Ratusan Warga Antar 'Manusia Tertua' ke Tempat Peristirahatan Terakhir

Berharap dicatat sebagai manusia tertua di dunia, pemerintah Kabupaten Sragen masih melakukan penelitian terkait kebenaran usia Mbah Gotho.
Kusumasari Ayuningtyas
2017.05.01
Sragen
170501_ID_Mbah_1000.jpg Ketua DPRD Sragen, Bambang Samekto (baju putih) dan Wakil Bupati Sragen, Dedy Endriyatno (batik hitam) ikut mengangkat peti jenazah Mbah Gotho menuju pemakaman di Desa Cemeng, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, 1 Mei 2017.
Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar

“Saya tidak punya keinginan apa-apa lagi, saya hanya ingin mati. Rasanya, saya ini hidup sudah lama sekali,” demikian keinginan Sodimejo atau akrab dipanggil Mbah Gotho saat BeritaBenar menemuinya, 30 Agustus 2016 lalu.

Minggu, 30 April 2017, sekitar pukul 18.00 WIB, Mbah Gotho, diyakini sebagai manusia tertua di dunia dengan “usia 146 tahun” itu akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di hadapan para cucu dan cicitnya yang masih tersisa di rumahnya di Dukuh Segeran, Desa Cemeng, Kecamatan Sambung Macan, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

“Si Mbah tidak ada permintaan khusus, ia cuma minta supaya cucu-cucu ikhlas. Dia pergi dengan tenang,” tutur Suryanto (47), cucu yang selama ini merawat Mbah Gotho – yang memiliki 4 istri, 5 anak, 25 cucu, 17 cicit (buyut) dan 12 canggah atau keturunan kelima.

Mbah Gotho yang pada masa tuanya nyaris tak pernah pakai baju dan alas kaki terbaring kaku dalam peti putih dengan mengenakan setelan jas lengkap yang telah disiapkannya sejak 23 tahun lalu. Lantunan lagu pujian rohani Kristiani terdengar di rumah tempat Mbah Gotho disemayamkan.

Papan salib yang telah dipesannya 18 tahun lalu disandarkan di samping peti matinya. Ratusan warga, termasuk kalangan pejabat setempat, datang melayat sejak Minggu malam hingga Senin siang untuk mengantar Mbah Gotho ke tempat peristirahatan terakhir.

Senin, sekitar pukul 11.00 WIB, almarhum dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanggung yang berjarak 300 meter dari rumahnya.

Menurut Suryanto, kakeknya sempat dirawat di rumah sakit selama seminggu karena kondisi kesehatan menurun.

“Mbah di rumah sakit karena HB-nya drop. Setelah tranfusi darah 7 kantong pada hari keenam minta pulang. Di rumah wajahnya tampak segar, saya kira semakin membaik meski menolak makan,” tutur Suryanto kepada BeritaBenar.

Penelitian

Wakil Bupati Sragen, Dedy Endriyatno yang turut hadir pada pemakaman Mbah Gotho mengaku Pemerintah Kabupaten Sragen masih melakukan penelitian terkait kebenaran usia Mbah Gotho. Beberapa peneliti telah datang dan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui usia pasti Mbah Gotho.

“Kita mau tahu usia asli Mbah Gotho karena memang masih misteri bagi kita mengingat semua dokumen aslinya sudah tak ada,” ujar Dedy kepada wartawan usai pemakaman.

Menurut Kepala Seksi Sistem Teknologi Informasi Disdukcapil Sragen, Dani Wahyu Setiawan, akta kelahiran tertua yang tercatat di Disdukcapil Sragen adalah 1950-an, sementara Mbah Gotho diperkirakan lahir sebelum tahun 1900-an.

Dalam KTP Mbah Gotho disebutkan dia lahir pada 31 Desember 1870. Kalau hal itu benar, maka kearsipannya kemungkinan masuk di arsip peninggalan Belanda.

“Kami sudah pindah kantor tiga kali sehingga jika ada arsip peninggalan Belanda yang belum sempat tercatat bisa jadi tercecer saat proses perpindahan kantor,” ujar Dani.

Beberapa peneliti yang datang dari Amerika Serikat, untuk meneliti kebenaran usia Mbah Gotho, kata Dedy, telah mendapatkan izin dari Pemerintah Kabupaten Sragen, termasuk peneliti asing yang sempat datang untuk mengecek DNA Mbah Gotho dan disaksikan Suryanto.

Peneliti itu datang pada 9-11 April lalu dan mengecek urine, darah, dan fisik Mbah Gotho secara menyeluruh.

Suryanto mengatakan, usai melakukan penelitian, para peneliti yang didampingi oleh penerjemah itu mengatakan kemungkinan besar usia Mbah Gotho memang sesuai perkiraan yaitu 146 tahun, dilihat dari kondisi kulit, kornea mata dan penampilan fisik secara keseluruhan.

Jika perkiraan itu benar, maka Mbah Gotho akan memecahkan Guinness World Records, yang saat ini dipegang oleh Jeanne Louise Calment dari Prancis dengan usia 122 tahun yang meninggal pada tahun 1997.

“Kita belum terima hasil (penelitian)nya. Bisa dimaklumi tentunya penelitian seperti ini tak mungkin hanya seminggu dua minggu dan sebelum diketahui hasilnya ternyata Mbah Gotho sudah berpulang,” ujar Dedy.

“Saya berharap agar dunia tahu bahwa di Sragen pernah ada manusia yang hidup terlama di dunia,” ujar Dedy.

Mbah Gotho duduk di depan rumahnya saat diwawancarai BeritaBenar pada 30 Agustus 2016. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

‘Kemampuan ajaib’

Memiliki usia panjang melebihi orang-orang umumnya membuat warga sekitar meyakini Mbah Gotho punya kemampuan ajaib. Ada yang datang meminta doa kesembuhan, dan bahkan meminta jodoh.

Suparno (59), seorang tetangga Mbah Gotho mengaku pernah membawa anaknya yang sudah sakit selama tiga tahun. Oleh Mbah Gotho, anak tadi diusap dahinya dan diberi minum air putih yang sudah didoakan. Ajaibnya, tiga hari kemudian anak Suparno mulai berangsur sembuh.

“Mbah Gotho seperti punya kemampuan menyembuhkan, doanya hanya sederhana tapi anak saya sembuh,” ujar Suparno kepada BeritaBenar.

Dia mengaku sempat mendengar cerita orang-orang tua di kampungnya bahwa semasa mudanya, Mbah Gotho dikenal suka membantu ayahnya di sawah dan mencari ikan di Bengawan Solo.

Pernah beberapa kali, ungkap Suparno mengutip cerita orang-orang tua kampung, saat mencari ikan, Mbah Gotho sempat dikira hilang, dikira sudah mati ternyata kembali lagi. Sejak itu, Mbah Gotho dianggap memiliki kemampuan khusus.

“Saya sendiri tidak tahu apa benar si Mbah punya kemampuan itu. Yang jelas kini beliau sudah bertemu dengan apa yang sangat dirindukannya selama ini (kematian),” pungkas Suryanto.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.