Nikah Bareng Sambut Hari Kesaktian Pancasila

Para pengantin selain mengucapkan ijab qabul juga wajib mengucapkan Pancasila.
Kusumasari Ayuningtyas
2017.09.29
Yogyakarta
170929_ID_NikahMassal_1000.jpg Delapan pasangan pengantin dikirab dengan mobil pemadam kebakaran di Jalan Mailoboro, Yogyakarta, 26 September 2017.
Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar

Agung Sunardiyanto (43) memegang erat lengan Retyan Shinto – perempuan 30 tahun yang beberapa saat lagi jadi istrinya – karena harus berpindah tempat ketika penghulu menaiki tangga mobil pemadam kebakaran (Damkar).

Berada bersama tiga pasangan lain ditambah penghulu, saksi pernikahan dan wartawan membuat bagian atas Damkar sempit.

Retyan yang agak takut ketinggian mengaku gemetaran setiap kali diminta untuk berdiri, apalagi harus geser dan berbagi tempat dengan banyak orang.

Ketegangan berpindah pada Agung saat menjadi yang pertama mengucapkan ijab qabul disertai dengan membaca Pancasila. Bukan hal mudah karena Agung mengaku lupa-lupa ingat naskah lengkap Pancasila.

Saat mengucapkan rangkaian awal ijab qabul terdengar lancar, tapi tidak saat membaca Pancasila sehingga harus terhenti sekian detik untuk mengingat-ingat.

“Ya sudah sekarang, lafal Pancasila bersama dengan dipandu panitia,” ucap seseorang memberi solusi.

Lalu, delapan pasangan calon pengantin di atas dua mobil Damkar berdiri, mengucapkan Pancasila bersama. Kemudian dilanjutkan dengan ijab qabul dalam prosesi Nikah Bareng Pancasila di Malioboro, salah satu pusat keramaian di Yogyakarta, Selasa, 26 September 2017.

Semua keluarga pengantin perempuan mewakilkan kepada penghulu untuk menikahkan anak mereka. Agung menghela nafas lega usai penghulu mengucapkan kata sah dan dia telah resmi menjadi suami Retyan.

“Saya sudah lama sekali tak membaca Pancasila, dulu juga kalau baca cuma menirukan pas upacara di sekolah,” tutur Agung, disusul senyum bahagia Retyan.

Ketegangan juga dirasakan Sudibyo (40), yang menikahi Winarni Haryati (43). Pasangan yang sudah lima tahun nikah siri bersyukur bisa menyelesaikan ijab qabul yang berbeda dari biasanya karena harus membaca Pancasila.

“Sempat takut juga kalau gagal karena panjang dan saya tidak hafal Pancasila, tapi lega ternyata selesai dengan baik,” tutur Sudibyo, yang sudah lama menunggu kesempatan menikahi pujaan hatinya.

Agung dan Sudibyo adalah dua dari delapan pasangan yang ikut Nikah Bareng Pancasila. Mereka mengaku senang bisa memenuhi syarat administrasi dan tidak dipungut biaya sepeserpun.

Sudibyo yang bekerja sebagai supir mengaku tahu nikah bareng yang rutin diadakan Forum Ta’aruf Indonesia (Fortais) dari temannya yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kota Yogyakarta.

Sejak mengenal Warsini yang merupakan janda dua anak, ia langsung merasa cocok dan ingin menikah. Karena keterbatasan biaya, mereka memutuskan nikah siri sekitar lima tahun lalu dan menganggap cukup karena halal secara agama.

“Di tempat kita, menikah tidak cukup kalau hanya di penghulu saja, harus ada pesta. Meski kecil pesta pernikahan, butuh biaya yang tidak sedikit,” ujar Sudibyo, disambut anggukan Winarni yang hari itu mengenakan baju pengantin adat Palembang.

Selain tidak dikenai biaya, Sudibyo dan ketujuh pasangan lain juga mendapat cincin dan mas kawin yang disediakan panitia serta paket bulan madu di hotel.

Prosesi penandatanganan buku nikah juga dilakukan di atas mobil pemadam kebakaran. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Keberagaman

Kedelapan pasangan itu mengenakan baju pengantin dari berbagai daerah di Indonesia yaitu pakaian adat Yogyakarta, Solo, Bugis, Minang, dan Palembang meski mereka semua berasal dari Yogyakarta.

Ryan Budi Nuryanto dari Fortais yang menggagas kegiatan itu mengatakan, pemilihan busana memang sengaja beragam untuk mencerminkan Bhinneka Tunggal Ika yang tak terpisahkan dari Pancasila.

Sementara menggunakan mobil Damkar yang kebetulan berwarna merah putih, Ryan mengatakan hal itu memiliki filofosi tersendiri.

“Mobil Damkar di pernikahan ini untuk memadamkan kegalauan dan menyatukan api asmara dalam ikatan pernikahan, ikatan yang halal dan sah secara hukum,” ujarnya.

Ryan menambahkan sudah mengetahui kalau para pengantin tidak bisa hafal Pancasila sehingga diantisipasi dengan disediakan orang untuk menuntun mereka mengucapkan teks Pancasila.

Mas kawin berupa seperangkat alat shalat dibungkus dan ditempel stiker Pancasila dan cincin kawin yang disediakan panitia juga bertuliskan Pancasila. Hal ini tentu membuat penasaran warga yang menonton. Mereka ingin tahu dimaksud menikah dengan mahar Pancasila.

“Saya pikir mereka diberi boneka burung garuda atau gulungan naskah Pancasila, tetapi ternyata mengucapkan Pancasila sebelum ijab,” ujar Erwin, seorang warga.

Mas kawin pernikahan ditempeli stiker Pancasila. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Kesaktian Pancasila

Nikah bareng di atas mobil Damkar yang dilaksanakan untuk menyambut peringatan Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober, diklaim sebagai pertama di Indonesia dan bahkan dunia. Namun, Ryan mengaku tidak mengundang Museum Rekor Indonesia (MURI).

“Ini untuk menanamkan Pancasila dalam diri pasangan dan warga yang menyaksikan supaya bisa menularkan pada keturunannya itu yang utama. Kita tidak undang MURI karena kemampuan kita terbatas,” ujarnya.

Kegiatan itu juga turut meramaikan hari ulang tahun Kota Yogyakarta ke-61 yang jatuh pada 7 Oktober mendatang dan ulang tahun Fortais ke-6.

Warna-warni dan kemeriahan acara menjadi pusat perhatian siapapun yang melintas di Malioboro. Tidak terkecuali Bastian dan dua rekannya dari Perancis dan sedang berlibur di Yogyakarta.

“Sangat luar biasa, menarik sekali ada banyak pasangan menikah dengan semua ini saya belum pernah melihat,” ujar Bastian yang sibuk berswafoto bersama rekannya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.