Dua Terduga Militan MIT Tewas Ditembak di Poso

Sebanyak 3.883 personel TNI dan Polri disiagakan untuk mengamankan kunjungan Presiden Jokowi di Palu.
Keisyah Aprilia
2017.05.15
Palu
170515_ID_Poso_1000.jpg Pangdam XIII/Merdeka, Mayjen TNI Ganip Warsito, dan Kapolda Sulteng, Brigjen. Pol. Rudy Sufahriadi (kiri) mengecek kesiapan personel TNI/Polri usai memimpin apel pengamanan di Palu, 15 Mei 2017.
Keisyah Aprilia/Berita Benar

Dua pria yang diduga anggota kelompok militan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) tewas dan seorang anggota TNI terluka dalam baku tembak di kawasan pegunungan Biru, Desa Tamanjeka, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), Senin, 15 Mei 2017.

Kepala Satuan Brimob Polda Sulteng, AKB Guruh Arif Darmawan, mengatakan, bentrokan senjata itu terjadi ketika tim Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala melakukan patroli rutin menemukan delapan orang tidak dikenal bersenjata.

"Informasinya begitu, dua anggota MIT tewas dan satu Satgas terluka," katanya kepada wartawan di Palu.

Identitas kedua terduga anggota MIT yang tewas dalam kontak senjata sekitar 30 menit itu belum diketahui. Sedangkan anggota Satgas yang terluka ialah Pratu Zulfikar.

"Proses evakuasi masih dilakukan di lokasi," imbuh Guruh.

Usai baku tembak, enam anggota MIT – kelompok yang disebut sudah berbaiat kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) itu – melarikan diri ke sejumlah titik. Pasukan keamanan masih melakukan penyisiran dan pengejaran mereka.

Dari lokasi kejadian kontak tembak, aparat menemukan sepucuk senjata api jenis SS1, sepucuk senapan angin, sejumlah selongsong dan amunisi aktif.

Kabid Humas Polda Sulteng, AKB Hari Suprapto, yang dikonfirmasi secara terpisah belum mau berkomentar banyak, selain hanya membenarkan ada baku tembak di pedalaman Poso.

"Informasinya terjadi baku tembak. Informasi lebih lanjut belum bisa kami sampaikan, teman-teman media harus bersabar dulu ya," ujarnya kepada BeritaBenar.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Benny K. Harman, mendesak aparat Satgas Tinombala untuk menuntaskan pengejaran anggota MIT karena selama perpanjangan operasi, tak seorang pun militan yang tertangkap.

"Laporan yang kami terima, pengejaran kelompok radikal di Poso masih berlangsung dan membutuhkan waktu untuk dituntaskan. Mau sampai kapan?" katanya kepada wartawan di Palu, Senin lalu.

Operasi Tinombala yang melibatkan lebih 1.000 personel gabungan TNI dan Polri telah diperpanjang hingga 4 Juli mendatang karena masih ada sembilan terduga militan MIT yang sudah dimasukkan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).

Kelompok sembilan ini diduga dipimpin Ali Kalora alias Ali Ahmad setelah Santoso alias Abu Wardah tewas kontak senjata pada 18 Juli 2016 dan penggantinya yaitu Basri alias Bagong ditangkap aparat keamanan pada 14 September lalu.

Delapan orang lainnya adalah Askar Hidayat alias Pak Guru, Adji Pandu Suwotomo alias Sobron, Basir alias Romzi, Nae alias Galuh, Abu Alim, Moh. Faizal alias Kobar, Firdaus, dan Qatar alias Farel. Sebagian besar mereka berasal dari luar Poso.

Sejak Operasi Tinombala dimulai 10 Januari 2016, belasan anggota MIT, termasuk enam etnis Uighur, tewas dan beberapa pengikut lainnya ditangkap. Sebelumnya, saat Operasi Camar digelar tahun 2015, tujuh anggota MIT tewas dan 31 lagi ditangkap.

Jokowi ke Palu

Sementara itu, sebanyak 3.883 personel TNI dan Polri disiagakan untuk pengamanan kunjungan Presiden Joko “Jokowi” Widodo di Palu, Selasa. Mereka akan disebarkan di sejumlah titik yang dianggap rawan.

Pangdam XIII/Merdeka Mayjen TNI Ganip Warsito ketika memimpin apel pasukan di Lapangan Batalyon 711 Raksatama Palu, Senin, mengatakan, personel gabungan yang disiapkan melaksanakan tugas strategis.

Menurutnya, Jokowi dan rombongan tiba di Palu, sekitar pukul 02.00 WITA Selasa, yang terbang langsung usai melakukan menghadiri Konferensi Belt and Road Initiative di China.

Selama di Palu, Jokowi menghadiri Kongres XIX Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang dipusatkan di aula Masjid Agung Darussalam.

Kapolda Sulteng, Brigjen. Pol. Rudy Sufahriadi, juga menyampaikan pengamanan ketat dilakukan untuk mengantisipasi gangguan dari kelompok teror.

"Semua sudah termasuk. Terkhusus pengamanan untuk mengantisipasi gangguan teror," ujarnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.