Ormas Islam Tolak ‘Djakarta Warehouse Project’
2017.12.14
Jakarta
Festival musik eletronik terbesar di Asia, Djakarta Warehouse Project (DWP), pada 15-16 Desember 2017, ditolak sejumlah organisasi massa (Ormas) Islam yang menamakan diri Aliansi Masyarakat Kemayoran Bersatu serta Kebangkitan Jawara dan Pengacara (Bang Japar).
Puluhan massa Ormas dari Front Pembela Islam (FPI), Laskar Pembela Islam, Formasi, PWB, IKBMK, Lakri, Garda FBR, Gemais Betawi, dan Majlis Ta'lim Kemayoran menggelar demo di Balai Kota Jakarta, Kamis, 14 Desember 2017.
Mereka menilai acara tahunan disc jockey (DJ) kesembilan itu tak bermanfaat dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia.
“Jauh dari moral dan agama karena lebih ke dugem (dunia gemerlap). Enggak mendidik dan berdampak negatif bagi generasi muda. Warga Muslim Kemayoran menolak kegiatan ini, kami minta supaya dibatalkan,” kata Ketua Bang Japar Jakarta Pusat, Suhadi, kepada BeritaBenar di sela-sela unjuk rasa.
Pemrotes yang jumlahnya kurang dari 100 orang meminta Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Kapolda Metro, Irjen Pol. Idham Aziz tidak memberikan izin karena “DWP berpeluang besar terjadi maksiat dan seks bebas di kalangan remaja serta perdagangan narkoba.”
“Kami sudah ada bukti, kalau gelaran DWP tahun lalu ada pesta narkoba dan seks bebas. Kami menduga tahun ini pun bakal terjadi hal yang sama, dan kami sudah ada buktinya,” tutur Suhadi.
Massa juga mendatangi lokasi DWP di Jakarta Internasional Expo (JIExpo) Kemayoran. Polisi dikerahkan untuk mengamankan aksi unjuk rasa yang berlangsung damai.
Ada syarat
Kepala Dinas Pariwisata Jakarta, Tinia Budiati, menyatakan telah berkomunikasi dengan penyelenggara DWP.
“Kegiatan tetap akan digelar. Setelah berkomunikasi dengan penyelenggara, kami ada persyaratan. Kami akan melakukan pengawasan kepada semua pengisi acara maupun penonton,” katanya seraya menambahkan izin sudah dikeluarkan.
Pengawasan juga melibatkan aparat kepolisian, Badan Narkotika Nasional (BNN), Satpol PP, dan Dinas Pariwisata.
Tinia mengingatkan artis, termasuk dari luar negeri yang tampil berpakaian sopan. Pihaknya juga akan menyelipkan tarian tradisional di sela-sela acara DWP.
“Saat jeda, diselipkan tarian tradisional yang mencerminkan budaya Indonesia. Selain itu di tengah atau di awal akan dinyanyin lagu Indonesia Raya,” jelasnya.
Ketua Setara Institute, organisasi advokasi hak asasi manusia, Hendardi, ketika diminta tanggapannya terkait penolakan sejumlah Ormas Islam terhadap event DWP enggan berkomentar.
“Saya kira tidak perlu ditanggapi, karena hanya akan membesarkan aksi-aksi yang tidak perlu dan tak jelas tujuannya,” katanya.
Sedangkan, penikmat musik yang juga seorang DJ, Jemi Carter, menyatakan DWP adalah event musik internasional yang perlu mendapat dukungan.
"Saya kira terkait dugaan-dugaaan itu kembali ke pribadi masing-masing. Itu kan acara musik yang penontonnya datang untuk menikmati musik," katanya kepada BeritaBenar.
Dia mengaku sudah membeli tiket untuk menonton DWP.
"Ini tahun keempat saya nonton DWP. Sebelumnya tidak pernah ada masalah. Pemerintah daerah sudah mendukung dan aparat keamanan juga akan menjaga acara ini," tuturnya.
Himpun devisa
Penyelenggara DWP dalam keterangan tertulis menyebutkan kegiatan dua hari itu diperkirakan bakal menghimpun devisa sekitar Rp350 miliar.
Sarah Deshita, Assistant Brand Manager Ismaya Live - organisasi pelaksana, menyatakan, jumlah itu berdasarkan perhitungan acara yang dihadiri 100 ribu pengunjung, di mana 35 persennya adalah warga asing.
"Hal ini berdasarkan survei kami pada kegiatan tahun lalu. Mereka akan tinggal sepekan di Indonesia dan minimal setiap orang menghabiskan uang Rp10 juta," jelas Sarah.
Ia menambahkan, tahun lalu, DWP mampu mengumpulkan 90 ribu pengunjung yang 30 persen di antaranya warga asing.
Sejumlah DJ papan atas internasional akan ikut meramaikan pagelaran DWP yang akan didukung dengan tata panggung maksimal, demikian kata Sarah.
Pada hari hari kedua, seluruh tampilan panggung bakal dibongkar dan diganti dengan karya Keluarga Elrow asal Barcelona, Spanyol.
"Dunia industri hiburan mengenal Elrow sebagai seniman paling handal dalam menata panggung, cahaya, dan efek-efek membangun suasana gegap gempita. Keluarga ini sudah menjadi ikon dunia industri hiburan massal," papar Sarah.
Dengan mampu menghimpun pengunjung sampai 100 ribu orang meski harga tiket Rp600 ribu hingga Rp1 juta, DWP masuk 10 besar festival DJ dunia. Sarah berharap, dengan dukungan pemerintah, DWP bisa masuk lima besar festival panggung DJ dunia.
Pengamanan ketat
Sementara itu, Polda Metro Jaya akan mengamankan acara yang tetap digelar sesuai rencana meski jadi polemik di tengah masyarakat.
"Kita telah komunikasi dengan panitia terkait masyarakat yang keberatan. Semua sudah kita laksanakan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol. Argo Yuwono kepada BeritaBenar.
Terkait penolakan DWP, Argo menjelaskan masyarakat tidak dilarang berunjuk rasa, namun harus menggelar aksi dengan tertib.
Pemeriksaan ketat akan dilakukan bagi mereka yang datang guna mengantisipasi barang berbahaya seperti senjata api, senjata tajam, dan narkoba.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno meminta acara DWP tak melanggar aturan yang telah ditetapkan dan harus menghormati waktu salat.
"Jadi karena ada salat subuh, sekarang kan adzannya jam 04.08 WIB, tentu saja memberikan penghormatan untuk azan dan memastikan tidak mengganggu ibadah salat," katanya di Balai Kota DKI Jakarta.
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes. Pol. Roma Hutajulu, menambahkan bahwa penyelenggara sudah menyatakan kepada polisi untuk memenuhi aturan.
"Informasinya, penyelenggara menjamin tak akan ada narkoba dan sebagainya," tegasnya.