Panjebar Semangat, Penjaga Ruh Budaya Jawa

Majalah berbahasa Jawa yang telah berusia 84 tahun ini sempat dilarang pada zaman penjajahan Jepang.
Yovinus Guntur
2017.11.03
Surabaya
171103_ID_magazine_1000.jpg Suasana proses cetak majalah Panjebar Semangat di Surabaya, Jawa Timur, 2 November 2017.
Yovinus Guntur/BeritaBenar

Arkandi Sari, pemimpin redaksi majalah Panjebar Semangat, Kamis, 2 November 2017, keluar masuk ruangan tata letak dan pracetak.

Memang setiap Kamis, rutinitas ini jadi hal biasa di ruang redaksi dan produksi majalah terbitan di Surabaya, Jawa Timur, yang sudah berusia 84 tahun.

Para awak redaksi bahu-membahu untuk mengecek detil isi majalah sebelum akhirnya dicetak dan diteruskan ke para pembaca keesokan harinya.

Arkandi juga mengoreksi kertas yang ditempelkan ke papan. Jika ada yang salah, ia memanggil petugas bagian tata letak atau pracetak untuk dibetulkan.

Setelah semua pengecekan selesai, proses cetak dimulai. Total 6 jam waktu dibutuhkan untuk mencetak majalah.

Setiap kali penerbitan, Panjebar Semangat mencetak 20 hingga 25 ribu eksemplar. Jumlah itu bisa dipastikan habis, karena semua terdistribusi ke pelanggan dan tak ada yang dikembalikan.

"Kami pastikan majalah pasti habis untuk setiap edisi," ujarnya kepada BeritaBenar setelah proses pengecekan tuntas.

Sebelumnya, Panjebar Semangat pernah memiliki oplah 65 ribu sampai 75 ribu eksemplar. Tapi seiring perkembangan teknologi yang diiringi bermunculan media online, oplah majalah tersebut mulai menyusut.

Pelanggan terbesar Panjebar Semangat ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Majalah ini juga mendapat "tempat" di hati keluarga keraton Solo dan Yogyakarta. Komunitas Jawa yang tinggal di Suriname, juga menjadi pelanggan tetap mereka.

“Khusus Suriname, sejak tahun 2008, mereka yang berlangganan harus menanggung sendiri ongkos kirim,” jelas Arkandi.

Sejarah

Panjebar Semangat didirikan pada 2 September 1933 oleh dr Soetomo, pendiri dan penggerak utama organisasi pemuda, Boedi Utomo. Majalah ini sudah berjalan selama empat generasi.

Majalah tersebut sempat tak terbit pada zaman Jepang, karena pemerintah Jepang melarang penerbitan media berbahasa Jawa atau Indonesia. Setelah Jepang kalah dari sekutu, Panjebar Semangat kembali eksis.

Gedung yang sekarang digunakan sebagai ruang redaksi, ditempati sejak tahun 1943. Dulunya, untuk proses redaksi dan cetak, semuanya terpusat di gedung tata usaha yang berada tak jauh dari ruang redaksi.

Pada era 60-an, PT. Pancaran Semangat Jaya, selaku perusahaan yang menaungi Panjebar Semangat, juga memiliki Majalah Taman Putra yang dikhususkan untuk anak-anak dan remaja.

Di Taman Putra ini, Presiden keempat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah menulis artikel yang berjudul “Kabungahan”.

Tulisan itu dibuat SBY saat masih duduk di kelas 2 SMPN Pacitan, dan dimuat pada No. 14 Taun Ka.VIII/1964. Tulisan itu dimuat ulang pada No. 36 tanggal 6 September 2008, atau tepat saat hari ulang tahun ke-75 Panjebar Semangat.

Wiyoto, staf redaksi Panjebar Semangat, menunjukkan tulisan Susilo Bambang Yudhoyono saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dipublikasi lagi pada 6 September 2008. (Yovinus Guntur/BeritaBenar)
Wiyoto, staf redaksi Panjebar Semangat, menunjukkan tulisan Susilo Bambang Yudhoyono saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dipublikasi lagi pada 6 September 2008. (Yovinus Guntur/BeritaBenar)
Yovinus Guntur/BeritaBenar

Langkah strategis

Agar tetap dicintai pembaca, beberapa gerakan dan inovasi dilakukan seperti menyediakan “ruang” bagi penulis muda.

Mereka yang tidak bisa menulis dalam bahasa Jawa, diberi kelonggaran menulis dalam bahasa Indonesia, dengan catatan tulisan sesuai kebutuhan rubrikasi.

Manajemen Panjebar Semangat juga membuat website, sehingga semua pembaca terutama di Suriname, bisa menikmati majalah yang lahir ketika masa penjajahan Belanda dan tetap eksis hingga kini.

Tim redaksi juga menggenjot rubrik yang selama ini dinanti pembaca, seperti ”Alam Lelembut”.

Meski menimbulkan pro dan kontra, rubrik tersebut terus dipoles untuk memberikan hasil terbaik. Begitu juga dengan rubrik gelanggang remaja.

Pihak manajemen berusaha melakukan regenerasi di jajaran redaksional. Regenerasi itu sangat mendesak, apalagi rata-rata awak redaksi yang ada sekarang telah berusia di atas 50 tahun.

Tugas terberat lain adalah meningkatkan omzet iklan. Praktis dalam kurun 10 tahun terakhir, pemasang iklan mulai meninggalkan Panjebar Semangat, karena lebih melirik media massa yang dianggap memiliki daya jual dan tidak jadul (kuno).

Meski praktis tanpa iklan, Panjebar Semangat tidak pernah bingung, karena semua kebutuhan telah terpenuhi, mulai dari cetak, distribusi hingga kesejahteraan karyawan.

Satu keuntungan yang dimiliki adalah mereka memiliki gedung dan percetakan sendiri. Mereka juga menerima pesanan cetak koran, brosur maupun majalah.

Atas dedikasinya dalam melestarikan budaya Jawa, Panjebar Semangat pernah mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) tahun 2013.

Ragam tanggapan

Masih eksisnya Panjebar Semangat, mengundang rasa kagum dari sejumlah pihak.

Agus Sudjono, seorang pengurus komunitas kebudayaan Jawa mengatakan apa yang dilakukan Panjebar Semangat adalah bukti jika kebudayaan Jawa, termasuk bahasanya, tak akan hilang.

Usia 84 tahun adalah bukti kalau Panjebar Semangat mampu menjaga ruh kebudayaan Jawa melalui pemberitaan. Apalagi banyak media cetak di Indonesia yang terpaksa gulung tikar di tengah serbuan media online

“Keluarga saya, mulai dari si mbah (kakek), hingga sekarang masih tetap berlangganan Panjebar Semangat,” ujarnya.

Sedangkan, Kukuh Setio, seorang penulis lepas Panjebar Semangat mengatakan bisa menjadi bagian majalah tertua di Indonesia itu punya kebanggaan tersendiri.

Apalagi, secara historis, majalah itu menjadi bagian sejarah perjalanan bangsa Indonesia, mulai dari sebelum kemerdekaan hingga era reformasi.

“Ketika tulisan saya pertama dimuat di majalah, senangnya bukan main. Semoga saja Panjebar Semangat tetap semangat dalam berkarya, melestarikan budaya Jawa,” pungkasnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.