Malaysia, Thailand dan Indonesia Akan Berunding Mendiskusikan Krisis Manusia Perahu

Oleh Staf BeritaBenar
2015.05.18
THUMB-150518-SEA-migrants-620.jpg Seorang migran dari Myanmar yang telah diselamatkan membawa seorang anak mendapatkan perawatan medis di Kuala Langsa, Indonesia, 18 Mei 2015.
AFP

Menteri luar negeri Malaysia, Indonesia dan Thailand akan bertemu di Kuala Lumpur hari Rabu untuk membicarakan krisis yang berkembang berkaitan dengan ribuan pengungsi dari Myanmar dan migran dari Bangladesh yang mencoba mendarat ke Asia Tenggara dengan perahu.

Pembicaraan tri-lateral ini akan mendahului pertemuan regional tingkat tinggi (KTT) yang akan diadakan di Bangkok tanggal 29 Mei yang akan datang.

"Malaysia akan terus mencari solusi untuk masalah ini melalui upaya bersama ... dan berkoordinasi dengan negara-negara asal, transit dan tujuan," kata kementerian luar negeri Malaysia dalam sebuah pernyataan, menurut kantor berita Reuters.

Pada hari Minggu, Menteri Luar Negeri Malaysia Anifah Aman dan Menteri Luar Negeri Bangladesh bertemu di Sabah, negara bagian di Malaysia Timur, untuk membahas masalah manusia perahu dan isu-isu bilateral lainnya.

"Kedua belah pihak sepakat untuk bekerja sama menemukan solusi efektif memerangi masalah illegal imigran, dan mengakui pentingnya terus bekerja sama antara negara-negara di kawasan guna merespon krisis ini dan berkoordinasi," menurut kantor berita negara Malaysia, Bernama, yang juga melaporkan bahwa Menlu Malaysia Anifah Aman telah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Bangladesh Abul Hassan Mahmood.

Gembong Terduga perdagangan manusia dalam tahanan

Sejak 10 Mei lalu hampir 2.500 migran dari Bangladesh dan Muslim Rohingya dari Myanmar telah berhasil mencapai perairan Malaysia dan Indonesia, di tengah tindakan keras Thailand untuk menghentikan jaringan perdagangan manusia.

Pada hari Senin, pemerintah Thailand mengumumkan telah menangkap terduga gembong perdagangan manusia Pajjubun Ung-chotipun, mantan anggota dewan administrasi di provinsi Satun.

Pajjubun diberitakan telah menyerahkan diri kepada pihak berwenang di Bangkok, tapi ia membantah tuduhan telah terlibat dalam perdagangan manusia. Istri Pajjubun, Tassanee, juga ditangkap atas tuduhan yang sama, kata Kepala Polisi Thailand Jenderal Somyos Poompanmouang kepada wartawan.

Di tempat lain, Wakil Perdana Menteri Thailand Prawit Wongsuwan mengatakan bahwa pemerintah berencana membuka tempat penampungan sementara untuk para migran, tetapi fasilitas tersebut tidak akan difungsikan sebagai kamp pengungsi jangka panjang seperti yang terletak di sepanjang perbatasan Thailand dengan Myanmar.

"Kami melakukan semampunya untuk pertolongan sesuai dengan praktek migrasi internasional karena Rohingya Muslim adalah juga manusia," katanya.

Mereka adalah manusia '

Ribuan migran lainnya dari Bangladesh dan Rohingya dilaporkan masih berada di atas kapal reyot milik para penyelundup. Thailand, Malaysia dan Indonesia telah mendorong kapal-kapal tersebut menjauh dari pantai mereka setelah memasok dengan makanan, air, dan bahan bakar.

Pada hari Minggu, Malaysia – tujuan utama bagi banyak orang Rohingya – meminta pemerintah Myanmar untuk mengambil bagian untuk membendung krisis ini.

Para pejabat di Myanmar secara terbuka membantah bahwa negara mereka adalah sumber dari eksodus Rohingya ke negara-negara lain di Asia Tenggara, dan pemerintah Burma meragukan apakah akan mengirim delegasi ke Bangkok untuk KTT mendatang.

"Jika perlu, kami akan meminta diadakan pertemuan darurat [ASEAN]," kata Anifah seperti dikutip oleh Reuters saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Bangladesh.

Malaysia sekarang menduduki kursi bergilir Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yang anggotanya meliputi Thailand, Indonesia dan Myanmar.

"Sebagai ketua ASEAN, Malaysia akan membahas masalah ini secara mendalam, dan berharap Myanmar bersedia duduk bersama untuk mencari solusi sebelum dibawa ke tingkat internasional," tambahnya.

Pada hari Senin, pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi memecah kesunyian partainya dengan berbicara mengenai isu pengungsi Rohingya. Juru bicara Nyan Win mengatakan kepada wartawan di Yangon bahwa orang-orang Muslim yang melarikan diri dari penindasan di Myanmar berhak atas nama hak asasi manusia.

"Jika mereka tidak diterima [sebagai warga negara], mereka tidak seharusnya hanya didorong ke laut begitu saja," Agence France-Presse mengutip perkataan Nyan Win. "Saya melihat mereka sebagai manusia yang berhak atas hak asasi manusia. "

‘Kita seharusnya tidak munafik’

Pada hari Minggu, Organisasi Kerjasama Islam (OKI), kerjasama antara negara-negara Muslim terbesar di dunia, mengatakan akan memantau situasi di Teluk Benggala, Laut Andaman dan Selat Malaka.

Sekretaris Jenderal OKI Iyad Ameen Madani mengatakan akan terus berhubungan dengan negara-negara di kawasan untuk membahas "cara yang memungkinkan untuk meringankan penderitaan mereka yang terdampar di laut," menurut pernyataan OKI.

"Sekjen menyerukan upaya baru untuk mengatasi akar penyebab tragedi manusia perahu termasuk untuk mencegah eskalasi," kata OKI.

Di Jakarta, anggota parlemen Mahfudz Siddiq meminta pemerintah Indonesia untuk segera bertindak mengatasi masalah ini.

"Pemerintah berutang atas nama kemanusiaan. Kita sering mengkritik negara-negara lain tidak membantu upaya kemanusiaan, "kata anggota Perwakilan Rakyat Republik Indonesia BeritaBenar.

"Tapi sekarang kita melakukan tindakan yang sama persis. Kita seharusnya tidak munafik, dan kita harus membantu mereka yang membutuhkan, "tambahnya.

Di Malaysia, Mohd Asri Zainul Abidin, mufti dari negara Perlis, mengkritik Muslim Malaysia karena belum melakukan tindakan yang cukup untuk membantu manusia perahu.

"Kita masih terus mencari sisa-sisa korban yang hampir tewas dalam pesawat yang jatuh ke laut, sementara mereka yang masih hidup kita biarkan mereka mati di laut. Dimana rasa kemanusiaan kita ?! "dikutip dari Mail Online Melayu. Mufti merujuk kepada hilangnya Malaysia Airlines Penerbangan 370 bulan Maret 2014 lalu.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.