Puluhan tewas akibat longsor di Kabupaten Natuna, Luhut peringatkan soal penebangan hutan
2023.03.09
Jakarta

Jumlah korban tewas akibat longsor di Pulau Serasan, Provinsi Kepulauan Riau, pada Kamis (9/3) telah mencapai 32 jiwa, sementara 22 orang lainnya masih dinyatakan hilang, kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Abdul Rahman.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan penebangan hutan di wilayah itu bisa menjadi faktor penyebab bencana longsor.
Longsor terjadi pada Senin pukul 04.30 WIB dan menimbun 30 rumah, kebun, hingga sumber air minum warga, menyusul hujan deras sejak sehari sebelumnya.
“Total korban meninggal kini menjadi 32 orang,” ujar Abdul Rahman kepada BenarNews.
“Total ada 22 orang yang masih hilang. Kondisi cuaca di lokasi yang tidak menentu memperlambat proses pencarian dan pengevakuasian.”
Abdul Rahman mengatakan proses pencarian hingga kini masih terus dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari BASARNAS, TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan tim SAR gabungan lainnya.
Sebelumnya juru bicara Polda Kepulauan Riau Kombes Pol. Harry Goldenhardt Santoso menjelaskan longsor terjadi di Serasan, Kabupaten Natuna akibat hujan lebat yang terjadi sejak Minggu.
Pulau Serasan terletak sekitar 200 kilometer dari ibu kota Kabupaten Natuna di Pulau Natuna Besar. Untuk ke Pulau Serasan membutuhkan perjalanan laut selama 12-14 jam menggunakan kapal.
Pemerintah Kabupaten Natuna lalu menetapkan status tanggap darurat bencana selama 7 hari terhitung dari 6 Maret hingga 12 Maret 2023.Juru bicara Tanggap Darurat Kabupaten Natuna, Patli Muhammad, menyampaikan total korban yang mengungsi akibat tanah longsor kini sudah mencapai 1.216 orang. Mereka tersebar di Pos Batas Lintas Negara di Serasan, masjid, puskesmas, dan sekolah. Selain itu, total ada 30 rumah yang tertimbun.
Dia mengatakan Pemerintah Kabupaten Natuna dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan merelokasi kurang lebih 100 kepala keluarga yang tinggal di sekitar kawasan terdampak longsor di Pulau Serasan.
“Kuota relokasi 100 Kepala Keluarga, tapi yang akan direlokasi sesuai dengan jumlah rumah yang rusak berat,” ujar Patli kepada BenarNews.
Kepala BNPB Suharyanto memastikan proses pembangunan rumah relokasi warga terdampak tanah longsor Natuna akan dikerjakan sepenuhnya oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan pembiayaan dari BNPB.
Program relokasi ini akan dilakukan setelah memasuki masa rehabilitasi dan rekonstruksi.
“Biasanya kalau terjadi bencana di tempat lain, untuk relokasi yang membangun rumah ini dilakukan PUPR tentu saja bekerja sama dengan BNPB terkait penganggaran,” kata Suharyanto dalam keterangannya.
Guna mempercepat proses relokasi tersebut, Suharyanto meminta kepada Pemerintah Kabupaten Natuna untuk melakukan pendataan sehingga apabila telah memasuki masa rehabilitasi dan rekonstruksi, proses pembangunan dapat segera dimulai.
Berdasarkan keterangan BNPB, tingginya curah hujan, kondisi tanah yang labil dan area perbukitan dengan kemiringan yang curam menjadi beberapa faktor pemicu terjadinya bencana tanah longsor tersebut.
“Jaga lingkungan”
Luhut Pandjaitan mengajak masyarakat menjaga kelestarian alam agar tidak menimbulkan bencana alam seperti tanah longsor.
“Itu tanggung jawab kita bersama, tidak bisa hanya pemerintah. Kalau kamu potong kayu-kayu di sana, maka itu dia akibatnya. Begitu juga di tempat-tempat lainnya,” ujar Luhut di Batam, Kepulauan Riau seperti dilansir Antara.
Menurut Luhut, bencana tanah longsor di Pulau Serasan itu memang karena faktor cuaca di Indonesia yang beberapa hari belakangan ini cukup buruk. Selain itu, kata dia, faktor lainnya adalah lingkungan, yang mana masih ada masyarakat yang menebang pohon-pohon secara sembarangan.
“Kami sangat sedih dengan kejadian yang menimpa saudara-saudara kita di Natuna. Tapi itu kembali ke diri kita lagi, mari kita bersama-sama menjaga lingkungan,” ujar Luhut.
Sementara itu, Wakil Bupati Kabupaten Natuna Rodhial Huda menyampaikan setuju dengan ucapan Luhut untuk menjaga lingkungan. Namun dia menepis jika ada aktivitas pembalakan kayu di Pulau Serasan.
“Paling cuma kebutuhan masyarakat setempat saja,” ujar Rodhial Huda kepada BenarNews.
Pakar Geologi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Eko Teguh Paripurno mengatakan banjir lumpur seperti yang terjadi di Kabupaten Natuna selain dipengaruhi faktor hujan juga karena kualitas daerah aliran sungai (DAS) yang buruk.
“Salah satu penyebabnya, diduga adanya pembalakan yang intensif di bagian hulu DAS tersebut,” ujar Eko kepada BenarNews.
Eko mengatakan DAS yang baik mampu meredam volume air hujan dan mendistribusikan dalam aliran sungai dalam waktu yang lama.
“DAS yang buruk akan langsung dengan cepat meningkatkan aliran permukaan,” terang dia.
Nazarudin Latif di Jakarta turut berkontribusi dalam berita ini.