Menhan Cina Kunjungi Indonesia dan Malaysia
2020.09.08
Jakarta
Komitmen untuk menjaga perdamaian di Laut Cina Selatan dan penanggulangan pandemi COVID-19, menjadi pembahasan utama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan mitranya dari Cina, Menteri Wei Fenghe dalam lawatannya di Jakarta, demikian juru bicara Kementerian Pertahanan Indonesia, Selasa (8/9).
Kunjungan Wei ke Indonesia terjadi satu hari setelah dia bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin di Kuala Lumpur.
“Terkait LCS (Laut Cina Selatan), Indonesia berkomitmen untuk terus mendorong dialog yang intens untuk menjaga perdamaian di kawasan dan dunia,” kata Juru bicara Menteri Pertahanan, Dahnil Anzar Simanjuntak, kepada BenarNews, Selasa malam.
Meskipun Indonesia tidak memiliki klaim teritorial resmi atas Laut Cina Selatan, konflik antara Cina dan Indonesia di perairan tersebut sempat terjadi pada awal tahun ini ketika sejumlah kapal penjaga pantai dan pencari ikan Cina berada di wilayah di zona ekonomi eksklusif negara di lepas Kepulauan Natuna.
Kunjungan Wei dilakukan satu hari sebelum rangkaian pertemuan virtual pejabat setingkat menteri ASEAN yang juga akan dihadiri Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Rabu (9/9) hingga Sabtu (12/9).
Dahnil mengatakan kedatangan Menteri Pertahanan Cina sebagai bagian dari diplomasi balasan setelah tahun lalu Prabowo mengunjungi Beijing.
“Kunjungan kehormatan balasan saja, tahun lalu sebelum wabah kan Menhan Prabowo melakukan kunjungan kehormatan ke RRT (Cina),” kata Dahnil.
“(Keduanya) Juga bicara kelanjutan kerja sama bilateral bidang pertahanan,” tambahnya.
Dalam rangkaian kunjungan kerjanya ke Cina, Desember 2019, Prabowo sempat menemui sejumlah petinggi militer di Beijing untuk membahas sejumlah kerja sama di bidang pertahanan.
Saat itu ia juga mengunjungi Markas Besar Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Cina dan menyampaikan keinginannya untuk memperdalam hubungan persahabatan kedua negara.
Prabowo dan Wei juga sempat bertemu saat menghadiri upacara peringatan ke-75 kemenangan Rusia dalam Perang Dunia II di Moskow, pada 24 Juni.
Dalam pertemuan yang diakhiri dengan jamuan makan malam itu, kedua menteri juga membahas strategi untuk mencegah penyebaran COVID-19, kerja sama di bidang pendidikan dan juga isu-isu terbaru di kawasan Asia Pasifik.
Per Selasa (8/9) kasus positif COVID-19 di Indonesia telah mencapai lebih dari 200.000, dengan angka kematian total 8.200 demikian menurut Kementerian Kesehatan RI, akibat virus corona yang wabahnya dimulai di Wuhan, Cina. Secara global setidaknya dari 27,4 juta orang tertular dengan angka kematian lebih dari 894.000 di seluruh dunia.
Menteri Prabowo dan mitranya juga bertemu Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan, sebut Biro Humas Kemhan dalam pernyataan tertulis.
Wakil Menhan Indonesia Sakti Wahyu Trenggono beserta Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto turut menghadiri pertemuan yang digelar tertutup di kantor Menhan RI, di Jakarta, sebut pernyataan Kementerian.
Pertemuan di Malaysia
Oh Ei Sun dari Singapore Institute of International Affairs mengatakan pertemuan antara Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin yang tertutup dari liputan media pada hari Senin kemungkinan bertujuan membicarakan detail sebelum pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN akhir pekan ini di mana pembahasan tentang Laut Cina Selatan sebagai salah satu isu yang kemungkinan besar akan diangkat.
“Fakta bahwa Menteri Pertahanan Cina sendiri yang terbang ke Kuala Lumpur adalah suatu kejutan. Saya sendiri bahkan tidak tahu dia ada di sini sampai tadi malam," kata Oh kepada BenarNews.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Malaysia menolak berkomentar, sementara ajudan Perdana Menteri Muhyiddin tidak menjawab pesan singkat dan telpon.
Wei, sementara itu, mengeluarkan pernyataan kepada kantor berita Xinhua yang dikelola pemerintah Cina.
“Karena situasi keseluruhan di Laut Cina Selatan tetap stabil, Cina bersedia bekerja sama dengan negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara termasuk Malaysia, untuk saling bertemu di tengah-tengah untuk menjaga perdamaian dan ketenangan Laut Cina Selatan," ujarnya,
Sementara itu, data pelacakan kapal dan citra satelit menunjukkan keadaan tenang di Laut Cina Selatan terutama di perairan Malaysia, tidak sepenuhnya terbukti.
Sebuah kapal penjaga pantai Cina telah berpatroli di Beting Luconia setidaknya sejak 31 Juli. Beting itu adalah serangkaian fitur di ujung paling selatan Laut Cina Selatan, yang sebagian besar terendam di bawah air.
Sementara Cina mengklaim wilayah itu sebagai bagian dari “hak sejarah” mereka, kapal Cina tersebut sepenuhnya berada dalam 200 mil laut lepas pantai Sarawak, Malaysia, dan dengan demikian berada di dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Malaysia.
Minggu lalu, Wakil Menteri Luar Negeri Cina Luo Zhaohui berbicara di forum internasional di Laut Cina Selatan, menekankan hubungan Cina-ASEAN dan menegaskan kembali penolakan Beijing atas kasus Pengadilan Arbitrase Permanen 2016 yang membatalkan hampir semua klaim Cina atas perairan yang disengketakan.
Cina telah membentuk apa yang mereka sebut sebagai sembilan garis putus-putus di keseluruhan perairan Laut Cina Selatan sebagai bagian dari wilayahnya, termasuk perairan yang diklaim oleh Malaysia, Vietnam, Taiwan, dan Brunei.
Hadi Azmi di Kuala Lumpur dan Drake Long di Washington turut berkontribusi untuk laporan ini.