Pemerintah Mulai Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir

Hingga Jumat, korban jiwa banjir di Jakarta dan sekitarnya capai 47 jiwa.
Tia Asmara
2020.01.03
Jakarta
200103_ID_flood_1000.jpg Warga di sebuah kompleks perumahan di Tangerang, Banten, bersiap untuk melakukan pembersihan di wilayah mereka, 3 Januari 2020.
AP

Pemerintah memulai operasi modifikasi cuaca guna mengurangi curah hujan di daerah rawan banjir Jumat (3/1/2020), sementara jumlah korban jiwa dari banjir dan longsor di Jakarta dan sekitarnya bertambah menjadi 47.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan bahwa operasi ini bertujuan untuk menurunkan potensi awan hujan menjadi hujan sebelum masuk ke wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek).

Awan hujan disemai dengan garam NaCl sehingga menggumpal menjadi berat dan turun jadi hujan dalam kegiatan yang memanfaatkan teknologi modifikasi cuaca (TMC).

"Aplikasi TMC mulai dimanfaatkan dengan tujuan mengurangi intensitas curah hujan di wilayah Jabodetabek, dengan demikian dampak banjir yang meluas bisa ditekan," kata Hammam ketika menggelar konferensi pers di Kantor BPPT, Jakarta Pusat, Jumat.

Dipaparkan Hammam, curah hujan yang tinggi menjadi salah satu faktor utama pemicu bencana banjir di DKI Jakarta, sehingga faktor ini harus turut diperhatikan dalam penanganan masalah banjir Jakarta.

"Upaya ini dilakukan dengan menjatuhkan hujan di daerah-daerah yang aman seperti di Selat Sunda dan Laut Jawa," jelasnya.

Ia menerangkan, pelaksanaan operasi TMC juga memerhatikan pertumbuhan awan. Untuk itu, radar cuaca menjadi alat utama untuk melakukan pengamatan near-realtime pertumbuhan awan di daerah target Jabodetabek.

Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT sejak tahun 2016 telah mengembangkan Prototype Early Warning System (EWS) banjir Jakarta yang berhasil disusun dalam kegiatan ini diberi nama R-Rainbows (Radar – Rainfall Observation for Early Warning System).

R-Rainbows adalah sebuah sistem observasi dan monitoring curah hujan menggunakan radar.

"Untuk keperluan peringatan dini bencana banjir di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya yang ditampilkan melalui sebuah web-GIS interaktif," rinci Hammam.

Operasi TMC sudah dimulai hari ini dari Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma Jakarta.

"Hari ini sudah dilakukan tiga kali penerbangan (sorti) penyemaian awan.  Sorti pertama menyemai awan di laut di sebelah utara Jakarta," kata Kepala Pusat Data dan Informasi dan Komunikasi (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo dalam siaran pers.

Seperti diketahui hujan yang terus mengguyur wilayah Jabodetabek sejak malam pergantian tahun, Selasa (31/12/2019) sore hingga Rabu (1/1/2020) membuat Jakarta dan kota penyangga di sekitarnya dilanda banjir.

Hingga hari ini, BNPB mencatat setidaknya 47 orang meninggal dunia dan 183.530 orang mengungsi akibat banjir Jabodetabek.

Status tanggap darurat ditetapkan hingga 7 Januari mendatang. Sebanyak 1.432 personel gabungan dikerahkan untuk membantu proses evakuasi dan pemulihan pasca banjir.

Hari ketiga pasca banjir, sebagian daerah masih tergenang sementara sebagian besar lainnya sudah surut. Warga mulai kembali ke rumahnya untuk membersihkan lumpur yang tersisa di dalam rumah.

Kebutuhan mendesak korban banjir antara lain: selimut, terpal, obat obatan dan makanan siap saji.

"Sudah surut tinggal bersih-bersihnya saja," ujar Asri (40) warga Cipinang Melayu. Dua hari lalu rumahnya kebanjiran setinggi atap. Tak ada yang bisa diselamatkan.

"Semua rusak, hancur," ujarnya.

Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brojonegoro, mengatakan Indonesia perlu belajar dari negara lain dalam mitigasi bencana bagaimana cara hidup berdampingan dengan bencana.

“Negara seperti Jepang misalnya sudah membuktikan hal seperti itu. Kita juga sadar sebagai negara dengan dua musim kemarau dan hujan. Di setiap musim itu selalu ada potensi bencana yang terkait hidrometeorologi," kata dia.

Semua itu, ujar dia, berkaitan dengan perubahan iklim. Oleh karenanya, warga harus menyiapkan diri ketika masuk musim kemarau dan hujan.

"Ini saatnya teknologi tidak hanya untuk pertumbuhan ekonomi, tapi kami juga ingin sumbangkan untuk bisa bantu seluruh masyarakat berhadapan dengan isu bencana," kata dia.

Warga berjalan di dekat kendaraan yang terbawa banjir di Bekasi, Jawa Barat, 3 Januari 2020. AP
Warga berjalan di dekat kendaraan yang terbawa banjir di Bekasi, Jawa Barat, 3 Januari 2020. AP

Tinjau waduk

Presiden Joko Widodo memastikan peralatan banjir berfungsi optimal dengan melakukan kunjungan mendadak meninjau Waduk Pluit, Jakarta Utara.

“Ini (alat) enggak jalan?” Tanya Presiden kepada operator alat berat yang ada di lokasi.

“Sedang off dulu Pak,” jawab salah seorang operator.

Setelah berdialog sebentar dengan operator alat berat, Presiden yang datang hanya dengan dikawal oleh Paspampres langsung menuju salah satu rumah pompa Waduk Pluit.

Presiden pun kembali berdialog dengan salah seorang petugas yang berada di lokasi sembari berkeliling rumah pompa.

Mengetahui mesin pompa dalam kondisi baik, Presiden pun langsung berucap “bagus-bagus” dan mengacungkan jempolnya.

Setelah kurang lebih selama 20 menit berada di sana, Presiden pun meninggalkan Waduk Pluit pada pukul 09.15 WIB.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, mengatakan bahwa sidak Presiden tersebut merupakan langkah yang tepat.

“Presiden tentunya ingin memastikan Waduk Pluit yang berfungsi sebagai tampungan sementara yang masuk dari Kali Cideng, anak Kali Ciliwung dan saluran drainase sekitarnya dapat beroperasi dengan normal,” ucap Basuki.

Selain itu, waduk ini dilengkapi dengan pompa yang fungsi utamanya pada saat kondisi banjir dan pasang air laut (rob), dimana air akan dipompa dari Waduk Pluit ke laut.

Basuki juga menjelaskan bahwa tampungan Waduk Pluit adalah 3,29 juta m3 yang dilengkapi dengan tiga rumah pompa berkapasitas total 49 m3/detik.

“Daerah yang dilayani Waduk Pluit seluas 2080 hektar, termasuk di dalamnya pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan (Monas, Pasar Baru, Mangga Dua, Duri, Kota, dan lain-lain). Waduk Pluit menjadi bagian sistem tata air pada kawasan sekitar Istana,” ucap Basuki.

"Mau normalisasi maupun naturalisasi yang penting dikerjakan," ujarnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.