Terbebas dari eksekusi di Indonesia, Mary Jane Veloso tiba di Filipina

Camille Elemia, Gerard Carreon, dan Tria Dianti
2024.12.18
Manila dan Jakarta
Terbebas dari eksekusi di Indonesia, Mary Jane Veloso tiba di Filipina Mary Jane Veloso (tengah) memeluk ayahnya saat tiba di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan di Manila, Filipina, di tengah para kerabatnya, setelah pemindahannya dari penjara Indonesia, 18 Desember 2024.
Gerard Carreon/BenarNews

Pekerja migran Filipina Mary Jane Mary Jane telah tiba di Filipina untuk kepulangan yang penuh keharuan dan mengajukan permohonan grasi kepada presiden Filipina setelah menghabiskan 14 tahun menunggu hukuman mati di Indonesia atas kasus perdagangan narkoba.

Mary Jane, yang tampak ceria, dipulangkan ke Manila dari Jakarta pada Rabu pagi dan langsung dibawa oleh pihak berwenang negara itu ke Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (CIW) di sana.

Perjalanan hukum Mary Jane, seorang ibu rumah tangga dan ibu dari dua anak yang dijatuhi hukuman mati karena vonis narkoba di Indonesia, telah menarik perhatian banyak orang Filipina.

“Saya ingin bebas. [Saya ingin] pengampunan, dan dinyatakan tidak bersalah. Saya tidak bersalah,” kata perempuan berusia 39 tahun itu kepada stasiun TV Filipina saat tiba di Manila.

Dalam pertemuan yang sangat emosional, dua putranya, Mark Daniel dan Mark Darren, menunggu di penjara untuk menyambut Veloso.

Mark Darren, putra bungsunya, memberikan sang Ibu buket bunga merah muda dan menciumnya. Air mata tampak membasahi pipi mereka. Mark baru berusia dua tahun ketika ibunya meninggalkan Filipina untuk bekerja sebagai pembantu di luar negeri.

MJ2.jpeg

Pekerja migran Filipina Mary Jane Veloso memegang bunga saat ia berbagi momen bersama  kedua putranya setelah mereka dipertemukan kembali di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan di Manila, 18 Desember 2024. [Gerard Carreon/BenarNews]

Ibu dan ayah Mary Jane, Celia dan Cesar Veloso, juga telah menunggu kedatangan putri mereka di penjara, bersama sejumlah kerabat dan teman yang menyambut Mary Jane dalam linangan air mata.

Mereka membawa permintaan Mary jane: adobo, masakan Filipina dengan daging yang dimarinasi dan direbus, serta pastillas, sejenis permen susu.

Kerabat lainnya, yang sebagian besar berasal dari provinsi Nueva Ecija di utara Manila, juga datang ke fasilitas tersebut untuk menyambut Mary Jane.

"Mereka lapar dan kurang tidur, tetapi ini adalah bentuk stres yang positif," kata pengacara Mary Jane, Edre Olalia, kepada wartawan di luar CIW. "Tetapi pada akhirnya, mereka merasakan kebahagiaan dan energi yang luar biasa karena mereka bertemu dengannya."

MJ3.jpeg

Pekerja migran Filipina Mary Jane Veloso tampak bahagia menerima karangan bunga di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (CIW) di Manila, 18 Desember 2024. [Gerard Carreon/BenarNews]

Mary Jane dijadwalkan untuk dieksekusi bersama beberapa narapidana lainnya sembilan tahun lalu, tetapi eksekusinya ditunda di menit terakhir setelah Manila meminta agar kasusnya ditinjau kembali.

Filipina, negara yang sangat bergantung pada remitansi dari pekerja migran, telah berkampanye selama bertahun-tahun untuk memastikan pembebasan Mary Jane.

Indonesia dan Filipina telah sepakat bulan lalu bahwa Mary Jane akan dipulangkan dan dipindahkan ke pengawasan otoritas Filipina.

Saat menunggu penerbangannya kembali ke Manila, Veloso mengucapkan terima kasih kepada Presiden Indonesia Prabowo Subianto yang mengizinkan pemulangannya ke Filipina.

“Saya sangat bahagia hari ini. Tapi jujur ada sedihnya juga, karena Indonesia telah menjadi keluarga kedua saya,” kata Mary Jane dalam Bahasa Indonesia. Ia mengaku bahwa hampir 15 tahun di Indonesia membuatnya fasih berbahasa Indonesia, bahkan juga memahami nahasa Jawa.

Ia juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Filipina.

MJ4.jpeg

Mary Jane Veloso (tengah), narapidana Filipina yang sebelumnya dijatuhi hukuman mati di Indonesia, melambaikan tangan sebelum dipulangkan ke Filipina setelah konferensi pers di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, 17 Desember 2024. [Juni Kriswanto/AFP]

Olalia, pengacaranya, menggambarkan Mary Jane sebagai korban keadaan yang berusaha menghidupi keluarganya, namun ditipu untuk membawa 2,5 kilogram heroin ke bandara Yogyakarta oleh seorang perekrut Filipina pada 2010.

Perekrut tersebut kini juga mendekam di penjara di Filipina untuk kasus terpisah.

Ketika ditanya apa yang akan mereka minta kepada Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr., Olalia menjawab: “Pengampunan penuh untuk Mary Jane pada Natal ini.”

Keputusan selanjutnya tentang status hukum Mary Jane , termasuk pengampunan dan grasi, akan berada di bawah yurisdiksi Filipina, di mana tidak ada hukuman mati.

Pengampunan mengacu pada pengampunan penuh atas suatu kejahatan, sedangkan grasi adalah istilah umum yang mencakup pengampunan, pengurangan hukuman, dan penundaan dimulainya hukuman atau penangguhannya.

Setelah kedatangannya, Mary Jane akan menjalani karantina wajib selama lima hari yang akan berakhir pada 24 Desember, tetapi ia diberi izin untuk menghabiskan Hari Natal bersama keluarganya di penjara perempuan, kata Direktur Jenderal Biro Pemasyarakatan Gregorio Pio Catapang Jr.

 

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.