Puluhan Mantan Petempur GAM Ingin Bergabung Dengan ISIS
2015.07.08
Mantan Wakil Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menyatakan, dia dan sekitar 100 rekannya ingin bergabung dengan tentara Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), karena hampir 10 tahun perdamaian terwujud di Provinsi Aceh, mereka tidak diperhatikan oleh pemerintah Aceh.
Fakhruddin Bin Kasem (35), mantan Wakil Panglima GAM wilayah Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, menyatakan bahwa dengan keahlian berperang yang dimilikinya, ia bisa berjuang sambil memperdalam agama Islam jika bergabung dengan ISIS.
“Saya dan sekitar 100 mantan kombatan GAM siap pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS karena tidak ada lagi yang dapat kami kerjakan di Aceh,” katanya kepada BeritaBenar, tanggal 7 Juli.
“Daripada kami harus berperang dengan sesama mantan kombatan GAM, lebih baik kami ke Suriah untuk berjuang bersama ISIS.”
Menurut Fakhruddin, perjuangan ISIS ialah menegakkan kekhalifahan Islam sehingga dia tertarik untuk bergabung dan tentaranya patuh pada pemimpin.
“Memang [negara] barat tidak senang terhadap Islam sehingga mereka menuduh ISIS teroris. Pemerintah Indonesia takut karena ISIS terkesan radikal, tapi saya yakin ISIS memperjuangkan Islam,” ujarnya.
Ditambahkan bahwa alasan mereka bergabung dengan ISIS karena Pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Gubernur Zaini Abdullah dan wakilnya Muzakir Manaf tidak memperhatikan mantan GAM.
Keduanya adalah bekas tokoh pemberontakan yang sempat ingin memerdekakan Aceh dari Indonesia.
Zaini adalah bekas menteri luar negeri pemerintahan GAM di pengasingan di Swedia.
Sedangkan Muzakir merupakan mantan panglima tertinggi Tentara Negara Aceh (TNA) saat provinsi itu masih dilanda konflik dengan pemerintah Jakarta.
GAM dan Pemerintah Indonesia menandatangani perjanjian perdamaian di Helsinki, Finlandia, pada 15 Agustus 2005, untuk mengakhiri konflik bersenjata hampir 30 tahun di Aceh dan diperkirakan menewaskan setidaknya 25,000 orang, sebagian besar warga sipil.
Tak punya keahlian kecuali berperang
Menurut Fakhruddin mantan petempur GAM tidak mempunyai keahlian lainnya kecuali bertempur.
“Saya hanya tamatan Sekolah Dasar. Saya tak punya keahlian apa-apa. Keahlian saya hanya berperang,” tegas Fakhruddin, yang di kalangan mantan kombatan GAM akrab disapa “Robot” karena keberaniannya bertempur seperti robot.
Dia menyebutkan jika bertahan di Aceh, mantan GAM hanya akan menjadi bahan olok-olok warga dan akhirnya jadi pelaku kriminalitas, atau terlibat dalam penjualan narkotika–yang marak di Aceh dalam beberapa tahun terakhir.
“Kalau kami ingin kerja bangunan kadang kontraktor tidak memperkerjakan, karena kami mantan kombatan GAM,” katanya.
“Kadang masyarakat bilang untuk apa harus bekerja kasar, sementara rekan-rekan kami seperjuangan sudah naik mobil,” lanjut Fakhruddin.
“Daripada membuat onar dan melakukan tindakan kriminal, lebih baik ke Suriah untuk berjuang bersama ISIS sambil memperdalam agama,” tuturnya sambil melanjutkan bahwa untuk membantu keberangkatan, mereka telah meminta bantuan pada Tim Pengacara Muslim (TPM).
Fakhruddin mengaku siap menerima segala konsekuensi atas keputusannya untuk bergabung dengan ISIS.
Tetapi ia tetap merahasiakan nama-nama mantan kombatan GAM yang ingin bergabung ISIS demi keamanan mereka.
“Kalau polisi mau memeriksa saya, silahkan saja. Polisi boleh datang ke rumah dan lihat bagaimana kondisi saya dan keluarga,” ujarnya.
