Berkunjung ke ‘Museum Santet’ di Surabaya
2016.10.28
Surabaya
Reni dan tiga temannya terlihat serius memandangi satu persatu koleksi Museum Kesehatan dr Adhyatma yang terletak di Jalan Indrapura, Surabaya, Jawa Timur.
Empat mahasiswi sebuah Perguruan Tinggi Swasta di Surabaya ini sesekali menanyakan arti dan makna dari koleksi tersebut kepada guide atau pemandu museum.
Selain Reni dan tiga rekannya, siang itu, Senin, 24 Oktober 2016, sejumlah siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga berkunjung ke museum yang lebih dikenal dengan sebutan “Museum Santet”.
Museum Kesehatan dr Adhyatma ini memang memiliki koleksi benda-benda mistis yang berkaitan dengan cara penyembuhan penyakit secara tradisional di salah satu unitnya, bagian yang paling diburu pengunjung. Karena itu tak ayal museum ini pun sering dirujuk sebagai “Museum Santet”. Museum dengan koleksi unik ini adalah satu-satunya di Indonesia.
Menurut Agus, seorang petugas keamanan setempat, sebagian besar pengunjung museum ini adalah pelajar dan mahasiswa.
“Pengunjung bisa belajar banyak tentang alat-alat kesehatan yang jadi koleksi museum. Harga tiketnya hanya Rp. 1500 sekali masuk,” ujarnya.
Sejarah
Museum ini didirikan pada 16 Desember 2003 oleh Harijadi Soeprapto, seorang dokter dan ahli bidang supranatural. Museum ini menempati bangunan bekas rumah sakit kelamin yang dulu merupakan rumah sakit kelamin terbesar di Asia Tenggara.
Oleh Harijadi, museum ini diberi nama Museum dr. Adhyatma, sebagai bentuk penghargaan kepada Adhyatma yang pernah menjabat Menteri Kesehatan pada tahun 1988 hingga 1993.
Peresmian museum dilakukan oleh Ahmad Sujudi, Menteri Kesehatan di era Kabinet Persatuan Nasional dan Kabinet Gotong Royong.
Koleksi santet
Koleksi barang-barang yang dipercaya bisa mempengaruhi kesehatan seseorang secara non-medis ditampilkan di bagian Sasana Kesehatan Budaya.
Seperti nama unit ini, maka barang-barang yang ditampilkan melambangkan upaya dalam mempengaruhi kesehatan seseorang berdasarkan kepercayaan spiritual, hal yang telah menjadi realita budaya masyarakat Indonesia.
Dalam ruang ini, dipamerkan keris, jimat, serta alat-alat untuk melakukan ritual santet dan tenung.
Hasil santet, seperti rambut dan jarum yang tersimpan dalam otak manusia, serta paku yang dikeluarkan dari di tubuh manusia, terpajang di lemari.
“Paku yang masuk ke tubuh manusia terlihat dalam foto rontgen korban santet,” ujar Harijadi kepada BeritaBenar.
Koleksi lain di Sasana Kesehatan Budaya ialah air yang dipercaya bisa menyembuhkan penyakit, alat pasung yang pernah digunakan untuk memasung orang gila, jailangkung, boneka nini towok dan jenglot.
Harijadi mengatakan, melalui museum ini, masyarakat diajak untuk lebih memahami santet, sekaligus “membuktikan kalau santet bisa terdeteksi secara medis”.
Karena koleksinya, museum ini diyakini memiliki aura mistis yang tinggi. Dari penelitian yang dilakukan Harijadi ditemukan secara ilmiah dan non-ilmiah bahwa di Sasana Kesehatan Budaya terdapat aura pancaran atau gelombang geo patogen, yang bisa memberikan efek penyakit.
Gelombang ini, jelasnya, berasal dari persilangan air di bawah tanah yang bergesekan dengan batu, sehingga tidak mengherankan jika di “Museum Santet” banyak makhluk astral (gaib).
"Gelombang ini bisa merusak sel-sel dalam tubuh. Baik itu sel dalam otak maupun bagian tubuh lain, sehingga tidak sedikit ada yang merasa mual dan muntah saat berada di Sasana Kesehatan Budaya atau ‘Museum Santet’," terang Harijadi.
Koleksi lain
Museum Kesehatan juga memiliki dua ruangan lain, yaitu ruang kesehatan sejarah dan ruangan kesehatan IPTEK.
Di ruang kesehatan sejarah, terdapat barang-barang dan foto-foto yang menggambarkan sejarah kesehatan medis di Indonesia, seperti tokoh kesehatan Indonesia, ijazah dokter dan baju seragam STOVIA (Sekolah Kedokteran jaman Belanda) , termasuk di dalamnya sejarah singkat pendirian Museum Santet ini.
Di dalam ruangan ini juga tersimpan celana anti-pemerkosaan.
“Di ruangan ini khusus untuk koleksi sejarah kedokteran serta alat-alat medis lainnya,” ungkap Harijadi.
Sedangkan di ruangan kesehatan IPTEK dipamerkan beberapa inovasi alat kesehatan seperti alat untuk mensterilkan air.
Ada pula benda-benda hasil daur ulang yang berhubungan dengan kesehatan serta peralatan pemulung dan kotoran manusia (tinja) yang dibuat tepung kemudian menjadi kue yang konon dijual di salah satu restoran di Jepang.
Sarana pengobatan
Harijadi mengatakan, koleksi yang tersimpan di “Museum Santet” sebagian besar berasal dari pasiennya yang berobat akibat santet atau tenung.
Hasil santet yang berhasil diambil dari tubuh pasien antara lain paku, jarum, rambut dan otak cindil (anak tikus dalam bahasa Jawa).
“Semua barang itu saya awetkan dan saya simpan dalam lemari. Semua bahan yang tersimpan di museum adalah koleksi pribadi,” cetusnya.
Harijadi tidak pernah menghitung jumlah pasien yang datang kepadanya. Namun jika di rata-rata, sampai saat ini jumlahnya mencapai 50 orang setiap tahun.
Niken, salah satu pasien yang berhasil ditemui BeritaBenar mengatakan sudah tiga kali datang berobat ke Harijadi. Dari pemeriksaan, ditemukan benda tak wajar dalam tubuh Niken.
“Di tubuh saya ditemukan jarum 10 biji. Dokter Harijadi tidak mau bilang siapa pengirimnya,” tutur Niken.