AS Dukung Bantuan Intelejen untuk Berantas ISIS di Asia Tenggara
2018.01.23
Jakarta
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan Amerika Serikat (AS) siap membantu Indonesia dan lima negara Asia Tenggara lain untuk memberantas terorisme dan menjaga keamanan kawasan melalui inisiatif intelijen Our Eyes.
Ryamizard mengatakan bahwa penegasan dukungan itu disampaikan Menteri Pertahanan AS James Mattis dalam pertemuan bilateral antara keduanya di kantor Kementerian Pertahanan di Jakarta, Selasa, 23 Januari 2018.
Indonesia telah mengusulkan “mini-Interpol” dalam Pertemuan Kementerian Pertahanan Negara-Negara ASEAN di Filipina pada Oktober lalu ketika negara itu baru saja merebut kembali kota Marawi di selatan Filipina setelah dikuasai selama lima bulan oleh militan yang berafiliasi dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Para militan bisa melarikan diri ke negara-negara lain, demikian peringatan Ryamizard saat itu.
“Saya sudah bentuk Our Eyes, mata bersama untuk melihat secara pasti apa kegiatan mereka. Amerika akan membantu dengan alat yang canggih, jadi mudah-mudahan cepat terdeteksi. Kerjasama itu adalah bagaimana kita mengeliminir dan meniadakan terorisme,” ujar Ryamizard dalam jumpa pers singkat bersama Mattis.
Direktur Jenderal Strategi Pertahanan Mayjen Hartind Asrin mengatakan bahwa inisiatif Our Eyes ini akan diluncurkan bersama negara-negara yang terlibat yaitu Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand pada 25 Januari di Bali.
“Ini adalah saluran komunikasi langsung antar menteri-menteri pertahanan,” ujar Hartind kepada BeritaBenar.
Mattis mengatakan Indonesia sebagai salah satu pendiri Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) tetap menjadi kiblat dalam menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan. Dia juga memuji langkah Indonesia dalam melawan terorisme dan ekstremisme.
“Indonesia telah melakukan pekerjaan yang sangat baik selama 10 terakhir. Kita tahu kita bisa belajar banyak dari mereka dan kita harus bekerja sama dalam masalah yang lebih besar ini,” ujar Mattis.
Mattis juga menegaskan kembali komitmen AS di kawasan yang selama ini sudah terjalin melalui kerjasama erat di bidang ekonomi, diplomasi, dan keamanan, serta menjaga situasi yang baik agar negara-negara di kawasan Pasifik – besar atau kecil - dapat tumbuh sejahtera bersama.
Kemitraan
Hal ini juga dibahas dalam pertemuan Mattis dan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto di kantor Kemenko Polhukam yang digelar usai bertemu Ryamizard.
“Karena kemitraan Indonesia dengan Amerika Serikat cukup lama, sudah banyak hubungan-hubungan bilateral di antara kedua negara, baik dari sisi perdagangan, dari sisi pendidikan, dari sisi militer, dari sisi pembelian alutsista dan juga masalah politik luar negeri,” ujar Wiranto dalam siaran pers kementerian tersebut.
Menurut Wiranto, Mattis juga meminta Indonesia untuk berbagi pengalaman dalam menangani terorisme.
“Karena kita cukup dikenal sebagai negara yang berhasil dan kita sudah sampaikan bahwa Indonesia punya konsep hard approach dan soft approach, kita tidak hanya menangani di hilir tapi di hulu kita sudah tangani dengan sangat serius dan itu sangat menarik bagi AS mendapatkan informasi-informasi tersebut,” kata Wiranto.
Rohingya dan Korea Utara
Ryamizard mengatakan bahwa pertemuannya dengan Mattis juga membahas sejumlah isu regional, seperti etnis Rohingya yang terpaksa mengungsi ke Bangladesh karena mengalami tekanan dan kekerasan oleh militer Myanmar.
Menurutnya, selain bantuan kemanusiaan, problem lain yang harus ditangani adalah potensi mereka terlibat terorisme ketika merasa tidak ada negara yang mau menerima mereka.
Sementara itu Mattis mengatakan penderitaan Muslim Rohingya lebih berat dari apa yang dilaporkan media.
"Tragedi ini lebih buruk dari apa yang digambarkan oleh CNN atau BBC mengenai apa yang terjadi pada mereka," kata Mattis kepada reporter, seperti dilaporkan Reuters.
“Dan Amerika Serikat terlibat penuh dalam diplomasi untuk menyelesaikan masalah ini, melalui bantuan kemanusiaan. Banyak uang yang disalurkan ke bantuan kemanusiaan," katanya.
Kedua menteri pertahanan juga membahas isu Korea Utara.
“Kita jangan memanas-manasi, tapi kita ajak Perserikatan Bangsa Bangsa untuk menekan Korea Utara agar melaksanakan hukum internasional,” ujar Ryamizard.
Masalah instabilitas keamanan sebagai dampak dari kebijakan Korea Utara juga dibicarakan Mattis saat bertemu Presiden Joko “Jokowi” Widodo di Istana Merdeka.
Diplomat AS telah melobi negara-negara di kawasan tersebut untuk menurunkan hubungan dengan Korea Utara setelah terjadi peningkatan tes rudal Korea Utara selama setahun terakhir. Kesepuluh negara anggota ASEAN mempertahankan hubungan dengan Korea Utara dan Pyongyang juga merupakan anggota ASEAN Regional Forum (ARF)
Mattis mengatakan bahwa militer Indonesia dan AS bisa terus bekerja sama untuk memastikan kebebasan bernavigasi dan penghormatan kepada hukum internasional.
“Ini semua adalah hal menarik bagi seluruh negara, dan tentunya bagi Indonesia yang berada di titik tumpu kawasan Indo Pasifik adalah sangat penting. Dan jika kita dapat membantu dalam kesadaran maritim, Laut China Selatan, dan Laut Natuna Utara adalah sesuatu yang ingin kita lakukan,” katanya.
Mattis juga menawarkan dukungan AS dalam mewujudkan visi Presiden Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim.
“Kita melihat sebagai bagian yang sehat dan sangat penting untuk memastikan bahwa ini tidak hanya sekedar kata-kata tentang keinginan perdamaian, namun sebenarnya kita bekerja untuk perdamaian di wilayah ini,” pungkasnya.