Menhan ASEAN Sepakati Kerja Sama Antiteror dan Panduan Udara

Personel angkatan laut 10 negara ASEAN memulai pelatihan maritim bersama dengan China.
Dennis Jay Santos & Ahmad Syamsudin
2018.10.22
Davao, Filipina & Jakarta
181022-PH-sailors-1000.jpg Angkatan Laut Filipina melambaikan topi mereka dari Kapal BRP Dagupan City dalam sebuah upacara pemberangkatan di Sangley Point, Manila, sebelum mereka bertolak ke China untuk mengikuti pelatihan militer ASEAN –China, 17 Oktober 2018.
AP

Blok ASEAN dan mitra dialognya menutup pembicaraan pertahanan di Singapura akhir pekan dengan kesepakatan atas panduan pertemuan tak terduga pesawat militer di udara dan peningkatan kerja sama antiteror, kata pejabat berwenang, Senin.

Sementara itu sekitar 1.000 personel angkatan laut dari negara-negara anggota ASEAN memulai latihan bersama maritim pertama mereka dengan militer China di pesisir selatan China, jauh dari wilayah yang disengketakan di Laut Cina Selatan, pada Senin (22/10) demikian media melaporkan.

Selama pertemuan di Singapura yang berakhir pada hari Sabtu, ke-10 negara ASEAN mengadopsi inisiatif yang digagas oleh Indonesia “Our Eyes,” sebuah platform untuk berbagi intelijen dalam melawan ekstremisme kekerasan di Asia Tenggara, seperti disampaikan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Indonesia.

"Hari ini, kawasan ini mengakui bahwa kerja sama internasional, terutama dalam hal pertukaran dan pembagian informasi, merupakan elemen penting dalam memerangi terorisme," kata Kemhan Indonesia dalam sebuah pernyataan.

“Meningkatnya ancaman dari sel ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) di Filipina, bersama dengan ancaman kombatan asing yang kembali dari medan pertempuran di Timur Tengah, Afrika, dan Asia telah menyebabkan kerja sama di bidang pertahanan, militer, penegakan hukum dan intelijen menjadi jauh lebih penting dari sebelumnya,” demikian pernyataan tersebut.

Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Jepang telah menyatakan keinginan mereka untuk secara resmi bergabung dengan inisiatif "Our Eyes", dan telah berkomitmen untuk memberikan bantuan dalam mengembangkannya.

Kementerian luar negeri (Kemlu) Indonesia mengatakan inisiatif itu dimaksudkan untuk "merevolusi" upaya-upaya kontrateroris oleh negara-negara Asia Tenggara. Upaya bersama ini diharapkan dapat meningkatkan kerja sama di antara cabang-cabang intelijen di masing-masing negara, serta memblok upaya-upaya perekrutan militan.

Saat ini patroli bersama yang melibatkan angkatan laut Filipina dan Indonesia telah menurunkan ancaman teror di kawasan itu, kata Kemlu Indonesia.

"Akan ada tantangan untuk bekerja sama, tetapi keinginan para pemimpin pemerintah untuk mengatasi hambatan tradisional dan memperluas kerjasama internasional memiliki potensi untuk mengubah lanskap kontraterorisme di Asia, dengan mencegah insiden seperti Marawi terjadi lagi," kata pernyataan itu.

Tahun lalu, militan pro-ISIS yang dipimpin oleh warga Filipina, Isnilon Hapilon, mengepung kota Marawi di Filipina selatan, memicu terjadinya pertempuran selama lima bulan yang menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar militan.

Dihadapkan oleh serangan musuh yang tampaknya tak berakhir, Presiden Filipina Rodrigo Duterte akhirnya menyetujui bantuan dari Amerika Serikat dan Australia, berupa data intelijen yang terbukti penting dalam memenangkan pertempuran di Marawi. Pemerintah Filipina dideklarasikan kemenangan di Marawi pada 23 Oktober 2017.

Tetapi puluhan militan berhasil melarikan diri dari kota itu dan, menurut pejabat intelijen Filipina, mereka telah merekrut petempur yang lebih muda di daerah-daerah terpencil di selatan.

Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis (tengah) menghadiri Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN-Plus yang ke-5 dalam KTT Pertahanan ASEAN di Singapura, 20 Oktober 2018. (AFP)
Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis (tengah) menghadiri Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN-Plus yang ke-5 dalam KTT Pertahanan ASEAN di Singapura, 20 Oktober 2018. (AFP)

Panduan Udara

Di Singapura, para menteri pertahanan ASEAN serta mitra mereka dari negara lain pada prinsipnya setuju untuk mengadopsi apa yang menjadi pedoman multilateral pertama di dunia "panduan untuk menangani pertemuan tak terduga antara pesawat militer udara," demikian pernyataan bersama yang dikeluarkan Sabtu.

Kesemua negara "setuju untuk mengeksplorasi aplikasi kolektif" dari panduan itu, yang dimaksudkan untuk meningkatkan keselamatan penerbangan "sehubungan dengan  meningkatnya lalu lintas di udara," kata pernyataan itu.

Menteri Pertahanan AS Jim Mattis dan rekannya dari China, Jenderal Wei Fenghe, berada di antara delapan pimpinan pertahanan dari luar ASEAN yang mendukung “prinsip” dari panduan itu ", kata pernyataan bersama itu.

Ng Eng Hen, menteri pertahanan Singapura, mengatakan bahwa pedoman baru itu bertujuan mencegah eskalasi konfrontasi di Laut Cina Selatan.

"Anda dapat memiliki seorang pilot yang sangat bersemangat yang mematikan sistem dan memutuskan, 'Saya akan mengintimidasi,'" kata Eng kepada wartawan, menurut Agence France-Presse, "hal ini akan menjadi bencana."

Perjanjian itu adalah upaya terbaru untuk menghindari konfrontasi militer di Laut Cina Selatan, di tengah kekhawatiran meningkatnya keagresifan Beijing di kawasan perairan itu.

China telah setuju sebelumnya dengan ASEAN untuk menyusun "kode etik" untuk mengatur tindakan di wilayah tersebut, yang dianggap sebagai perkembangan positif oleh banyak orang meskipun upaya militerisasi oleh Beijing di Laut China Selatan, di mana China dan beberapa negara lain memiliki konflik teritorial.

Perkembangan ini telah mengkhawatirkan AS, yang baru-baru ini melakukan penerbangan navigasi dan berlayar di Laut Cina Selatan, sebuah rute perdagangan utama di mana lebih dari $ 5 triliun “melintas” setiap tahun.

Latihan bersama

Sementara itu Sabtu lalu, China memulai latihan trilateral selama 10 hari dengan Thailand dan Malaysia di Selat Malaka, Malaysia, menandai pertama kalinya ketiga negara mengadakan latihan militer bersama di lokasi yang menjadi pintu gerbang ke Samudra Hindia itu.

Menurut pernyataan dari Kementerian Pertahanan Malaysia, peserta Malaysia pada hari Senin berpartisipasi dalam pelatihan bertahan hidup dan mengikuti pelatihan sniper.

Selat Malaka adalah titik terpadat antara Samudra Pasifik selatan dan Samudera Hindia. Seorang pejabat di Indonesia mengatakan pihak berwenang terinformasi tentang latihan trilateral itu.

Pada saat yang sama pada hari Senin, Angkatan Laut Singapura dan Tentara Angkatan Laut Pembebasan Rakyat bersama-sama menyelenggarakan latihan angkatan laut pertama antara China dan 10 negara ASEAN yang dimulai di dekat kota pelabuhan China Zhanjiang, menurut sejumlah laporan.

Pelatihan tersebut akan berlangsung hingga 27 Oktober dan melibatkan lebih dari 1.000 personel angkatan laut dari China dan semua negara ASEAN, demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Singapura.

Latihan tersebut akan "meningkatkan persahabatan dan kepercayaan antara negara-negara anggota ASEAN dan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat dan Angkatan Laut AS," kata menteri pertahanan ASEAN dalam pernyataan bersama, menurut Associated Press.

Zam Yusa di Kuala Lumpur ikut berkontribusi dalam laporan ini

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.