NU dan MUI sepakat Menolak Kekhalifahan Yang Dibawa ISIS

Oleh Dimas Gantari
2015.05.27
150527_ID_DIMAS_NU_MUI_TOLAK_ISIS_700.jpg Remaja Nahdlatul Ulama (NU) menghadiri acara ulang tahun NU ke-85 di Jakarta, 17 Juli 2011.
AFP

Pemimpin NU dan MUI, dua organisasi Islam berpengaruh di Indonesia, menyerukan bahwa NKRI adalah harga mati bagi Indonesia dan menolak ideologi Negara Islam (ISIS) yang tidak sepaham dengan Islam.

“Kekhalifahan yang dikenalkan oleh ISIS telah mencoreng dan merobohkan budaya Islam,” kata Said Aqil Siraj, ketua Nahdlatul Ulama (NU), kepada BeritaBenar tanggal 27 Mei.

Sebelumnya Said juga mengatakan satu-satunya bentuk kenegaraan yang diterima NU adalah nasionalis dan pluralis.

"Kami menolak bentuk dan bentuk negara serta kekhalifahan kecuali khalifah nasionalis," katanya di akun Twitter pribadi tanggal 22 Mei lalu.

Said mengatakan bahwa sebagai sebuah bangsa, Indonesia mempunyai dua amanah yaitu untuk melindungi bangsa dan agama.

“Tidak satupun tindakan ini dilakukan oleh ISIS,” katanya sambil menambahkan bahwa Indonesia harus belajar dari negera Islam di Timur Tengah yang sekarang dilanda krisis termasuk kekerasan antara umat Islam karena mereka tidak memahami dua amanah ini.

“Kelompok ISIS menggunakan kaidah agama untuk membenarkan tindakan mereka yang keji dan biadab membunuh perempuan, anak-anak serta orang tak berdosa lainnya,” katanya lanjut sembari mengatakan bahwa NU dengan tegas menolak Khalifah karena ini bukanlah solusi memecahkan masalah di Indonesia.

“NU berprinsip bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah harga mati. NU sepakat dengan Khalifah nasionalis,” katanya lanjut.

Klaim Negara Islam adalah Klaim ISIS sepihak: Ma’ruf

Menurut wakil ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma’ruf Amin kemunculan ISIS dan sistim Kekhalifahan telah dicerna secara berbeda oleh umat Islam di seluruh dunia.

“Ada yang menganggap ISIS ancaman dan ada yang menganggap ISIS sebagai harapan,” katanya saat diwawancarai BeritaBenar tanggal 27 Mei.

Tetapi Ma’ruf menjelaskan dengan semua tindakan ISIS yang mengutamakan kekerasan, anti-toleran dan kebiadaban, tidak mungkin menyamakan paham ISIS dengan paham Islam.

“Tidak ada dari nilai-nilai Islam yang membenarkan kekerasan dan kebiadaban,” katanya.

Ma’ruf menjelaskan bahwa ideologi ISIS berpotensi menimbulkan perpecahan di kalangan umat, baik Muslim maupun non-Muslim.

MUI sepakat menolak ISIS karana tidak sesuai dengan sendi-sendi kehidupan Islam dan sebagai bangsa Indonesia.

“MUI sepakat menjaga negara kesatuan,” katanya lanjut.

“Perempuan berhati-hatilah”: Said

Wakil ketua NU Said mengimbau agar perempuan Indonesia berhati-hati dengan usaha ISIS untuk merekrut lebih banyak kaum wanita.

ISIS menyadari peranan perempuan sangat penting untuk mengisi posisi termasuk sebagai perawat, pendidik dan lainnya.

“Karena itu perempuan berhati-hatilah,” katanya lanjut.

Pernyataan sama dinyatakan oleh pengamat terorisme, direktur Institute for Policy Analysis Of Conflict (IPAC) Sidney Jones.

Ia mengatakan bahwa peran perempuan semakin berkembang di dalam kelompok ini.

“Perempuan adalah kunci utama dalam jaringan media dan upaya merekrut anggota lainnya lewat media internet,” katanya kepada BeritaBenar awal Mei lalu.

Sidney mengingatkan meskipun pengaruh ISIS di Indonesia melalui jejaring sosial tidak separah di Malaysia, sangat penting bagi Indonesia untuk waspada.

“Anggota ISIS di Malaysia sangat terpengaruh dengan propaganda di media sosial,” katanya sambil menambahkan perekrutan ISIS di Indonesia kebanyakan dilakukan dengan cara personal termasuk hubungan kelurga dan pertemanan.

Komisi Nasional Perempuan mengecam sistem deradikalisasi yang dilaksanakan di Indonesia.

Menurut Komisioner Komnas Perempuan Yuniyanti Chuzaifah deradikalisasi di Indonesia yang dilalukan dengan cara kekerasan akan semakin meningkatkan simpati terhadap kelompok radikal seperti ISIS, terutama dikalangan perempuan.

"Upaya deradikalisasi harus dilakukan dengan cara dialogis, bukan militeristik. Pendekatan militeristik butuh waktu lama dalam mengatasi persoalan sebenarnya," katanya kepada BeritaBenar tanggal 27 Mei.

Yuniyanti mengatakan semakin banyaknya jumlah perempuan dan anak-anak bergabung dengan ISIS karena kekecewaan mereka bahwa suami atau kerabat mereka telah tewas oleh aparat dengan tuduhan terlibat terorisme.

“Tetapi tuduhan ini tanpa peradilan. Ini menyebabkan kepahitan dan tekad mereka semakin bulat untuk bergabung dengan ISIS,” katanya merujuk kepada 16 warga negara Indonesia yang ditangkap di perbatasan Turki dan Suriah bulan Maret lalu.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.