“Tidak ada alasan bagi siapapun untuk menghambat saya bergabung dengan ISIS,” tegas Fakhruddin.
Beberapa kali pertemuan
Ketua TPM Aceh, Safaruddin, membenarkan dia telah dihubungi Fakhruddin dan kawan-kawannya.
Safaruddin telah beberapa kali melakukan pertemuan dengan Fakhruddin dan puluhan bekas anggota GAM.
“Mereka telah menyatakan kebulatan tekadnya bergabung dengan ISIS karena keahlian mereka hanya berperang,” kata Safaruddin.
“Di sana [Suriah], mereka mengaku akan digaji sehingga anak-anak dan istrinya terjamin hidupnya.”
Safaruddin menyatakan TPM akan menampung keinginan mantan petempur GAM sambil mencari jaringan ISIS yang bisa memberangkatkan mereka ke Suriah.
Safaruddin berharap agar Pemerintah Aceh segera memperhatikan nasib mantan kombatan GAM sehingga mereka membatalkan keinginannya berangkat ke Suriah.
Gubernur enggan berkomentar
Gubernur Aceh Zaini Abdullah enggan berkomentar.
“Ini persoalan negara, sangat kita sayangkan. ISIS itu di pihak luar negeri dan kita tak ada sangkut paut,” katanya di Banda Aceh hari Rabu seraya menyebutkan dia telah banyak melakukan pemberdayaan mantan anggota GAM.
Saat ditanya langkah konkrit yang akan dilakukan Pemerintah Aceh untuk mencegah mantan GAM bergabung ke ISIS, Zaini menjawab, “Tidak ada langkah konkrit karena ini adalah persoalan pusat dan pihak-pihak yang ingin melibatkan diri.”
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Saud Usman Nasution yang diminta tanggapannya menyatakan perlu dicari akar masalah yang melatarbelakangi mantan GAM yang ingin bergabung dengan ISIS.
“Kenapa mereka mau bergabung. Berarti ada hal-hal yang mendorong dia. Apa kekecewaan atau segala macam. Itu harus kita pelajari untuk kita cari solusinya,” katanya kepada BeritaBenar hari Rabu.
Saud menambahkan setelah diketahui penyebabnya, maka akan dilakukan pendekatan.
Kalau persoalannya adalah faktor kesejahteraan, akan diupayakan untuk mencari pekerjaan.
Menyikapi keinginan para mantan GAM itu, BNPT akan mencari solusi dengan melakukan pendekatan dan dialog meskipun bergabung dengan ISIS merupakan “hak asasi seseorang.”
“Tak serius dan hanya gertakan saja”
Sementara itu, pengamat terorisme Al Chaidar menilai keinginan mantan GAM itu tak serius dan sebatas ancaman belaka, karena untuk bisa bergabung dengan ISIS sangat sulit serta melewati proses panjang.
“Untuk bisa bergabung dengan ISIS, perlu kesamaan ideologi dan pola pikir serta keprihatinan yang sama. GAM dan ISIS sangat berbeda ideologinya dan saya yakin mantan anggota GAM itu tidak akan sanggup mengikuti ideologi ISIS,” ujar Al Chaidar kepada BeritaBenar, Rabu (8 Juli).
Menurut dia, pernyataan mantan GAM hendak bergabung ke ISIS sebagai gertakan saja karena kecewa kepada pimpinan mereka yang kini duduk di tampuk kekuasaan Aceh.
“Memang tentara ISIS digaji, tetapi untuk dapat bergabung dengan ISIS, harus punya jaringan dengan kelompok tersebut. Saya tidak yakin mantan GAM atau TPM Aceh punya jaringan ke ISIS,” ujarnya.
“Belum lagi ideologi yang berbeda,” katanya lanjut.
Tapi, Fakhruddin menegaskan tekadnya sudah bulat bergabung dengan ISIS untuk menghindari pertikaian sesama mantan kombatan GAM.
“Kapan saja Tim Pengacara Muslim bilang oke, kami siap untuk berangkat,” ujarnya.
Ismira Lutfia Tisnadibrata ikut memberikan kontribusi dalam artikel ini