Salah Satu Pendiri MIT Tewas dalam Baku Tembak dengan Polisi di Poso

Polisi mengatakan masih ada 13 militan Mujahidin Indonesia Timur yang buron.
Keisyah Aprilia
2020.04.27
Palu
200427_ID_Poso_620.jpg Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol. Syafril Nursal memberikan keterangan pers seusai melihat jenazah anggota Mujahidin Indonesia Timur, Rajif Gandi Sabban, di kamar jenazah RS Bhayangkara, di Palu, Sulawesi Tengah, Senin, 27 April 2020.
Keisyah Aprilia/BenarNews

Anggota Satgas Operasi Tinombala menembak mati salah satu pendiri kelompok sipil bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) akhir pekan kemarin dalam kontak senjata di pengunungan Kabupaten Poso, menurut Polda Sulawesi Tengah, Senin.

Kapolda Sulteng, Irjen. Syafril Nursal, mengatakan, Rajif Gandi Sabban alias Rajes, tewas hari Sabtu (25/4) dalam baku tembak selama sekitar setengah jam antara anggota satgas dan beberapa anggota MIT di Pegunungan Padopi, Kecamatan Poso Pesisir Utara.

“Kami menduga ada anggota MIT yang terluka juga terkena tembakan, namun mereka masih bisa melarikan diri dengan turun ke jurang,” ungkapnya kepada wartawan.

Syafril mengatakan Rajif, yang berasal dari Ambon, sudah masuk daftar pencarian orang (DPO) sejak awal MIT terbentuk dan beraksi pada 2012.

Menurutnya, Rajif merupakan salah satu pendiri MIT bersama pimpinan MIT yang sudah tewas lebih dulu yakni Santoso atau Abu Wardah dan Sabar Subagyo, yang dikenal sebagai Daeng Koro.

Santoso adalah militan pertama di Indonesia yang secara terbuka melakukan baiat atau sumpah setia kepada kelompok ekstrim ISIS.

Rajif mahir dalam menggunakan senjata api serta merakit bom dan salah satu eksekutor di MIT, kata Syafril.

Dalam video yang disita satgas dan dilihat BenarNews baru-baru ini, Rajif terlihat membunuh seorang petani dengan cara menggorok lehernya.

Seorang petani bernama Ambo Ajeng, yang juga dikenal sebagai Papa Angga ditemukan tewas dengan leher tergorok pekan lalu. Polisi mengatakan MIT berada di balik pembunuhan ini.

Anggota MIT juga diduga berada di balik terbunuhnya warga bernama Daeng Tapo, yang ditemukan tewas dengan kepala terpenggal awal bulan ini di perkebunan Maitangi, Kecamatan Poso Pesisir Utara.

Kapolda menyebutkan, adanya anggota MIT yang diduga terluka terkena tembakan karena saat pemeriksaan di lapangan ditemukan bercak-bercak darah di arah pelarian MIT.

Menurutnya, medan di lokasi sangat sulit karena di dalam hutan dan pegunungan, serta banyak jurang yang sudah dikuasai oleh MIT.

“Makanya ketika satgas melakukan pengejaran, kelompok MIT itu bisa langsung cepat hilang. Itu karena mereka kuasai medan,” ungkapnya.

Polisi menyita senjata tajam, peta, perlengkapan makan dan minum dari lokasi baku tembak.

Pertengahan bulan ini, polisi menewaskan dua militan MIT setelah baku tembak di Poso. Kedua orang tersebut sebelumnya menembak seorang polisi, demikian kata aparat.

Pemakaman kedua militan tersebut dua hari kemudian dihadiri sekitar tiga ratusan warga. Sambutan warga terhadap jenazah keduanya, menurut anggota keluarga dari salah satu militan yang meninggal itu merupakan bukti warga mendukung mereka.

Belasan simpatisan ditangkap tahun ini

Sepanjang Januari hingga April, polisi telah menangkap setidaknya 17 simpatisan yang ingin bergabung bersama MIT di hutan dan pegunungan Poso, Kapolres Poso AKBP Darno.

Mereka kebanyakan pemuda yang berasal dari dalam dan luar Poso, kata Darno.

Saat ditangkap, pelbagai barang bukti ikut diamankan. Di antaranya uang tunai jutaan rupiah, handphone, sepeda motor, senjata tajam, hingga sejumlah bahan peledak, kata Darno.

Dari hasil introgasi yang diterima Polres Poso, diketahui bahwa 17 pemuda yang ingin bergabung dengan MIT karena percaya dengan perjuangan MIT dalam membentuk negara Islam sebagaimana yang dicita-citakan pendiri MIT Santoso,

Pada masa kepemimpinan Santoso, ia melakukan banyak pelatihan militer di hutan pegunungan Poso, yang diikuti tidak hanya oleh militan setempat atau di luar Poso, namun juga oleh militan Uighur dari Cina.

Dari hasil investigasi aparat, MIT berada di belakang sejumlah aksi kriminal di wilayah itu termasuk sejumlah pembunuhan warga dengan pemenggalan kepala.

Di Poso, terdapat beberapa titik yang terus dipantau oleh pihak kepolisian karena terdapat beberapa orang yang dicurigai sebagai simpatisan MIT, kata Darno.

“Untuk titik rawan adanya pergerakan simpatisan terus kami pantau. Ketika ada yang mencurigakan dan kuat bukti, kami pasti tindak,” kata Darno.

Kabid Humas Polda Sulteng Kombes Pol. Didik Supranoto menambakan, pasca kematian Rajif, jumlah buronan MIT yang tersisa saat ini tinggal 13 orang.

Polda mengimbau, kepada semua DPO yang masih ada di hutan dan pegunungan untuk segera turun menyerahkan diri, sehingga operasi bisa diselesaikan dengan baik.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.