Najib Serukan Muslim Tolak Intervensi Asing, Jokowi ajak Hormati Perbedaan

Tia Asmara
2016.08.02
Jakarta
160802_ID_WIEF_1000.jpg Enam kepala negara peserta World Islamic Economic Forum dan delegasi foto bersama usai pembukaan di Jakarta, 2 Agustus 2016.
Dok. Kementerian Keuangan-WIEF

Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Bin Tun Abdul Razak menyerukan masyarakat Muslim di dunia agar menolak segala bentuk intervensi asing untuk menciptakan kestabilan politik dalam negeri demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang baik.

“Tanpa kestabilan politik, tidak ada pertumbuhan ekonomi. Intervensi asing di dunia Muslim menimbulkan akibat yang diinginkan dan tidak diinginkan, yang sampai sekarang masih dirasakan,” ujar Najib saat berpidato pada acara World Islamic Economic Forum (WIEF) di JFCC Jakarta, Selasa, 2 Agustus 2016.

Dia mengatakan kekacauan di negara Muslim sudah sangat memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Dimulai dengan invasi Irak sebagai rangkaian awal kekacauan itu. Hal ini menyebabkan kehancuran dan kemungkinan perpecahan yang terus membayangi.

“Kejadian yang disebut Arab Spring ini menuai ketidakstabilan politik di dunia. Banyak orang tewas sementara kelompok teroris bebas berkeliaran di negeri yang tadinya aman,” ujar Najib.

Oleh karena itu, lanjutnya, para pemimpin dunia harus terus berusaha memecahkan masalah ini.

“Meskipun mendukung untuk terbuka dan bekerjasama dengan negara lain, namun kita harus menghormati kedaulatan negeri sendiri, hukum sendiri dan tata pemerintahan yang dipilih secara demokratis,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu ia juga mengajak kaum Muslim untuk mengutuk Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang dikatakannya tidak mencerminkan Islam. “ Kita harus melawan kebohongan mereka dengan kebenaran tentang Islam, kita harus menentang keinginan mereka untuk mengindoktrinasi kaum muda kita…. Dan sangat penting  bahwa negara-negara dengan penduduk mayoritas Muslim memimpin dalam mengutuk mereka (ISIS),” tegas Najib.

Tantangan dan inovasi

Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo dalam sambutannya menyampaikan tantangan yang dihadapi kaum Muslim, salah satunya adalah dalam menerima perbedaan.

"Yang lebih penting tapi juga paling sulit, kita harus bangun budaya terbuka. Budaya yang tidak hanya menoleransi perbedaan, tapi juga secara tulus menghormati perbedaan," ujarnya.

Ia juga menyebutkan ancaman terror dan situasi politik yang bisa memicu pelambatan pertumbuhan ekonomi dunia.

"Kita melihat serangan teror, baik besar maupun kecil di berbagai belahan dunia. Situasi politik sejak awal abad ini juga merupakan yang paling tidak dapat diprediksi," katanya.

Menurut Jokowi, masyarakat Muslim dunia memiliki kelebihan demografi terbaik dari setiap kelompok agama dengan proporsi tertinggi datang dari kalangan anak muda.

“Masyarakat Muslim memiliki populasi anak muda tertinggi. Rata-rata usia anak muda yang beragama Muslim itu 23 tahun, sementara, rata-rata usia anak muda yang non Muslim 30 tahun,” ujar Jokowi.

Kelebihan lain, tambahnya, adalah keuangan syariah, kuliner dan fesyen Islami, serta seni arsitektur Islam yang dinilai semakin berkembang.

Namun demikian, Jokowi tidak menampik bahwa masyarakat Muslim dunia juga harus menghadapi tantangan teknologi yang amat besar.

"Kita belum cukup kuat di media, media sosial, dan teknologi. Oleh karenanya, di sana kita belum mampu memenangkan persaingan. Dan jika kita tidak mendidik dan melatih masyarakat kita, dunia akan semakin meninggalkan kita," tegasnya.

Lebih lanjut, Jokowi menyarankan agar inovasi yang lahir bisa memberikan kontribusi untuk kesejahteraan rakyat.

"Inovasi dapat membuat sejumlah orang menjadi sangat kaya. Tetapi hanya diri kita lah sebagai pemimpin yang dapat memastikan bahwa manfaat dari inovasi tersebut terbagi juga secara adil kepada masyarakat kurang mampu," serunya.

Dia mengajak semua pihak untuk membangun sistem pendidikan agar dapat bersaing. Caranya antara lain dengan menciptakan kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan bagi masyarakat dunia.

WIEF ke-12

Acara WIEF ke-12 yang berlangsung hingga 4 Agustus 2016 itu dihadiri oleh lebih 2.500 delegasi dari 69 negara dan 152 tamu penting. Di antara mereka terdapat enam kepala negara, para menteri, sekitar 51 pembicara forum, 55 pembicara program pelengkap, 15 Ideapad Presenters, dan 16 pelaku pertukaran bisnis dari seluruh dunia.

Pemimpin negara yang hadir dalam WIEF ke-12 adalah PM Malaysia Najib bin Tun Abdul Razak, Presiden Tajikistan Emomali Rahmon, Presiden Republik Guinea Alpha Conde, dan PM Sri Lanka Ranil Shriyan Wickremesinghe.

Selain itu juga hadir Wakil PM dan Menteri Perdagangan Kerajaan Yordania Dr Jawad Al Anani dan Presiden Pembangunan Bank Islam (IDB) Ahmad Mohamed Ali.

Para pembicara berasal dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, Amerika Serikat, Inggris, Italia, Kenya, Ethiopia, Swiss, Uni Emirat Arab, Swedia, Afrika Selatan, Spanyol, dan Australia.

Saat acara pembukaan, tampak hadir Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman D Hadad dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.