaku bersama kelompok tari di sekolah dulu, sering menyabet juara pertama dalam festival tarian kontemporer dan tradisional. Dia juga anggota klub cheerleaders, dan senang memetik gitar.

Vonis pengadilan telah dijatuhkan, dan FL harus menjalani hukuman 3,5 tahun. Tiga bulan pertama, dia ditahan di Lapas orang dewasa di daerahnya. Kemudian, ia dititipkan di Lapas Anak di Pontianak, yang baru dijalani tiga bulan terakhir.

"Di lapas anak ini, saya bisa lebih tenang. Waktu masih di Landak, susah rasanya karena bercampur dengan orang dewasa. Di sini saya ingin melanjutkan pendidikan dengan ikut Paket C," tutur satu-satunya perempuan di antara 37 penghuni pria.

Narapidana lain, AJ (16), hanya sempat mengeyam pendidikan sampai bangku kelas dua SMP. Dia divonis empat tahun karena kasus penusukan.

"Saya pendendam dan mudah emosi. Sekarang saya berusaha mengendalikan emosi itu. Apalagi saya senang main gitar, bisa membuang rasa bosan," ujar bocah asal pedalaman Kabupaten Ketapang yang sudah setahun menghuni Lapas.

Dia tak mampu meredam emosi, setelah seseorang selalu menghinanya. Perseteruan itu berakhir dengan penusukan yang dilakukannya di wilayah kabupaten tetangga, Sanggau. Dia  tidak tahu bagaimana nasib korban.

Belajar musik

Di aula, Eddy asyik memberi petunjuk bagi penghuni Lapas berusia antara 14 hingga 20 tahun. Mereka dibagi dalam kelompok. Ada yang menabuh drum, memetik gitar, bas, memainkan organ, dan sebagai vokalis.

Dua lagu sedang diajarkan, lengkap liriknya. "Bongkar" dari Iwan Fals dan "Bendera" dari Cokelat. Keduanya menampilkan aroma riang dengan alunan musik sedikit menghentak.

Lirik lagu “Bongkar”, misalnya, memiliki syair menyentuh, “Orang tua, pandanglah kami sebagai manusia”.

"Seni menyentuh sisi terdalam manusia. Bisa melembutkan karakter sehingga cukup membantu pembentukan pribadi selama menjadi warga binaan,” kata Eddy.

“Saya proyeksikan ke depan, mereka bisa menjadi mentor bagi temannya yang lain," tambahnya.

Kehadiran Eddy selama empat hari di tempat itu, memenuhi permintaan Fransiskus Edi, yang telah bertahun melakukan pelayanan rohani di Lapas dan rutan di Pontianak. Edi adalah Presiden Chapter Santo Dominikus Dominikan Awam, kelompok rohani Katolik.

Di Lapas anak, kata Edi, hanya tujuh penghuni beragama Katolik. Begitupun, pelatihan musik diperuntukkan bagi semua penghuni, dan bukan musik rohani yang diajarkan, melainkan musik yang universal.

"Lapas ini punya alat musik cukup lengkap, tapi sayang selama ini belum dimanfaatkan maksimal. Saya pikir, anak-anak di sini bisa mendapat sentuhan lain lewat musik, meski kali ini cukup singkat, " tutur Edi.

Kepala Lapas Anak Klas IIB Pontianak, Slamet Budiono menyatakan pelatihan musik baru pertama kali diadakan. Diakuinya kemampuan pemerintah terbatas untuk memberikan bimbingan di luar program formal yang ada seperti pembinaan rohani, pendidikan etika, keterampilan, dan penambahan wawasan.

"Dominan anak-anak binaan kami menginginkan bimbingan skill, sehingga nanti berguna ketika mereka kembali ke masyarakat,” jelasnya.

“Kami memberikan bekal keterampilan sederhana seperti membuat batako, memelihara ikan, berkebun, mengelas besi, dan beberapa keterampilan ringan lain."

Eddy Prasetyo (berkacamata) mengajarkan cara memetik gitar kepada penghuni Lapas Anak di Pontianak, Kalimantan Barat, 21 Juni 2017. (Severianus Endi/ BeritaBenar)

‘Anggap anak sendiri’

Slamet berharap semakin banyak pihak ketiga yang tersentuh membantu pembinaan para anak muda yang masih punya masa depan ini. Apalagi, Lapas yang dipimpinnya relatif tenang, hampir tidak pernah terjadi gejolak.

"Kami anggap mereka sebagai anak sendiri. Meski tingkah mereka kadang menyebalkan, saya selalu ingatkan para staf untuk berlaku manusiawi, karena kita sedang berjuang memulihkan mereka," katanya.

Agar para remaja, yang kebanyakan terjerat kasus pelecehan seksual itu, tak ketinggalan informasi, mereka juga diajak mendiskusikan berita terkini yang terjadi di luar Lapas.

Kepala Sub-seksi dan Bimbingan Kemasyarakatan, Lina Anggraini, sering membawakan kopian artikel dan mengajak penghuni mendiskusikannya. Pelajaran public speaking juga dinilai mampu merangsang rasa percaya diri mereka.

“Paham radikal yang mencuat akhir-akhir ini kadang saya jadikan topik bahasan. Mereka harus diberi bekal, agar kelak tidak terpengaruh,” ucapnya.

Siang kian menanjak. Suara musik berhenti saat sebagian penghuni Lapas menunaikan shalat Dzuhur.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.